“Te-telur cicak? Berapa lama?”Mereka langsung bengong. Mana peduli mereka dengan hal semacam itu? Yang mengambil jurusan sains di masa sekolah pun tak punya memori mengenai siklus kehidupan cicak!“Ayo, kasi aja jawabannya.” Jay tak peduli dengan erangan bernada protes mereka.Maka, dengan mudahnya Jay berhasil mengalahkan mereka semua.“Kak Jay, ihh! Kok susah gitu pertanyaannya, sih? Katanya gampang!” protes Feinata sambil mengerucutkan mulutnya, sedikit merajuk.“Loh, kalian kan orang-orang terpelajar dan terdidik, sampai bisa kuliah, kan? Berarti ilmu kalian tinggi. Makanya aku nggak mungkin kasi pertanyaan yang ecek-ecek, dong, karena itu bisa melukai harga diri kalian sebagai mahasiswa.”Dengan pintarnya Jay berkilah. Apalagi ini menyangkut harga diri anak muda, yang pasti terpicu begitu disentil. Jay memang paling bisa untuk urusan memancing.Setengah jam sudah berlalu, banyak peserta game yang ‘tumbang’, termasuk Feinata.Melihat kondisi para muda yang sudah mulai teler, Jay
“Enggak dalam posisi ini, Jay. Punggungku bisa patah,” gurau Zafia yang segera menegakkan kembali punggungnya.“Ha ha, kamu benar.” Jay membantu Zafia kembali tegak berdiri.Namun, begitu Zafia hendak pergi menjauh, Jay menarik tangan wanita itu sehingga sang Ratu Kota Jatayu pun terhentak kembali ke Jay. Lebih tepatnya ke pelukan Jay.Seraya tersenyum, Zafia berkata dengan sikap tenangnya, “Sepertinya Tuan Jay enggan melepaskan aku.”Sementara, musik masih mengalun untuk mengiringi mereka. Jay segera memutar tubuh Zafia sehingga dia bisa memeluk wanita itu dari belakang dan menempelkan bibirnya pada pelipis samping Zafia.“Mana sanggup aku melepaskanmu, Fia?” bisik Jay tanpa menjauhkan bibirnya dari wajah Zafia.Jay merasakan kehangatan Zafia yang ada dalam pelukannya. Tangan kirinya dengan lembut membelai pinggang Zafia, sementara tangan kanannya melingkar erat di perutnya, menahan wanita itu agar tak bisa lepas.Zafia bisa merasakan napas Jay yang hangat di pelipisnya, membuatnya m
“Oke, ayo kita mulai.”Jay duduk di ruang rapat markas besarnya di Jatayu, mengamati layar besar di depan ruangan.Di sana, terpampang grafik dan rencana pemasaran untuk carbophene, bahan bakar masa depan yang ditemukan oleh tim Syakila.Jay tahu bahwa meskipun carbophene memiliki potensi besar, penerimaan publik dan dukungan pemerintah akan menjadi tantangan tersendiri. Dia perlu merencanakan gerakan sosialisasi yang kuat."Kita perlu pendekatan yang strategis," Jay memulai pertemuan dengan suara tegas. Di sekelilingnya, para eksekutifnya duduk dengan penuh perhatian. "Langkah pertama adalah mengedukasi publik tentang apa itu carbophene dan manfaatnya."Zara mengangguk. "Kita harus mulai dengan demo langsung di berbagai kota besar. Kita bisa menunjukkan bagaimana carbophene bekerja pada kendaraan listrik, dari mobil hingga traktor. Orang-orang perlu melihat sendiri keunggulannya dibandingkan bahan bakar konvensional."Jay menyetujui, "Tepat sekali. Kita bisa mulai dengan mengundang m
