“Bisakah kamu berhenti melakukan itu?” tanya Jay dengan suara menahan sesuatu.Lina terdiam seketika dan mendongak.“Maksudnya, Tuan Jay?” Wanita itu seakan masih belum paham akibat dari perbuatannya.“Berhenti mengusap-usap dadaku menggunakan wajahmu.” Jay terpaksa mengatakannya secara lugas.Memangnya harus dengan bahasa yang seperti bagaimana lagi?“O-ohh! Maaf!” Lina jadi tak enak sendiri. Kepalanya langsung tertunduk dan berusaha mengendalikan debaran jantungnya.Jay menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan ‘Jenderal Joni’ di bawah sana yang sudah terbangun dari tidur panjangnya.“Tu-Tuan Jay, bolehkah … bolehkah begini dulu untuk … untuk beberapa saat?” tanya Lina dengan hati-hati, takut Jay marah.“Hm?” Jay melirik ke bawah.Lina memberanikan diri mendongak untuk mempertemukan netra mereka.“Aku … aku merasa hangat dan nyaman … di … di ….” Lina gagap dan gugup.Dia tidak menemukan kalimat yang lebih terhormat untuk menggantikan yang ada di benaknya saat ini.“Aku harus me
“Takut? Ke kamu? Enggak, tuh.” Lina tersenyum. “Aku percaya kamu orang baik, kok. Lagipula, bukannya kamu pernah menjelaskan kalau kamu mendapatkan framing makanya bisa dijebloskan ke penjara?”Ah ya, Jay terlupa bahwa dulu dia sudah pernah mengadakan konferensi pers mengenai apa yang diucapkan Lina.“Latar belakang masalahku bisa masuk ke penjara memang itu. Tapi bisa aja aku terkontaminasi dengan karakter keras dan kejam penghuni penjara, kan?” Jay masih ingin mengetahui sejauh mana penilaian Lina terhadap dirinya.Lina menggeleng.“Kalau kamu terkontaminasi mereka, kamu nggak akan bantu tentara Astronesia di sini sampai sejauh ini. Kamu nggak akan mengupayakan keselamatan aku dan kameramanku kayak gini.”Rupanya wanita ini sudah mempersiapkan jawabannya.“Aku percaya … Jay orang baik dulu maupun sekarang ….” Lina bergerak lebih proaktif.Dia beringsut ke hadapan Jay dan dengan santai memeluk Jay.“Maaf, aku … aku agak kedinginan. Boleh peluk, kan?” Lina langsung saja membelitkan ked
“Eh? Kamu prajurit, Jay?” Lina sampai melongo mendengar ‘pengakuan’ Jay.Ini benar-benar sesuatu yang baru dari Jay. Apakah Lina bisa mengambil ini sebagai artikel khusus nantinya?Muncul senyum kecil dari Jay sebelum dia menjawab, "Aku terbiasa berlatih, Lina. Kalau hidup di lingkunganku, kamu harus siap menghadapi bahaya. Jadi, ya, aku seperti 'prajurit' dalam caraku sendiri."Jay adalah prajurit dalam hidupnya sendiri.Lina yang awalnya antusias akan menemukan rahasia lain dari Jay untuk bahan beritanya, kini mengendur, terlihat kecewa.“Kukira kamu prajurit sungguhan yang menyamar, Jay.” Lina tak bisa menyembunyikan kekecewaannya."Bisa dibilang aku prajurit ... tapi bukan yang resmi. Lebih ke arah menjaga diriku dan orang-orang terdekat." Jay masih menambahkan. “Jangan anggap serius bercandaku tadi, Lina.”Mau tak mau, Lina memberikan senyum meski terasa hambar dan dipaksakan. Meski begitu, dia meyakini bahwa Jay tidak sesederhana yang terlihat. Hanya saja, dia belum memiliki arah
