Yuasa bangun dengan kepala berdenyut, rasanya sakit jadi dia memutuskan untuk tetap berbaring hingga rasa sakit itu hilang.
“Yuasa, kau itu aneh, kenapa tidak kau sembuhkan sendiri sakitmu," saran Aurum.
“Benar juga,” balas Yuasa.
Setelah rasa sakit itu hilang, Yuasa duduk dan melihat ke seluruh kamarnya.
“Kenapa aku merasa ada yang kurang?” gumam Yuasa.
Dia melihat ada sebuah kotak kecil di nakas dekat tempat tidurnya.
“Apa ini?” Yuasa membuka kotak itu. Di dalam kotak terdapat sebuah liontin.
“Kenapa ada di sini?”
Pangeran Yuasa
Mereka berdua duduk di bawah pohon yang rindang. Tidak ada kata apapun yang terucap dari keduanya. Pangeran Yuasa merasa canggung dengan suasana di taman, apalagi melihat sekeliling mereka yang rata-rata sedang bermesraan atau bercanda dengan pasangannya. “Apa pangeran sedang mengajakku kencan,” batin Rosaline yang jantungnya berdegup sangat kencang sementara mulutnya tertutup rapat, bahkan matanya tak berani melihat ke arah pemuda berambut keemasan di sebelahnya. “Apa yang kupikirkan kemarin? Aku bahkan tidak ingat dan sekarang suasana jadi canggung,” pikir Pangeran Yuasa yang berusaha mencari cara supaya suasana tidak terus seperti saat ini. Setengah jam mereka diam tanpa kata hanya melihat taman bunga di depan mereka. “Rosaline,” panggil lirih Pangeran Yuasa. Dia masih bingung harus bicara apa. “Ya,” jawab cepat Rosaline menoleh ke arah Pangeran Yuasa. Sepasang mata biru yang indah, wajah yang rupawan dan rambut keemasan yang diikat rapi menampilkan kesan tampan dan elegan. Pa
Rainsword menghabiskan minumannya dengan sekali teguk.“Ayo kejar Yuasa, aku khawatir dia tersesat,” ajak Rainsword yang tahu kebiasaan buruk pangeran cantik bermata biru itu.“Tenang saja,” jawab Recca tak ingin terlalu cepat menghabiskan makanan yang merupakan buatan Rosaline.“Apanya yang tenang, dia pergi terburu-buru seperti itu, ayo Recca!”Rainsword menarik Recca, tetapi pemuda itu enggan beranjak dari tempatnya. Setelah selesai mengunyah dan menelan makanannya akhirnya pemuda berambut jingga itu beranjak dari tempat duduknya.Recca berjalan perlahan dia memberikan kode pada pengawal yang berdiri di depan asrama pangeran.“Kemana Pangeran Yuasa?” kode dari Recca dengan menggunakan jari tangannya.“Dia di taman,” jawab pengawal itu dengan kode pula.“Rain, jangan buru-buru, santai saja,” ucap Recca saat tahu Yuasa berada di akademi. Tidak ada hal yang perlu ditakutkan jika masih berada di dalam akademi, mereka yang berasal dari dunia bawah tidak akan bisa masuk.“Kau tahu dia di
Matahari mulai menunjukkan keengganannya berada di atas awan, dia mulai kembali ke peraduan dengan warna jingga yang indah. “Sudah sore, cepat sekali waktu berlalu,” ucap Rosaline yang melihat semburat jingga dari sang surya. Dia sudah memberikan pesan kepada pengawal lain untuk membawa semua pengawal yang telah dia lumpuhkan untuk dirawat. Kemudian mengintrogasinya untuk mendapatkan kebenaran. “Kau benar, cepat sekali. Kuantar ke asramamu,” tawar Pangeran Yuasa tapi gadis berambut merah itu menggelengkan kepalanya. “Tidak, saya yang harus mengantarkan Pangeran ke asrama,” tolak Rosaline dengan senyum manis menghiasi bibirnya. “Tapi, bukankah seorang pria yang seharusnya mengantarkan wanita,” bantah Pangeran Yuasa. Namun, sekali lagi gadis dengan mata delima itu menggelengkan kepalanya. “Ya, jika saya seorang putri, tetapi saya hanyalah pengawal. Mengantarkan Pangeran justru menjadi tugas saya di sini,” sanggah Rosaline yang tidak
