Hai semua pembaca, terima kasih penulis ucapkan. Terus ikuti kelanjutannya ya ^^v jangan lupa berikan gems dan komentar untuk mendukung penulis. Love you all
Rainsword dan Yuasa sudah kembali ke istana timur. Mereka menunggu Permaisuri Erina mempersiapkan pemberangkatan mereka kembali ke akademi."Kakak tidak tinggal lebih lama?" Yuan menarik tangan kakaknya dan merajuk. "Tidak bisa Yuan, kami harus kembali," balas Rainsword. Melihat wajah kecewa yang tergambar jelas di wajah adiknya membuat Rainsword tidak tega. Sama seperti hari itu saat pertama kali meninggalkan Yuan, Rainsword sangat berat melepaskan adiknya ini."Hei, tunjukkan Marina," ucap Rainsword yang membuat adik manisnya itu tersenyum."Kakak sungguh ingin melihat Marina? Kakak mau melihat undine milikku?" Yuan terlihat bersemangat saat kakaknya mengakui keberadaan mereka.Satu anggukan cukup membuat Yuan senang dan segera bersiap melakukan pemanggilan.Yuan berdiri menjauh dari Yuasa dan Rainsword, dia seperti mengucapkan sesuatu dan mengangkat tangannya hingga sebuah lingkaran sihir muncul di depannya.Sebuah lingkaran sihir berwarna biru l
Recca berjalan dengan kesal. Mereka bertiga pulang paling akhir dari kelas botani karena kegagalan kedua pangeran yang tidak bisa membedakan tanaman yang seharusnya dimasukkan untuk bahan ramuan."Pokoknya aku tidak mau gagal gara-gara kalian," gerutu Recca.Rainsword berjalan santai menanggapi Recca yang sudah merah padam karena kesal."Tenang saja, kami akan berusaha," jawab Rainsword."Aku tidak mengerti memangnya apa yang salah jahe dengan ginseng terlihat sama bagiku," sambung Yuasa yang benar-benar polos tidak bisa membedakan tanaman herbal."Benar, mereka cerewet sekali serai dan alang-alang juga terlihat mirip," imbuh Rainsword yang sama parahnya dengan Yuasa dalam mengidentifikasi tanaman herbal.Recca menatap kedua temannya satu persatu lalu menghela napas panjang berusaha menenangkan diri supaya tidak meledak kemarahannya. "Sabar, Recca, sabar," batin Recca.Mereka berdua adalah pangeran yang harus dijaga keselamatannya dan dia juga harus bersikap sopan. Meskipun jika hany
Rainsword masuk ke dalam rumah pengungsian. Dia mengira akan berdesakan dengan pengungsi lain, tetapi kenyataanya dia mendapatkan satu rumah utuh dan hanya ada mereka berenam di rumah itu. Masih merasa canggung dengan teman pengungsinya, Rainsword mulai tidak nyaman duduk di ruang tamu."Lebih baik Pangeran Rainsword beristirahat, mari saya antarkan ke kamar Anda." Pria kekar yang belum dikenal Rainsword memecah kesunyian dan menawarkan diri mengantarkan Rainsword ke kamarnya. Tanpa menjawab dengan kata-kata, Rainsword langsung mengangguk dan berdiri mengikuti pria tersebut."Pangeran jangan takut, kami disini hanya akan membantu Anda memanggil makhluk penjaga atau spirit khusus yang mengikuti Pangeran. Seperti semua penjaga, mereka memiliki spirit khusus. Tuan Agni misalnya dia memiliki Phoenix," ucap pria yang mengantarkan Rainsword sampai kamarnya."Jadi makhluk apa yang ku miliki?" tanya Rainsword penasaran."Maaf, saya juga tidak tahu, dia berada dalam diri Pangeran," jawab pria