“Selamat pagi, Lina,” sapa Jay.“Pagi, Nona Lina.” Ini datang dari Kolonel Hangga.Mata Lina menatap pasukan tentara Astronesia dan helikopter di kejauhan yang mendekat.“Apakah suara kami terlalu mengganggu tidurmu?” goda Jay setengah menyindir.Mendapat pertanyaan semacam itu, Lina malu bukan main. Dia yang bergaya ingin gantian berjaga dengan Jay, malah tidur hingga keesokan paginya.Memahami rasa malu Lina, Jay tersenyum tipis dan berkata, “Ayo, kita kembali ke kota.”Seperti kerbau linglung yang dicucuk hidungnya, Lina mengangguk dan patuh naik ke helikopter yang sudah mendarat di tanah cukup lapang tak jauh dari gua.Di helikopter itu ada Jay, Erlangga, Baskara, Lina, kameraman, dan Kolonel Hangga. Destinasi adalah Kota Mahoni.“Selamat datang di markas pusat komando Kota Mahoni.” Komandan Rahul menyambut begitu mereka keluar dari helikopter.Jay menjabat tangan Komandan Rahul yang terjulur padanya, disusul yang lain juga.Mereka dibawa ke ruang santai dan disediakan kamar untuk
“Ah, benar! Itu belum diuji di medan ekstrim seperti bencana kebakaran.” Bintang tamu lainnya menyahut.Kemudian, pembawa acara menimpali, “Kita bisa tunggu jawaban ini dari Tuan Jay Mahawira, apakah Beliau bersedia mengujinya dalam lahan kebakaran untuk NanoCorium? Mungkin nanti akan kita coba sambungkan dengan Beliau.”Jay duduk diam sambil menonton acara tersebut, meskipun hatinya sedikit tergelitik oleh pernyataan bintang tamu yang meragukan kemampuan NanoCorium di medan panas ekstrem.Atin yang duduk di sebelahnya melirik sekilas, mencoba menebak apa yang dipikirkan oleh Jay.Namun, Jay tetap tenang, wajahnya tak menunjukkan emosi apa pun.“Apakah ini bisa menjadi masalah, Jek?” tanya Atin akhirnya, tidak tahan dengan keheningan Jay yang cenderung mengintimidasi.Jay hanya menggeleng pelan, lalu menyesap teh yang sudah mulai dingin di depannya."Bukan masalah besar," ujarnya singkat. "Semua produk pasti diuji, dan keraguan itu wajar. Aku lebih tertarik bagaimana mereka merespon ha
Tim Jay tidak bergerak lambat. Dalam waktu beberapa jam saja, mereka sudah siap dengan apa yang diminta Jay.“Jek, apakah akan mengirim boneka-boneka itu ke Pulau Cendrawasih?” tanya Atin.“Ya. NanoCorium harus diuji di sana secara langsung,” tanggap Jay pada Atin.“Apakah kau akan pergi ke sana lagi?” Atin kembali bertanya.Jay kali ini menggelengkan kepala.“Tidak, Pak. Biarkan Erlangga saja yang ke sana. Aku butuh melakukan sesuatu di sini.” Jay berkata. “Lagipula, aku udah meminta Komandan Rahul melakukan sesuatu sambil menunggu bonekaku datang ke sana.”Atin tidak lagi bertanya dan diam di samping Jay.Tak lama, Jay menerima panggilan dari Komandan Rahul. “Tuan Jay.”“Komandan Rahul. Bagaimana?” tanya Jay saat membalas sapaan melalui panggilan video sang komandan.“Kami sudah melemparkan beberapa rompi produk Anda ke dalam kebakaran hutan itu. Hasilnya harus menunggu sampai hutan berhasil ditangani. Kuharap Anda bersabar.” Komandan Rahul memberikan informasi.Ini sesuai yang dimin
“Kita bisa bicarakan lagi ketika nanti hasil uji dari api keluar. Anda setuju itu, Pak Jay?” tanya Jenderal Wiguna.“Tidak masalah, Pak. Nanti kami akan datang kembali sambil membawa NanoCorium untuk ketahanan militer kita.” Jay menekankan mengenai itu agar Jenderal Wiguna memiliki bayangan mengenai militer yang lebih kuat dari sebelumnya.Pemimpin mana yang tidak ingin melihat anak buahnya menjadi lebih kuat bertahan di medan perang? Apalagi Astronesia mengalami beberapa pemberontakan di perbatasan dan pulau paling ujung.“Kami menantikan kabar baik dari produk Anda, Pak Jay.” Jenderal Wiguna sungguh berharap Jay dan produknya bisa menguatkan militer mereka.Jika benar NanoCorium sehebat yang dikatakan, maka akan ada masa depan cemerlang untuk militer Astronesia. Mereka tidak perlu lagi minder dengan tentara negara lain yang lebih mendominan di global.Setelah pertemuan pribadi itu, Jay merasa tenang di mobil yang membawanya pulang. Dia tersenyum.Pada malam harinya, Jay menerima kab