Yuasa bersama dengan semua siswa di kelas hari ini mengunjungi perpustakaan. Mereka mendapatkan tugas untuk membuat laporan tentang satu makhluk mitologi. Semua siswa sibuk dengan pekerjaannya masing-masing termasuk dengan Yuasa. “Aku benci tugas seperti ini,” gerutu Recca. Pemuda berambut jingga yang mengenakan seragam warna putih ini membuka buku referensi dengan malas. “Cepat kerjakan, kalau tidak kita akan di sini sampai sore,” imbuh Rainsword. “Aku tidak mengerti apa bagusnya membuat laporan,” cibir Recca meniup rambutnya yang lolos ke depan matanya. “Aku penasaran dengan hydra, aku mau cari referensi lain,” ucap Yuasa berdiri dan membawa sebuah buku yang berisi makhluk-makhluk mitologi termasuk hydra. “Hydra, apa itu?” tanya Rainsword. “Aku benar-benar tidak mengerti bagaimana kau ke sini tanpa tahu semua makhluk fantasi dalam cerita dongeng manusia,” balas Recca menyodorkan buku yang bergambar seekor ular besar berkepala sembilan. “Apa ini hydra?” Rainsword teringat akan
Pria tua yang merupakan petugas perpustakaan tidak terlihat lagi guratan kulit yang mengendur, dia menjadi pria perkasa dan kuat. Bukan hanya fisiknya saja yang terlihat kuat tapi juga kemampuannya meningkat tajam.“Aurum, pinjamkan kekuatanmu,” pinta Yuasa kepada sang naga dalam dirinya.Naga itu geram tapi menolak keinginan pemilik tubuhnya.“Aurum!” teriak Yuasa atas penolakan naga tersebut.Yuasa mundur beberapa langkah, dia berharap kabur dari tempat ini. Baginya tidak peduli tindakan kabur adalah tindakan pengecut, tapi menghadapi musuh yang sudah jelas jauh lebih kuat dan harus mempertaruhkan nyawa bukanlah pilihan.“Terima kasih banyak, Pangeran. Ternyata memang benar kemampuan darahmu luar biasa,” ucap pria yang kini tak terlihat lagi uban di rambutnya. Dia membersihkan sisa-sisa darah yang menempel pada pedang kayu yang ada di tangannya. “Rasanya manis, pantas saja mereka mati-matian mengejarmu,” lanjutnya.“Kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan, jadi tidak perlu berta
“Setidaknya masih hidup meskipun terluka parah,” gumam pria itu membungkuk untuk membawa Yuasa ke tempat tuannya. “Jangan sentuh dia!” Suara seorang wanita terdengar, pria itu berhenti dan menoleh melihat ke arah sumber suara. Wanita berjalan bagaikan berlari dan menyerang ke arah petugas perpustakaan. “Banyak sekali pengganggu,” gerutu pria itu menangkis serangannya. Gerakan wanita itu sangat cepat yang membuat pria itu terperanjat dan kewalahan menghadapi serangannya. “Red Ruby,” gumamnya memperhatikan postur tubuh wanita yang menyerangnya, rambut merah dan mata delima khas dari klan yang mayoritas merupakan kristal merah. para petarung dengan kemampuan tingkat tinggi. Wanita dengan rambut merah ini cukup k
Rainsword berada di dunia yang asing baginya. Tempat ini memiliki kualitas udara yang sangat buruk. Dia berjalan di jalan setapak berbatu dan tanah hitam yang terasa dingin dengan kaki tanpa alas.“Tempat apa ini?” batin Rainsword memperhatikan setiap sudut tempat asing yang ada di hadapannya. Dia terus berjalan hingga menemukan sebuah puri tua dengan tanaman ivy yang merambat di dinding luarnya. Perlahan dia masuk ke dalam puri tersebut, tidak ada cahaya yang bisa membuat matanya melihat jelas ke dalam puri. Namun, saat kakinya melangkah masuk melewati daun pintu puri, semua penerangan menyala secara serempak sehingga tempat itu menjadi begitu terang.Rainsword memasuki puri yang belum pernah dilihatnya. Dia terus berjalan hingga masuk ke dalam aula di mana seseorang duduk di sebuah kursi besar layaknya singgasana. Sosok yang duduk di kursi tersebut terlihat sangat familiar.“Yuan,” gumam Rainsword.Mendengar namanya disebut, pemuda berambut hitam kelam itu membuka