Rainsword kembali mendapatkan mimpi buruk yang lebih buruk, mimpi yang menjadi kenyataan. Bukan hanya mengejar tapi ular berkepala sembilan ini benar-benar menyerangnya. Kepala-kepala ular itu terbuka dan air di sekitarnya mulai berbuih kemudian terjangan air yang keras menyeret Rainsword hingga beberapa meter.“Bagaimana ini?!” Takut, cemas, dan bingung, keadaan Rainsword saat ini tidak bisa dikatakan baik-baik saja. Dia berusaha menahan serangan dengan memanipulasi air untuk membuat pelindung. Namun, kekuatan airnya tidak cukup kuat sehingga dia terpental dan menabrak batu karang. “Apa hanya seperti itu kemampuanmu!” Suara makhluk di depannya bergema dalam benak Rainsword.Rainsword berusaha bangkit kembali, dia merasa harus ke permukaan untuk mengambil oksigen. Namun, ternyata dia merasakan sesuatu yang berbeda, dia bisa bernapas dalam air. “Bagaimana mungkin?!” Rainsword meraba bagian kepala dan lehernya, mencari sesuatu yang menyerupai insang. Kenapa dirinya bisa baik-baik saj
Rainsword mundur beberapa langkah, dia kebingungan. Menyerang dengan elemen air ternyata tidak berhasil melumpuhkan musuhnya yang merupakan elemen air juga.“Andai saja aku punya pedang,” pikir Rainsword. Dia teringat dengan pedang peraknya yang ada di kamar, sedikit ada rasa sesal di hatinya kenapa tidak membawa pedang itu bersamanya. Akan tetapi dia berpikir lagi, percuma juga dibawa karena saat latihan di aula dia juga tidak membawa apapun.Rainsword menarik air yang ada di lautan lalu memadatkannya, membentuk menjadi sebuah pedang es. “Semoga saja ini cukup tajam,” gumamnya mencoba pedangnya. Dia melompat dan menyerang sang ular.“Bwahahaha!” tawa sang ular menggema. Dia hanya merasa seperti ditusuk dengan lidi. Pedang Rainsword tidak cukup tajam menggores sisik tebal ular berkepala sembilan itu.Salah satu kepala ular tersebut menyerang dengan mengeluarkan cairan dari dalam mulutnya dan baju yang terkena cairan itu terkoyak, Rainsword juga merasakan panas pada kulitnya.“Apa ini
Rainsword terbangun lalu meraba tubuhnya, melihat apakah masih utuh atau tidak. Dia kemudian memijit pelipis kepalanya yang terasa pusing.“Apa semua itu mimpi? Mimpi yang benar-benar nyata.”Seketika mata Rainsword terbelalak melihat sebuah simbol ular berkepala sembilan di punggung tangannya.“Apa ini?!”Dia menggosok gambar itu tapi tidak juga hilang. “Apa ini semacam tato, siapa yang usil mengerjaiku,” pikir Rainsword.Pemuda berambut keperakan pendek itu bangun dan menuju ke kamar mandi guna menghapus coretan di tangannya. Saat gambar ular berkepala sembilan itu terkena air bukan semakin menghilang justru bersinar. Warna yang awalnya hitam berubah menjadi biru laut.
Kembali ke Kerajaan Cahaya, Raja Yuichi merasakan sakit yang luar biasa pada tubuhnya. Telapak tangan yang menghitam semakin menjalar hingga mencapai lengannya. Tiba-tiba dia terjatuh saat berjalan mendekati meja kerjanya. "Yang Mulia!" seru seorang pengawal yang melihat Raja Yuichi terjatuh di dekat meja kerjanya. Pengawal itu membawa sang raja beristirahat di sebuah kursi panjang yang ada di ruangan itu. "Saya panggilkan tabib," ucap pengawal yang terlihat cemas melihat rajanya sakit. Tanpa kata, Raja Yuichi hanya mengangguk saja. Dia menyandarkan kepalanya pada lengan kursi panjang dan meluruskan kedua kakinya. "Blood moon, kegelapan dalam diriku mulai bangkit," batin Raja Yuichi. Dia hanya tersenyum kecut menyadari kenyataan yang jauh dari keinginannya. "Yang Mulia!" Suara nyaring yang sangat merdu terdengar. Meskipun tidak melihat, sang raja tersenyum. "Aku baik-baik saja, sepertinya hanya terlalu lelah," balas Raja Yuichi perlahan melihat wajah cantik yang saat ini melihat