“Mereka sudah seperti itu, kamu masih belum tau sama sekali?” Jay menatap tajam Arunika sampai membuat wanita itu tertunduk malu dan gelisah.Wajar apabila Jay gusar mengenai itu, karena dia sudah memercayakan NeoTech untuk diurus Arunika sebagai wakilnya di perusahaan.“P-Pak Jay, maafkan aku!” Arunika sampai berlutut saking takut dan malunya.Jay merupakan sosok yang dia kagumi. Dan kini, orang yang dia kagumi ternyata kecewa padanya dan menegurnya, bukankah itu memalukan sampai ke tulang?Memandang Arunika yang berlutut di depan mejanya, mata Jay berkilat dingin.“Panggil Ghea.” Jay bertitah.Arunika segera bangkit dan menghubungi Ghea untuk datang.Ketika Ghea tiba di hadapan Jay, Ghea juga menundukkan kepala karena pertengkaran antar tim tidak berhasil dia cegah.“Apakah kalian aku bayar tinggi hanya untuk makan enak dan tidur saja di sini?” tanya Jay dengan nada dingin.Arunika dan Ghea sama-sama berlutut, mereka berkeringat dingin dikarenakan kesalahannya.“P-Pak, mengenai mere
* * *Ketika pesta yang dinantikan tiba, semua mata tertuju pada pasangan yang tengah menjadi pusat perhatian.Jay tampil memukau dalam setelan jas hitam klasik dengan aksen emas di bagian kerah, yang dirancang khusus oleh perancang busana ternama dunia. Rambutnya disisir rapi ke belakang, memancarkan aura karisma dan kekuasaan.Zafia, di sisi lain, terlihat seperti dewi. Gaun pengantinnya, rancangan desainer haute couture terkenal dari kota mode internasional, Parisiane, terbuat dari bahan sutra putih yang dihiasi kristal Swarovski.Sebuah jubah panjang dengan bordir emas mengalir di belakangnya, membuatnya tampak seperti ratu sejati. Tiara berlian bertengger di kepalanya, melengkapi penampilannya yang elegan dan memesona.“Astaga! Mereka keren banget!” seru salah satu tamu undangan.“Duhai! Aku yakin baju mereka bukan barang sepele.” Tamu lain berdesis saat melihat Jay dan Zafia.“Mana ada barang sepele di sekitar pengusaha muda dan sukses yang kekayaan bersihnya dikatakan mencapai
“Terima kasih, suamiku.” Di samping Jay, Zafia tersenyum ketika tatapan mereka saling bertaut mesra.“Hah? Jadi … selama ini Kak Fia udah menikah?” Tiba-tiba muncul Feinata di ruang tamu.Gadis itu mendekat dengan wajah terkejutnya.“Maaf kalau kamu baru tau ini sekarang, Fei.” Zafia meraih adiknya untuk dia rangkul.Saat Feinata hendak menyahut, terdengar bunyi bel pagar depan.“Ah! Itu pasti si bodoh itu!” Feinata melepaskan rangkulan kakaknya dan berlari ke depan untuk membukakan pagar.Tak berapa lama, Feinata kembali masuk ke dalam sambil membawa pria muda. Jay tersenyum karena sangat mengenali pemuda itu. Radeva.“Permisi, Tante dan Om.” Radeva menyapa pasangan Narendra. “Oh, Kak Fia dan Bang Jay juga.” Dia tidak melupakan pasangan muda di sana.“Heh, kamu tau,” Feinata menepuk keras lengan Radeva dan berkata, “Kak Fia dan Bang Jay udah menikah! Kamu kapan ngelamar aku?”“Fei!” Ibunya langsung menegur putri bungsunya yang terlalu frontal ketika bertutur. “Kamu ini perempuan, loh