Siapa yang menyangka selama ini dia sangat dekat dengan bangsa kristal, bahkan dalam dirinya mengalir darah bangsa tersebut."Ibunda," lirih Rainsword memperhatikan penampilan Permaisuri Erina yang tidak pernah dia sadari sebelumnya."Ya, aku seorang penjaga. Pilar-pilar ini dipindahkan karena tidak mungkin bagiku sebagai penjaga meninggalkan tempat ku. Dengan persetujuan Yang Mulia, pada akhirnya istana timur ditutup untuk umum. Hingga tersebar rumor hanya wanita saja yang boleh memasuki wilayah ini." Wanita dengan mata biru sapphire itu menatap Rainsword dengan tatapan sendu."Ibunda, aku…." Rainsword tidak bisa meneruskan kata-katanya, dia teringat banyak hal dan sejak dulu menyangkal keberadaan semua makhluk fantasi lalu kini dia adalah salah satunya. Rasanya sungguh aneh."Kekuatanmu bangkit, Tuan Agni sudah mengirimkan laporannya padaku," sambung Permaisuri Sawatari, dia terlihat tenang dengan perubahan itu."Ibunda," lirih Rainsword."Hal itu wajar, Rain. Yang Mulia juga pasti m
Raja Quattro dikejutkan dengan tanaman merambat yang mulai menjalar dan terus tumbuh di bawah kakinya. Tanaman itu mengikuti ke mana sang raja baru melangkah. Seakan tahu sasarannya, tanaman rambat itu mengikat kaki Raja Quattro.“Kau mengendalikan tanaman!” teriak Raja Quattro saat tanaman rambat mulai melilitnya dari bawah. Kakinya telah terikat sempurna hingga lutut. Dia berusaha memotong sulur-sulur yang merambat cepat.“Aku tidak menguasai pengendalian tanaman,” balas Pangeran Yuasa.Pangeran Yuasa juga bingung dengan kondisi angin yang bertiup bersamaan dengan helai dedaunan. Aroma mint lembut terbawa dalam hembusan angin hingga semua pasukan berhenti berlari saat menghirup aromanya.“Jangan berkilah, hentikan tanaman ini!” teriak Raja Quattro saat tanaman rambat itu kini membungkus seluruh kakinya hingga ke pinggang dan masih menjalar. Bukan hanya di bawah kaki Raja Quattro tanaman mulai tumbuh di seluruh bagian. Ada beberapa bunga kecil yang mulai mekar pula.“Ayahanda,” gumam
“Rosaline!” Damian menangkap tubuh Rosaline. Dia menepuk pipi adik perempuannya supaya sadar.Raja Quattro yang melihat barrier tujuh lapis. Rosaline menghilang menyeringai. Senyumannya membuat Damian merasa merinding. Tubuh Rosaline tiba-tiba terasa ringan. Damian yang melihat perubahan itu menyipitkan mata tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tubuh Rosaline yang sedang pingsan tiba-tiba berpindah dari tangan Damian ke tangan Raja Quattro tanpa disadarinya. Angin Raja Quattro yang memindahkannya secepat kilat.Keberadaan Rosaline di tangan Raja Quattro membuat mereka semua bergidik. Raja itu melakukan segala cara demi tercapai tujuannya.“Pangeran! Turun dan serahkan dirimu, atau ....” Raja Quattro memperlihatkan Rosaline yang berada di tangannya dan memberikan isyarat gerakan tangan di depan leher seperti diiris.“Bagaimana Yuasa?” Aurum yang bersatu dengan Pangeran Yuasa tidak bisa tinggal diam. Baginya Rosaline merupakan orang yang berharga, setidaknya dia menganggap gadis itu