Permaisuri Sawatari bersama dengan seorang jenderal memeriksa sebuah ruang bawah tanah. Tempat yang jarang dikunjungi maupun dihuni karena pada masa pemerintahan Raja Yuichi dia sangat jarang menghukum dengan memenjarakan mereka. Cara memerintah yang halus membuat rakyat tidak melakukan banyak tindakan kriminal. Meskipun terlihat tenang bukan berarti tanpa masalah. Beberapa orang yang menduduki jabatan di pemerintahan berusaha menyingkirkannya.“Sepertinya hanya ruangan ini yang berada di bawah tanah tanpa ada celah keluar,” terang Jenderal yang menemani Permaisuri Sawatari.“Terima kasih,” ucap sang permaisuri dan pria itu membiarkan wanita cantik dan anggun itu melihat-lihat ruangan pengap dan lembab yang dikunjunginya sambil bertanya-tanya untuk apa ruang bawah tanah ini.“Saya bisa keluar sendiri, Jenderal bisa melanjutkan tugas kembali dan sekali lagi saya ucapkan terima kasih,” ucap Permaisuri Sawatari dengan sopan, tidak bermaksud mengusir.“Baik, Permaisuri,
Raja Quattro dikejutkan dengan tanaman merambat yang mulai menjalar dan terus tumbuh di bawah kakinya. Tanaman itu mengikuti ke mana sang raja baru melangkah. Seakan tahu sasarannya, tanaman rambat itu mengikat kaki Raja Quattro.“Kau mengendalikan tanaman!” teriak Raja Quattro saat tanaman rambat mulai melilitnya dari bawah. Kakinya telah terikat sempurna hingga lutut. Dia berusaha memotong sulur-sulur yang merambat cepat.“Aku tidak menguasai pengendalian tanaman,” balas Pangeran Yuasa.Pangeran Yuasa juga bingung dengan kondisi angin yang bertiup bersamaan dengan helai dedaunan. Aroma mint lembut terbawa dalam hembusan angin hingga semua pasukan berhenti berlari saat menghirup aromanya.“Jangan berkilah, hentikan tanaman ini!” teriak Raja Quattro saat tanaman rambat itu kini membungkus seluruh kakinya hingga ke pinggang dan masih menjalar. Bukan hanya di bawah kaki Raja Quattro tanaman mulai tumbuh di seluruh bagian. Ada beberapa bunga kecil yang mulai mekar pula.“Ayahanda,” gumam
“Rosaline!” Damian menangkap tubuh Rosaline. Dia menepuk pipi adik perempuannya supaya sadar.Raja Quattro yang melihat barrier tujuh lapis. Rosaline menghilang menyeringai. Senyumannya membuat Damian merasa merinding. Tubuh Rosaline tiba-tiba terasa ringan. Damian yang melihat perubahan itu menyipitkan mata tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tubuh Rosaline yang sedang pingsan tiba-tiba berpindah dari tangan Damian ke tangan Raja Quattro tanpa disadarinya. Angin Raja Quattro yang memindahkannya secepat kilat.Keberadaan Rosaline di tangan Raja Quattro membuat mereka semua bergidik. Raja itu melakukan segala cara demi tercapai tujuannya.“Pangeran! Turun dan serahkan dirimu, atau ....” Raja Quattro memperlihatkan Rosaline yang berada di tangannya dan memberikan isyarat gerakan tangan di depan leher seperti diiris.“Bagaimana Yuasa?” Aurum yang bersatu dengan Pangeran Yuasa tidak bisa tinggal diam. Baginya Rosaline merupakan orang yang berharga, setidaknya dia menganggap gadis itu