“Fu fu fu ….” Jay terkekeh santai.Dia duduk di kursi kulit hitamnya yang megah, di ruang kerja yang memancarkan kemewahan modern.Sambil memegang cangkir teh herbal yang baru saja dituangkan oleh Atin, wajahnya tetap tenang, dengan sedikit senyum penuh keyakinan yang hanya dia tunjukkan pada orang-orang terdekatnya.“Aku tidak bermain, Pak,” kata Jay dengan suara datar namun penuh makna. “Aku hanya memastikan papan catur tetap di bawah kendaliku. Apa gunanya menjadi raja jika kamu tidak bisa mengontrol bidak-bidakmu?”Atin tersenyum tipis, mengakui kecerdikan bosnya. “Kamu bahkan mengalahkan mereka yang mencoba mengaitkanmu dengan PhantomClaw. Kini publik melihatmu sebagai pahlawan teknologi Astronesia.”Jay menyesap tehnya perlahan, matanya menatap jendela besar yang memperlihatkan pemandangan Jatayu yang gemerlap di malam hari.Kota itu, dengan segala kesibukannya, kini terasa seperti berada di telapak tangannya.Seiring waktu, NeoTech, perusahaan teknologi milik Jay, menjadi binta
Jonas mencoba mempertahankan argumennya. “Jenderal, saya yakin ada sesuatu yang disembunyikan oleh Jay. Keberadaannya di Jorgandia bisa saja ....”“Cukup!” potong Hambali dengan nada keras, membuat Jonas terdiam. “Fakta menunjukkan bahwa Jay Mahawira berada di Jorgandia, bekerja sama dengan ilmuwan internasional untuk sesuatu yang sangat penting bagi masa depan dunia. Dan sementara itu, Anda menyebarkan tuduhan bahwa dia adalah seorang kriminal yang memimpin organisasi bawah tanah. Apa yang Anda harapkan? Bahwa publik akan percaya omong kosong ini tanpa bukti yang jelas?”Jonas berusaha keras menyusun pembelaan. “Saya memiliki informasi dari Bruno sebelum dia mati, dan saya yakin itu valid. Jay—”“Bruno adalah kriminal yang bermain di dua sisi!” bentak Hambali. “Dan sekarang Anda ingin membangun seluruh argumenmu berdasarkan kata-kata seorang pengkhianat?”“Pak Jonas,&rdqu
“Jangan harap kamu bisa sewenang-wenang, Jek Jon!” seru Jonas.Pertarungan semakin sengit. Jonas menggunakan teknik Cakar Garuda, sebuah gaya bertarung yang memadukan kekuatan fisik dengan gerakan cepat.Dengan teknik itu, dia berhasil meloloskan dirinya dari cengkeraman Jek Jon.Namun, Jek Jon memiliki keunggulan dalam pengalaman dan teknik kanuragan tingkat tinggi.Dengan gerakan Langkah Naga Terbang, dia mengelak dari setiap serangan Jonas sambil melancarkan pukulan dan tendangan presisi yang mulai melemahkan sang mayor jenderal.Jonas tidak gentar. Dia mengaktifkan teknik bela diri Harimau Lembah yang menjadi kebanggaan Kostrad.Membawa serangan cepat, dia melancarkan pukulan dan tendangan yang ditujukan ke titik vital Jek Jon.Namun, Jek Jon memblokir setiap serangan dengan mudah, menggunakan teknik Cengkraman Naga Hitam untuk menangkap pergelangan tangan Jonas dan memutarnya hingga terdengar bunyi retakan kecil.Jonas meringis kesakitan, tetapi dia tidak menyerah. Dengan lompata
"Rupanya sungguh Pak Mayjen Jonas Patulubi, salah satu orang kepercayaan Pak Jendral Hambali Sardi." Jek Jon terkekeh santai. Dia berdiri di depan pondok utama milik Bruno, sedangkan mayat pria itu masih di dalam sana. Di belakang Jonas, sekelompok pasukan Kostrad bersenjata lengkap berjaga dalam formasi disiplin. Jonas maju selangkah, tatapannya tajam mencoba memberikan perasaan superior ke Jek Jon. "Kamu tak perlu berpura-pura lagi, Jek Jon. Kami tau siapa kamu sebenarnya. Kamu pikir bisa menyembunyikan identitasmu selamanya? Bruno sudah memberiku cukup petunjuk." Jay dalam wujud Jek Jon, menyeringai kecil seraya berkata, "Bruno? Anda mengandalkan ucapan orang yang bahkan tak tau caranya melindungi diri sendiri? Saya berduka untuk Anda, Mayjen. Saya kira Anda lebih pintar dari itu." Kemudian Jek Jon memberikan gestur mengejek ke Jonas beserta ekspresi wajah yang tak berlebihan tapi menusuk ulu hati lawannya. Jonas menggeram pelan, menahan amarah. "Kami tau kamu adalah Jay M
