Tim Jay tidak bergerak lambat. Dalam waktu beberapa jam saja, mereka sudah siap dengan apa yang diminta Jay.“Jek, apakah akan mengirim boneka-boneka itu ke Pulau Cendrawasih?” tanya Atin.“Ya. NanoCorium harus diuji di sana secara langsung,” tanggap Jay pada Atin.“Apakah kau akan pergi ke sana lagi?” Atin kembali bertanya.Jay kali ini menggelengkan kepala.“Tidak, Pak. Biarkan Erlangga saja yang ke sana. Aku butuh melakukan sesuatu di sini.” Jay berkata. “Lagipula, aku udah meminta Komandan Rahul melakukan sesuatu sambil menunggu bonekaku datang ke sana.”Atin tidak lagi bertanya dan diam di samping Jay.Tak lama, Jay menerima panggilan dari Komandan Rahul. “Tuan Jay.”“Komandan Rahul. Bagaimana?” tanya Jay saat membalas sapaan melalui panggilan video sang komandan.“Kami sudah melemparkan beberapa rompi produk Anda ke dalam kebakaran hutan itu. Hasilnya harus menunggu sampai hutan berhasil ditangani. Kuharap Anda bersabar.” Komandan Rahul memberikan informasi.Ini sesuai yang dimin
“Kita bisa bicarakan lagi ketika nanti hasil uji dari api keluar. Anda setuju itu, Pak Jay?” tanya Jenderal Wiguna.“Tidak masalah, Pak. Nanti kami akan datang kembali sambil membawa NanoCorium untuk ketahanan militer kita.” Jay menekankan mengenai itu agar Jenderal Wiguna memiliki bayangan mengenai militer yang lebih kuat dari sebelumnya.Pemimpin mana yang tidak ingin melihat anak buahnya menjadi lebih kuat bertahan di medan perang? Apalagi Astronesia mengalami beberapa pemberontakan di perbatasan dan pulau paling ujung.“Kami menantikan kabar baik dari produk Anda, Pak Jay.” Jenderal Wiguna sungguh berharap Jay dan produknya bisa menguatkan militer mereka.Jika benar NanoCorium sehebat yang dikatakan, maka akan ada masa depan cemerlang untuk militer Astronesia. Mereka tidak perlu lagi minder dengan tentara negara lain yang lebih mendominan di global.Setelah pertemuan pribadi itu, Jay merasa tenang di mobil yang membawanya pulang. Dia tersenyum.Pada malam harinya, Jay menerima kab
“Mereka sudah seperti itu, kamu masih belum tau sama sekali?” Jay menatap tajam Arunika sampai membuat wanita itu tertunduk malu dan gelisah.Wajar apabila Jay gusar mengenai itu, karena dia sudah memercayakan NeoTech untuk diurus Arunika sebagai wakilnya di perusahaan.“P-Pak Jay, maafkan aku!” Arunika sampai berlutut saking takut dan malunya.Jay merupakan sosok yang dia kagumi. Dan kini, orang yang dia kagumi ternyata kecewa padanya dan menegurnya, bukankah itu memalukan sampai ke tulang?Memandang Arunika yang berlutut di depan mejanya, mata Jay berkilat dingin.“Panggil Ghea.” Jay bertitah.Arunika segera bangkit dan menghubungi Ghea untuk datang.Ketika Ghea tiba di hadapan Jay, Ghea juga menundukkan kepala karena pertengkaran antar tim tidak berhasil dia cegah.“Apakah kalian aku bayar tinggi hanya untuk makan enak dan tidur saja di sini?” tanya Jay dengan nada dingin.Arunika dan Ghea sama-sama berlutut, mereka berkeringat dingin dikarenakan kesalahannya.“P-Pak, mengenai mere
“Ya, aku bisa kirim file-nya sekarang. Tapi transfer dulu uangnya.” Kalista menjawab.Orang di seberang terkekeh ringan. “Nggak masalah. Tunggu sebentar.”Kalista meremas tangannya sambil matanya menoleh ke kanan dan kiri, berharap tak ada siapa pun di sekitarnya.Dia sudah memeriksanya beberapa hari belakangan ini bahwa ruangan tempatnya duduk merupakan spot yang paling sepi dan jarang sekali dilewati siapa pun, termasuk penjaga.“Udah.” Orang di seberang mengeluarkan suara kembali di ponsel Kalista. “Kamu bisa cek.”Kalista tak ragu dan memeriksa rekening banknya. Matanya berbinar menatap 3 digit yang baru saja dikirim orang itu.“Oke.” Kalista mengangguk dan mulai menyudahi sambungan telepon agar dia bisa lebih leluasa mengetik di laptop.Semua file mengenai NanoCorium dia kirim ke orang itu melalui surel.“Sori, Ar, aku harus ngelakuin ini,” bisik Kalista. “Siapa suruh kalian bikin aku keki! Si Jay juga. Bos sialan!” geramnya.Selesai. File-file penting NanoCorium berhasil dia kir