Adrian merasa ada yang janggal. Saat mereka meninggalkan Istana Mawar, permaisuri menyambut mereka. Namun, saat ini meskipun keributan sangat besar terjadi tidak ada tanda-tanda keberadaan permaisuri.“Tunggu.” Adrian menghentikan Pangeran Yuan yang akan membuka pintu ke kamar Raja Yuichi.“Ada apa?”Kedua anak kembar itu saling berpandangan kemudian melihat ke arah Adrian.“Kalian tunggu sebentar,” ucap Adrian meminta kedua anak kembar ini menunggu dan dia menyelinap masuk diam-diam.Tak lama berselang, Aurum bersama dengan Pangeran Yuasa masuk ke dalam.“Sedang apa?” tanya Aurum yang melihat dua anak sedang berdiri di depan pintu. Dia mencari tempat untuk meletakkan Pangeran Yuasa yang sedang tidak sadarkan diri. Setelah memindai ruangan dengan teliti dia menemukan ada kursi panjang dan akhirnya merebahkan Pangeran Yuasa di sana.“Apa yang terjadi dengan Kakak?” tanya Pangeran Yuan.“Kehabisan energi, sudah hal biasa,” jawab Aurum.Rosaline menanyakan keberadaan Adrian kepada Putri
Pangeran Yuasa berjalan menuju ke bangunan utama Istana Mawar. Mereka yang berada di depan sang pangeran menyingkir tanpa perintah. Semua orang seakan mendapatkan tekanan yang begitu berat dan tidak bisa beranjak dari tempatnya kecuali mereka yang menghalangi jalan seakan kakinya bergerak sendiri untuk memberi jalan sang pangeran. “Apa ini?!” batin Raja Quattro. Dia tidak bisa bergerak bahkan menunduk saat Pangeran Yuasa lewat di depannya. “Kau ingin tahu kekuatan apakah ini? Ini adalah kekuatan untuk mengendalikan, aku memang lemah tapi dengan kekuatan ini kau pun akan bertekuk lutut,” bisik Pangeran Yuasa di depan Raja Quattro. “Salam kepada Yang Mulia,” ucap Raja Quattro, ucapan yang seharusnya tidak pernah keluar dari mulutnya. Dia berlutut di depan Pangeran Yuasa. Semua pengikut sang raja pun mengikuti apa yang dilakukannya. “Sial, bagaimana bisa tubuhku dipaksa seperti ini!” batin Raja Quattro mengumpat dalam hati, mengutuk sang pangeran atas perlakuannya merendahkan dirinya.
Aurum menerjang prajurit yang menghalanginya. Dia tidak peduli dengan mereka yang menghalangi dan berlari ke arah Pangeran Yuasa.“Yuasa!”Raja Quattro yang melihat Aurum mendekat mengangkat tangannya. Dia mengucapkan sesuatu dan angin besar menerbangkan Aurum, naga yang begitu besar seakan tidak memiliki berat. Aurum terhempas dan menimpa beberapa prajurit.“Dasar pengganggu.” Raja Quattro membuat pembatas, pembatas yang membuat gentar siapa pun yang ada di sana. Mereka berdua berada di tengah-tengah pusaran angin.“Siapa yang akan menolongmu sekarang, Pangeran? Kau bukan apa-apa tanpa teman-temanmu. Kau pikir aku tidak tahu, kau lemah, sangat lemah, hanya karena kau terlahir sebagai anak raja maka semua ini bisa kau miliki. Sungguh membuat iri. Aku yang berusaha sekuat tenaga, berjuang dari bawah hanya bisa menduduki posisi jenderal. Sementara kau akan menjadi raja? Enak saja. Aku juga bisa melakukan pemurnian, ternyata itu bukan kekuatan spesial.” Raja Quattro menyeringai. Dia mena
“Cepat, kita harus menolong ayah!” seru Pangeran Yuasa.Yuan terbang lebih dulu, dia dapat merasakan kekuatan kristal hitam yang begitu besar.“Aneh, kenapa kristal hitam sangat terasa di sini, ini akan sangat buruk untuk ayah dan kakak,” batin Pangeran Yuan. Dia mendekati Yui dan membicarakan tentang firasatnya.“Istana Mawar ada di depan.” Pangeran Yuasa memberikan komandonya.Putri Yui memperlambat terbangnya saat merasakan sesuatu yang tidak biasa.“Ada apa?” tanya Pangeran Yuasa saat melihat kedua adik kembarnya berhenti dan tidak melanjutkan perjalanan mereka.“Itu!” Mata Pangeran Yuasa terbelalak, pasukan yang berjajar rapi mungkin lebih dari 10.000 prajurit ada di sana. Mereka dipimpin oleh Raja Quattro dan para jenderalnya.“Melawan mereka rasanya seperti menggali kubur sendiri,” gumam Rosaline.Sekuat-kuatnya mereka jika lawannya begitu banyak tetap saja akan sangat sulit.Pangeran Yuasa melihat pergerakan pasukan Damian dan yang lain menuju Istana Mawar. Pasukan mereka hany