"Tutup moncong busukmu, Jek! Aku tak butuh belas kasihanmu!" teriak Bruno. "Lebih baik kau lekas menyerah padaku, dan PhantomClaw milikmu akan baik-baik saja!" Jek Jon terkekeh sembari dia menerima pukulan demi pukulan Bruno. Kali ini dia tidak menghindari. "Memangnya apa yang dijanjikan majikanmu mengenai aku dan PhantomClaw?" Jek Jon bertanya dengan bahasa tersirat. Dia sudah paham bahwa di balik pergerakan organisasi milik Bruno yang mengganggu PhantomClaw, pasti ada orang dengan kedudukan tinggi yang ingin dia hancur. Hanya saja, dia belum bisa memastikan orangnya. Tapi dia yakin, tak lama lagi semua tabir akan terbuka untuknya. Bruno menyeringai. "Beliau hanya meminta aku untuk mengendalikan kamu yang mirip kuda liar! Maka dari itu, Jek. Kusarankan kamu lekas menyerah dan kalian akan tetap bisa bertahan. Patuhlah!"Seraya menyerukan kata terakhir, Bruno mengirimkan pukulan tenaga dalam dari jarak 15 meter ke Jek Jon di depannya. "Apakah kepalamu terbentur meja saat kamu m
"Oh, rupanya kau juga mampu menggunakan kekuatan semacam itu, he he!" Keluar seringaian dari Jek Jon. Bukannya gentar, dia justru terpacu untuk lekas menerjang ke Bruno. "Kemari kau, Jek Jon sampah!" teriak Bruno. Malam itu, di sebuah kedalaman wilayah yang jauh dari pemukiman penduduk di Pulau Gaharu, suasana tegang telah tercipta sejak awal. Jek Jon mengumpulkan tenaga murni, aliran chakra segera membanjiri tubuhnya, pergi ke titik-titik chakra untuk memaksimalkan potensi di setiap lini tubuhnya. "Hmph!" Jek Jon mendengus keras seraya meledakkan auranya sehingga debu di sekelilingnya mulai beterbangan. Setelahnya, dia melesat ke Bruno yang telah menanti dengan mata nyalang melotot. "Ayo! Kita tak perlu banyak basa-basi!" seru Bruno tanpa mengendurkan auranya sendiri. Jay yang sedang dalam mode Jek Jon si Raja Bengis, lekas menebaskan tangannya yang membentuk cakar. Angin energi keluar dari sana dan siap mencabik Bruno. "Apa itu basa-basi? Justru kamu yang te
“Dia adalah Jay, Pa.” Zafia menjawab Tistan.Zafia tidak ingin secara gamblang mengungkap mengenai jati diri suaminya.Tapi, Tristan tidak puas dan masih bertanya, “Iya, dia adalah Jay. Tapi apakah dia juga punya identitas lain sebagai Jek Jon?”Sembari memunculkan senyumannya, Zafia menyahut, “Dia Jay, Pa. Jay Mahawira.”Usai mengucapkan kalimat itu, tampaknya tak hanya Tristan yang gemas. Yoana pun demikian.“Fia, jawab yang benar!” Yoana kehilangan kesabaran.Yoana merasa putrinya sedang menutupi sesuatu dan hal tersebut berbahaya dan menakutkan.Bagaimana mungkin sesuatu yang berkaitan dengan organisasi mafia terbesar di Astronesia tidak menakutkan?“Dia suamiku, Ma, Pa. Dia Jay Mahawira. Tentunya jawaban ini sudah lebih dari cukup, kan?” Masih dengan ketenangan yang sama, Zafia menanggapi kedua orang tuanya.Tristan menghela napas, tak tau lagi bagaimana cara berpikir Zafia. Membela suaminya sedemikian kuat di depan orang tuanya sendiri ketika sang suami terindikasi memiliki kait