Matahari mulai menunjukkan keengganannya berada di atas awan, dia mulai kembali ke peraduan dengan warna jingga yang indah.
“Sudah sore, cepat sekali waktu berlalu,” ucap Rosaline yang melihat semburat jingga dari sang surya. Dia sudah memberikan pesan kepada pengawal lain untuk membawa semua pengawal yang telah dia lumpuhkan untuk dirawat. Kemudian mengintrogasinya untuk mendapatkan kebenaran.“Kau benar, cepat sekali. Kuantar ke asramamu,” tawar Pangeran Yuasa tapi gadis berambut merah itu menggelengkan kepalanya.“Tidak, saya yang harus mengantarkan Pangeran ke asrama,” tolak Rosaline dengan senyum manis menghiasi bibirnya.“Tapi, bukankah seorang pria yang seharusnya mengantarkan wanita,” bantah Pangeran Yuasa. Namun, sekali lagi gadis dengan mata delima itu menggelengkan kepalanya.“Ya, jika saya seorang putri, tetapi saya hanyalah pengawal. Mengantarkan Pangeran justru menjadi tugas saya di sini,” sanggah Rosaline yang tidakYuasa bersama dengan semua siswa di kelas hari ini mengunjungi perpustakaan. Mereka mendapatkan tugas untuk membuat laporan tentang satu makhluk mitologi. Semua siswa sibuk dengan pekerjaannya masing-masing termasuk dengan Yuasa. “Aku benci tugas seperti ini,” gerutu Recca. Pemuda berambut jingga yang mengenakan seragam warna putih ini membuka buku referensi dengan malas. “Cepat kerjakan, kalau tidak kita akan di sini sampai sore,” imbuh Rainsword. “Aku tidak mengerti apa bagusnya membuat laporan,” cibir Recca meniup rambutnya yang lolos ke depan matanya. “Aku penasaran dengan hydra, aku mau cari referensi lain,” ucap Yuasa berdiri dan membawa sebuah buku yang berisi makhluk-makhluk mitologi termasuk hydra. “Hydra, apa itu?” tanya Rainsword. “Aku benar-benar tidak mengerti bagaimana kau ke sini tanpa tahu semua makhluk fantasi dalam cerita dongeng manusia,” balas Recca menyodorkan buku yang bergambar seekor ular besar berkepala sembilan. “Apa ini hydra?” Rainsword teringat akan
Pria tua yang merupakan petugas perpustakaan tidak terlihat lagi guratan kulit yang mengendur, dia menjadi pria perkasa dan kuat. Bukan hanya fisiknya saja yang terlihat kuat tapi juga kemampuannya meningkat tajam.“Aurum, pinjamkan kekuatanmu,” pinta Yuasa kepada sang naga dalam dirinya.Naga itu geram tapi menolak keinginan pemilik tubuhnya.“Aurum!” teriak Yuasa atas penolakan naga tersebut.Yuasa mundur beberapa langkah, dia berharap kabur dari tempat ini. Baginya tidak peduli tindakan kabur adalah tindakan pengecut, tapi menghadapi musuh yang sudah jelas jauh lebih kuat dan harus mempertaruhkan nyawa bukanlah pilihan.“Terima kasih banyak, Pangeran. Ternyata memang benar kemampuan darahmu luar biasa,” ucap pria yang kini tak terlihat lagi uban di rambutnya. Dia membersihkan sisa-sisa darah yang menempel pada pedang kayu yang ada di tangannya. “Rasanya manis, pantas saja mereka mati-matian mengejarmu,” lanjutnya.“Kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan, jadi tidak perlu berta
“Setidaknya masih hidup meskipun terluka parah,” gumam pria itu membungkuk untuk membawa Yuasa ke tempat tuannya. “Jangan sentuh dia!” Suara seorang wanita terdengar, pria itu berhenti dan menoleh melihat ke arah sumber suara. Wanita berjalan bagaikan berlari dan menyerang ke arah petugas perpustakaan. “Banyak sekali pengganggu,” gerutu pria itu menangkis serangannya. Gerakan wanita itu sangat cepat yang membuat pria itu terperanjat dan kewalahan menghadapi serangannya. “Red Ruby,” gumamnya memperhatikan postur tubuh wanita yang menyerangnya, rambut merah dan mata delima khas dari klan yang mayoritas merupakan kristal merah. para petarung dengan kemampuan tingkat tinggi. Wanita dengan rambut merah ini cukup k
Rainsword berada di dunia yang asing baginya. Tempat ini memiliki kualitas udara yang sangat buruk. Dia berjalan di jalan setapak berbatu dan tanah hitam yang terasa dingin dengan kaki tanpa alas.“Tempat apa ini?” batin Rainsword memperhatikan setiap sudut tempat asing yang ada di hadapannya. Dia terus berjalan hingga menemukan sebuah puri tua dengan tanaman ivy yang merambat di dinding luarnya. Perlahan dia masuk ke dalam puri tersebut, tidak ada cahaya yang bisa membuat matanya melihat jelas ke dalam puri. Namun, saat kakinya melangkah masuk melewati daun pintu puri, semua penerangan menyala secara serempak sehingga tempat itu menjadi begitu terang.Rainsword memasuki puri yang belum pernah dilihatnya. Dia terus berjalan hingga masuk ke dalam aula di mana seseorang duduk di sebuah kursi besar layaknya singgasana. Sosok yang duduk di kursi tersebut terlihat sangat familiar.“Yuan,” gumam Rainsword.Mendengar namanya disebut, pemuda berambut hitam kelam itu membuka