Pangeran Yuasa terbang bersama dengan kedua adik kembarnya. Mereka mendarat di depan sebuah pintu besar yang terletak di tengah hutan.“Kurasa Aurum tidak akan muat,” ucap Pangeran Yuasa melihat sebuah pintu yang lebih besar dari pintu rumah pada umumnya, tetapi lebih kecil jika dibandingkan dengan gerbang dimensi.Pangeran Yuan tersenyum, “Dia bisa berubah, kan,” sambung Pangeran Yuan.Aurum berubah wujud. Dia terlihat seperti Pangeran Yuasa, yang berbeda hanya warna matanya, tetap keemasan.“Aku pasti muat dengan wujud ini,” ucap Aurum tersenyum simpul.“Rosaline,” panggil Pangeran Yuasa dan gadis itu mengangguk. Dia tahu dirinya diminta memasang barrier.“Tidak perlu,” tolak Pangeran Yuan saat gadis berambut merah itu akan memasangkan barrier padanya.“Tapi, Pangeran bisa terluka,” balas Rosaline.Pemuda dengan wajah yang sama seperti Putri Yui itu tersenyum, “Aku tidak apa-apa. Berikan pada Yui dan yang lainnya.”Rosaline berbalik dan membuat barrier untuk Putri Yui dan juga Aurum
Xavier menghadang mereka yang semuanya berpakaian hitam. Satu lawan sekumpulan orang tak membuat pria bersenjata tombak hitam ini gentar.“Kenapa kalian tidak menyerang saat kami sedang terlelap, sungguh baik hati sekali menunggu hingga kami bangun.” Xavier merasa mereka ternyata masih punya hati nurani.Salah satu dari mereka terlihat terluka oleh luka bakar, Xavier merasa mengenal luka tersebut, luka yang di akibatkan oleh api hitam.“Apa Rafael berjaga tadi malam? Bukankah dia tidur lebih dulu dariku,” batin Xavier.Malam itu mereka berusaha menyerang, menunggu mereka terlelap. Saat kaki mereka melangkah cukup dekat dengan rumah pohon, sebuah barrier tujuh lapis ternyata menyelubungi tempat itu. Barrier itu sangat keras dan dengan usaha yang cukup besar mereka menghancurkan ke tujuh lapis pelindung tersebut.“Tuan Xavier, kami masih segan dengan Anda. Mereka kristal berwarna tidak seharusnya Anda membelanya,” ucap salah satu dari pria berpakaian hitam di depan Xavier.“Kalian belum
Malam semakin larut, Damian menggigil seakan seluruh tubuhnya diselimuti salju.“Kak!” Adrian berusaha membuat barrier untuk membuat udara sekitar Damian lebih hangat, tetapi percuma hal itu tidak berdampak sedikitpun.Seperti para korban yang lain, Damian mulai meracau, mengatakan hal-hal aneh. Bahkan bahasa yang digunakan juga bukan bahasa yang biasa digunakan, dia seperti bersenandung kadang berteriak dan sesaat kemudian menangis.“Kak Damian?!”Adrian berusaha menyadarkan Damian yang seperti orang lain saat tengah malam tiba, dia sangat aneh.“Adrian, tidak ada yang bisa kita lakukan, dia bukan Damian saat ini, kontaminasi di tubuhnya sedang menguasainya, ingatan dari noda-noda kristal yang diserapnya tidak bisa dikendalikan. Percuma, dia akan kembali lagi esok hari, kita hanya bisa menjaganya agar tidak melukai dirinya sendiri.” Menteri Feng Zhui membuat suhu udara sekitar Damian menjadi hangat. Pria berambut merah itu terlihat tidak terlalu menggigil lagi. Adrian membuat barrier