Adrian merasa ada yang janggal. Saat mereka meninggalkan Istana Mawar, permaisuri menyambut mereka. Namun, saat ini meskipun keributan sangat besar terjadi tidak ada tanda-tanda keberadaan permaisuri.“Tunggu.” Adrian menghentikan Pangeran Yuan yang akan membuka pintu ke kamar Raja Yuichi.“Ada apa?”Kedua anak kembar itu saling berpandangan kemudian melihat ke arah Adrian.“Kalian tunggu sebentar,” ucap Adrian meminta kedua anak kembar ini menunggu dan dia menyelinap masuk diam-diam.Tak lama berselang, Aurum bersama dengan Pangeran Yuasa masuk ke dalam.“Sedang apa?” tanya Aurum yang melihat dua anak sedang berdiri di depan pintu. Dia mencari tempat untuk meletakkan Pangeran Yuasa yang sedang tidak sadarkan diri. Setelah memindai ruangan dengan teliti dia menemukan ada kursi panjang dan akhirnya merebahkan Pangeran Yuasa di sana.“Apa yang terjadi dengan Kakak?” tanya Pangeran Yuan.“Kehabisan energi, sudah hal biasa,” jawab Aurum.Rosaline menanyakan keberadaan Adrian kepada Putri
Pangeran Yuasa berjalan menuju ke bangunan utama Istana Mawar. Mereka yang berada di depan sang pangeran menyingkir tanpa perintah. Semua orang seakan mendapatkan tekanan yang begitu berat dan tidak bisa beranjak dari tempatnya kecuali mereka yang menghalangi jalan seakan kakinya bergerak sendiri untuk memberi jalan sang pangeran. “Apa ini?!” batin Raja Quattro. Dia tidak bisa bergerak bahkan menunduk saat Pangeran Yuasa lewat di depannya. “Kau ingin tahu kekuatan apakah ini? Ini adalah kekuatan untuk mengendalikan, aku memang lemah tapi dengan kekuatan ini kau pun akan bertekuk lutut,” bisik Pangeran Yuasa di depan Raja Quattro. “Salam kepada Yang Mulia,” ucap Raja Quattro, ucapan yang seharusnya tidak pernah keluar dari mulutnya. Dia berlutut di depan Pangeran Yuasa. Semua pengikut sang raja pun mengikuti apa yang dilakukannya. “Sial, bagaimana bisa tubuhku dipaksa seperti ini!” batin Raja Quattro mengumpat dalam hati, mengutuk sang pangeran atas perlakuannya merendahkan dirinya.
Aurum menerjang prajurit yang menghalanginya. Dia tidak peduli dengan mereka yang menghalangi dan berlari ke arah Pangeran Yuasa.“Yuasa!”Raja Quattro yang melihat Aurum mendekat mengangkat tangannya. Dia mengucapkan sesuatu dan angin besar menerbangkan Aurum, naga yang begitu besar seakan tidak memiliki berat. Aurum terhempas dan menimpa beberapa prajurit.“Dasar pengganggu.” Raja Quattro membuat pembatas, pembatas yang membuat gentar siapa pun yang ada di sana. Mereka berdua berada di tengah-tengah pusaran angin.“Siapa yang akan menolongmu sekarang, Pangeran? Kau bukan apa-apa tanpa teman-temanmu. Kau pikir aku tidak tahu, kau lemah, sangat lemah, hanya karena kau terlahir sebagai anak raja maka semua ini bisa kau miliki. Sungguh membuat iri. Aku yang berusaha sekuat tenaga, berjuang dari bawah hanya bisa menduduki posisi jenderal. Sementara kau akan menjadi raja? Enak saja. Aku juga bisa melakukan pemurnian, ternyata itu bukan kekuatan spesial.” Raja Quattro menyeringai. Dia mena
“Cepat, kita harus menolong ayah!” seru Pangeran Yuasa.Yuan terbang lebih dulu, dia dapat merasakan kekuatan kristal hitam yang begitu besar.“Aneh, kenapa kristal hitam sangat terasa di sini, ini akan sangat buruk untuk ayah dan kakak,” batin Pangeran Yuan. Dia mendekati Yui dan membicarakan tentang firasatnya.“Istana Mawar ada di depan.” Pangeran Yuasa memberikan komandonya.Putri Yui memperlambat terbangnya saat merasakan sesuatu yang tidak biasa.“Ada apa?” tanya Pangeran Yuasa saat melihat kedua adik kembarnya berhenti dan tidak melanjutkan perjalanan mereka.“Itu!” Mata Pangeran Yuasa terbelalak, pasukan yang berjajar rapi mungkin lebih dari 10.000 prajurit ada di sana. Mereka dipimpin oleh Raja Quattro dan para jenderalnya.“Melawan mereka rasanya seperti menggali kubur sendiri,” gumam Rosaline.Sekuat-kuatnya mereka jika lawannya begitu banyak tetap saja akan sangat sulit.Pangeran Yuasa melihat pergerakan pasukan Damian dan yang lain menuju Istana Mawar. Pasukan mereka hany