Siapa yang menyangka selama ini dia sangat dekat dengan bangsa kristal, bahkan dalam dirinya mengalir darah bangsa tersebut."Ibunda," lirih Rainsword memperhatikan penampilan Permaisuri Erina yang tidak pernah dia sadari sebelumnya."Ya, aku seorang penjaga. Pilar-pilar ini dipindahkan karena tidak mungkin bagiku sebagai penjaga meninggalkan tempat ku. Dengan persetujuan Yang Mulia, pada akhirnya istana timur ditutup untuk umum. Hingga tersebar rumor hanya wanita saja yang boleh memasuki wilayah ini." Wanita dengan mata biru sapphire itu menatap Rainsword dengan tatapan sendu."Ibunda, aku…." Rainsword tidak bisa meneruskan kata-katanya, dia teringat banyak hal dan sejak dulu menyangkal keberadaan semua makhluk fantasi lalu kini dia adalah salah satunya. Rasanya sungguh aneh."Kekuatanmu bangkit, Tuan Agni sudah mengirimkan laporannya padaku," sambung Permaisuri Sawatari, dia terlihat tenang dengan perubahan itu."Ibunda," lirih Rainsword."Hal itu wajar, Rain. Yang Mulia juga pasti m
Rainsword dan Yuasa sudah kembali ke istana timur. Mereka menunggu Permaisuri Erina mempersiapkan pemberangkatan mereka kembali ke akademi."Kakak tidak tinggal lebih lama?" Yuan menarik tangan kakaknya dan merajuk. "Tidak bisa Yuan, kami harus kembali," balas Rainsword. Melihat wajah kecewa yang tergambar jelas di wajah adiknya membuat Rainsword tidak tega. Sama seperti hari itu saat pertama kali meninggalkan Yuan, Rainsword sangat berat melepaskan adiknya ini."Hei, tunjukkan Marina," ucap Rainsword yang membuat adik manisnya itu tersenyum."Kakak sungguh ingin melihat Marina? Kakak mau melihat undine milikku?" Yuan terlihat bersemangat saat kakaknya mengakui keberadaan mereka.Satu anggukan cukup membuat Yuan senang dan segera bersiap melakukan pemanggilan.Yuan berdiri menjauh dari Yuasa dan Rainsword, dia seperti mengucapkan sesuatu dan mengangkat tangannya hingga sebuah lingkaran sihir muncul di depannya.Sebuah lingkaran sihir berwarna biru l
Recca berjalan dengan kesal. Mereka bertiga pulang paling akhir dari kelas botani karena kegagalan kedua pangeran yang tidak bisa membedakan tanaman yang seharusnya dimasukkan untuk bahan ramuan."Pokoknya aku tidak mau gagal gara-gara kalian," gerutu Recca.Rainsword berjalan santai menanggapi Recca yang sudah merah padam karena kesal."Tenang saja, kami akan berusaha," jawab Rainsword."Aku tidak mengerti memangnya apa yang salah jahe dengan ginseng terlihat sama bagiku," sambung Yuasa yang benar-benar polos tidak bisa membedakan tanaman herbal."Benar, mereka cerewet sekali serai dan alang-alang juga terlihat mirip," imbuh Rainsword yang sama parahnya dengan Yuasa dalam mengidentifikasi tanaman herbal.Recca menatap kedua temannya satu persatu lalu menghela napas panjang berusaha menenangkan diri supaya tidak meledak kemarahannya. "Sabar, Recca, sabar," batin Recca.Mereka berdua adalah pangeran yang harus dijaga keselamatannya dan dia juga harus bersikap sopan. Meskipun jika hany
Rainsword masuk ke dalam rumah pengungsian. Dia mengira akan berdesakan dengan pengungsi lain, tetapi kenyataanya dia mendapatkan satu rumah utuh dan hanya ada mereka berenam di rumah itu. Masih merasa canggung dengan teman pengungsinya, Rainsword mulai tidak nyaman duduk di ruang tamu."Lebih baik Pangeran Rainsword beristirahat, mari saya antarkan ke kamar Anda." Pria kekar yang belum dikenal Rainsword memecah kesunyian dan menawarkan diri mengantarkan Rainsword ke kamarnya. Tanpa menjawab dengan kata-kata, Rainsword langsung mengangguk dan berdiri mengikuti pria tersebut."Pangeran jangan takut, kami disini hanya akan membantu Anda memanggil makhluk penjaga atau spirit khusus yang mengikuti Pangeran. Seperti semua penjaga, mereka memiliki spirit khusus. Tuan Agni misalnya dia memiliki Phoenix," ucap pria yang mengantarkan Rainsword sampai kamarnya."Jadi makhluk apa yang ku miliki?" tanya Rainsword penasaran."Maaf, saya juga tidak tahu, dia berada dalam diri Pangeran," jawab pria