“Hn.” Jay mengangguk mendengar laporan anak buahnya yang dia tugaskan untuk ‘menjemput’ Kalista. “Bawa dia ke ruang khusus.”Setelah itu, Jay berbalik dan masuk ke mansionnya, diikuti Atin.Tak berapa lama, Kalista siuman dan sadar. Dia masih linglung akan apa yang terjadi padanya.“Hah? Aku … aku di mana, sih?”Dia berubah terkejut dan takut ketika menyadari dirinya diikat di kursi.“Hei! Kenapa aku diikat? Kalian siapa? Hei! Apa-apaan ini?”Kalista terus menjerit dan berteriak sambil berusaha menggerak-gerakkan tangan dan kakinya, meski itu sia-sia.Hingga kemudian terdengar suara sepatu seseorang sedang menuruni tangga. Akhirnya dia paham, ini merupakan ruang bawah tanah.“P-Pak Jay?” pekik Kalista seraya memandang heran sekaligus bingung pada Jay yang datang.“Selamat datang di ruang khususku ini, Kalista. Kuharap ikatanmu nyaman.” Jay berkata sembari menyisipkan sindiran.Ketika Kalista terus saja berteriak dan bertanya, Jay hanya perlu menggerakkan tangan dengan sebuah gestur, l
“Jay, kamu benar-benar tidak mengampuni bocah itu.” Atin di sampingnya berbicara ke Jay.Jay terkekeh pelan, nyaris berbisik.Kemudian dia berkata, “Sikapku dari awal selalu tegas terhadap pengkhianat, Pak Atin. Itu sudah menjadi harga mati untuk mereka. Untuk apa memberi ampun, karena namanya khianat itu merupakan penyakit bawaan, tak bisa ditumpas baik-baik kecuali mati.”Kemudian dia teringat akan Vanya, mantan istrinya.“Lihat aja, nanti juga akan ada giliran untuk Vanya.” Jay menatap ke depan dengan tatapan menahan amarah.Wanita yang pernah mengisi ruang cintanya di hati, ternyata bisa mengkhianati dia berulang kali. Pertama, mengkhianatinya untuk memasukkannya ke penjara. Saat itu Jay masih memberikan ampunan dan kesempatan pada Vanya.Tapi, pengkhianatan kedua yang paling menyakitkan, ketika Vanya memilih pria lain dan bercinta di depan mata Jay. Sudah bagus Jay masih bisa memiliki kontrol diri yang sangat hebat di hari itu.“Kalau waktu itu aku gelap mata dan mengedepankan eg
“Hn … ternyata rusak.” Jay merenung usai berbicara dengan Komandan Rahul.Dahinya berkerut memikirkan langkah berikutnya.Ketika Atin masuk membawakan surat kabar, dia melihat Bos PhantomClaw sedang diam seakan berpikir keras.“Ada apa, Jek?” tanya Atin.Maka, Jay menceritakan pada Atin sesuai yang dikatakan Komandan Rahul.“Wah, ternyata masih ada celah, yah? Apakah kita perlu membatalkan acara liburan untuk para ilmuwan? Agar mereka memperbaiki produknya?” tanya Atin.“Tidak, jangan!” jawab Jay, cepat. “Biarkan mereka berlibur sejenak.”Sesuai yang diputuskan Jay, para ilmuwan muda pun memiliki waktu cuti bersama selama 3 hari.“Yang benar? Pak Jay bolehin supercar Beliau dibawa kita untuk jalan-jalan?” Bima berseru disertai mata membelalak karena terkejut.Berita baru saja diberikan melalui telepon oleh Ghea, meneruskan dari Jay.“Benar. Supercar dan pengemudinya bisa mendampingi kalian selama cuti. Terserah akan dibawa ke mana, hanya saja tolong berhati-hati dan jangan sembrono.”
“Oh? Sudah ada perusahaan yang juga membuat rompi NanoCorium?” Nada suara pertanyaan Jay terkesan datar, tenang, dan santai.Memangnya dia perlu seterkejut apa ketika dia sudah mengetahui gerakan lawan bisnisnya, TechNova yang dimiliki Viktor Raditya? Yang ditawarkan Viktor adalah apa yang diberikan Kalista malam itu dan Jay telah mengetahuinya, termasuk dengan kecacatan di dalamnya.“Benar, Pak Jay.” Komandan Rahul mempertebal konfirmasi dari informasinya.Dia sama sekali tidak masalah jika membuka penawaran TechNova ke Jay karena dalam hatinya, dia sudah memilih Jay.Secara insting, dia lebih condong ke Jay karena sudah melihat sendiri bagaimana Jay mencintai tanah airnya, terutama dalam pertempuran di hutan kala itu.“Tunggu ilmuwan-ilmuwan saya menyelesaikan permasalahannya dulu, Pak Komandan.” Jay menjawab. “Kami tidak ingin tergesa-gesa. Kuharap Komandan mengerti dan bisa bersabar.”Jay percaya, Komandan Rahul tidak akan berpaling dari produk miliknya.Dia sudah menanamkan konek