Pangeran Yuasa terbang bersama dengan kedua adik kembarnya. Mereka mendarat di depan sebuah pintu besar yang terletak di tengah hutan.“Kurasa Aurum tidak akan muat,” ucap Pangeran Yuasa melihat sebuah pintu yang lebih besar dari pintu rumah pada umumnya, tetapi lebih kecil jika dibandingkan dengan gerbang dimensi.Pangeran Yuan tersenyum, “Dia bisa berubah, kan,” sambung Pangeran Yuan.Aurum berubah wujud. Dia terlihat seperti Pangeran Yuasa, yang berbeda hanya warna matanya, tetap keemasan.“Aku pasti muat dengan wujud ini,” ucap Aurum tersenyum simpul.“Rosaline,” panggil Pangeran Yuasa dan gadis itu mengangguk. Dia tahu dirinya diminta memasang barrier.“Tidak perlu,” tolak Pangeran Yuan saat gadis berambut merah itu akan memasangkan barrier padanya.“Tapi, Pangeran bisa terluka,” balas Rosaline.Pemuda dengan wajah yang sama seperti Putri Yui itu tersenyum, “Aku tidak apa-apa. Berikan pada Yui dan yang lainnya.”Rosaline berbalik dan membuat barrier untuk Putri Yui dan juga Aurum
Xavier menghadang mereka yang semuanya berpakaian hitam. Satu lawan sekumpulan orang tak membuat pria bersenjata tombak hitam ini gentar.“Kenapa kalian tidak menyerang saat kami sedang terlelap, sungguh baik hati sekali menunggu hingga kami bangun.” Xavier merasa mereka ternyata masih punya hati nurani.Salah satu dari mereka terlihat terluka oleh luka bakar, Xavier merasa mengenal luka tersebut, luka yang di akibatkan oleh api hitam.“Apa Rafael berjaga tadi malam? Bukankah dia tidur lebih dulu dariku,” batin Xavier.Malam itu mereka berusaha menyerang, menunggu mereka terlelap. Saat kaki mereka melangkah cukup dekat dengan rumah pohon, sebuah barrier tujuh lapis ternyata menyelubungi tempat itu. Barrier itu sangat keras dan dengan usaha yang cukup besar mereka menghancurkan ke tujuh lapis pelindung tersebut.“Tuan Xavier, kami masih segan dengan Anda. Mereka kristal berwarna tidak seharusnya Anda membelanya,” ucap salah satu dari pria berpakaian hitam di depan Xavier.“Kalian belum
Malam semakin larut, Damian menggigil seakan seluruh tubuhnya diselimuti salju.“Kak!” Adrian berusaha membuat barrier untuk membuat udara sekitar Damian lebih hangat, tetapi percuma hal itu tidak berdampak sedikitpun.Seperti para korban yang lain, Damian mulai meracau, mengatakan hal-hal aneh. Bahkan bahasa yang digunakan juga bukan bahasa yang biasa digunakan, dia seperti bersenandung kadang berteriak dan sesaat kemudian menangis.“Kak Damian?!”Adrian berusaha menyadarkan Damian yang seperti orang lain saat tengah malam tiba, dia sangat aneh.“Adrian, tidak ada yang bisa kita lakukan, dia bukan Damian saat ini, kontaminasi di tubuhnya sedang menguasainya, ingatan dari noda-noda kristal yang diserapnya tidak bisa dikendalikan. Percuma, dia akan kembali lagi esok hari, kita hanya bisa menjaganya agar tidak melukai dirinya sendiri.” Menteri Feng Zhui membuat suhu udara sekitar Damian menjadi hangat. Pria berambut merah itu terlihat tidak terlalu menggigil lagi. Adrian membuat barrier