Syakila menatap dengan penuh percaya diri, meski keraguan dari peserta di ruangan itu begitu terasa. "Saya paham mengapa ada keraguan. Tapi izinkan saya menjelaskan lebih lanjut."Dia mengangkat lembaran carbophene yang tipis, dengan hati-hati meletakkannya di meja presentasi yang berhadapan langsung dengan audiens."Carbophene memang tipis, tapi justru itulah keunggulannya. Material ini adalah hasil perpaduan graphene nanomaterial dengan senyawa fenil-karbon yang mampu menyimpan dan menghantarkan energi dalam jumlah besar. Walaupun bentuknya ringan dan tipis, ketahanan dan efisiensinya jauh melampaui baterai konvensional."Syakila menekan tombol di meja, dan layar besar di belakangnya menampilkan diagram struktur molekuler carbophene."Kombinasi graphene dengan fenil-karbon ini memungkinkan carbophene untuk menstabilkan hidrogen cair dalam kondisi yang sangat ekstrem, bahkan di lingkungan dengan suhu tinggi atau rendah. Ini yang membuat carbophene sangat ideal untuk digunakan di berb
“Udah, udah, nggak usah diperpanjang.” Bima menengahi. Dia merasakan ketegangan antara Nirmala dan Kalista. “Kita lakukan aja yang terbaik dan jadikan keberhasilan Sya sebagai pemacu positif untuk kita semua.”Nirmala pun reda dan mengabaikan Kalista. Sedangkan Kalista berbisik-bisik dengan tim Arimbi lainnya.Setelah acara seminar selesai, para ilmuwan muda di ruang lain mulai membubarkan diri, beranjak menuju ruangan masing-masing.“Sumpah, deh! Aku jadi makin tertantang setelah lihat Sya gitu!” Seorang ilmuwan muda berkata penuh antusias dengan tekad membara.Suasana sempat ramai dengan obrolan tentang presentasi Syakila yang baru saja mereka saksikan. Beberapa dari mereka tampak terinspirasi, sementara yang lain tampak termenung, memikirkan apa yang bisa mereka lakukan untuk mencapai tingkat yang sama.“Yuk, balik ke lab!” ajak Bima sambil merapikan catatan kecilnya.Kalista yang masih terlihat bersemangat, melirik ke arah Arimbi yang berjalan tenang di sampingnya. "Bos, kita ngga
“Ini nih, bintang yang lagi naik daun.” Kalista membuka percakapan dengan nada bercanda, tapi tak bisa menyembunyikan sindiran dalam suaranya. “Hebat, ya, baru aja bikin dunia heboh dengan temuan Carbophene, sekarang sudah bisa bersantai-santai. Padahal masih banyak pertentangan dari para ilmuwan senior di dunia.”Syakila menoleh dan tersenyum kecil, mengetahui bahwa Kalista tidak akan datang tanpa membawa 'sesuatu'. “Kalista, duduk sini kalau mau ikutan ngobrol. Kami lagi membahas hasil seminar kemarin,” jawab Syakila dengan tenang.Kalista dengan percaya dirinya ikut duduk di meja tim Syakila berada.“Oh, aku yakin kalian harus membahas banyak hal. Apalagi setelah temuan kalian jadi kontroversi besar di dunia. Bahkan Pak Jay mungkin sekarang lagi sibuk menjelaskan sana-sini untuk menyelamatkan reputasi NeoTech, ya? Kasian Pak Jay.” Kalista menyindir dengan senyum menyeringai. “Apa kalian nggak merasa bahwa kalian terlalu buru-buru menampilkan temuan itu?”Kirana—salah satu anggota t
Ghea tidak mudah diyakinkan. Dia menatap Kalista sejenak sebelum bertanya, “Apa nama temuan tim Arimbi kalian?”Betapa senangnya Kaliasta karena direspon Ghea.“NanoCorium, Bu,” jawab Kalista, nadanya terdengar penuh antusias. “Ini adalah nanomaterial baru yang kami ciptakan melalui proses pemrosesan kompleks. NanoCorium menggabungkan stabilitas super dari karbon nanomaterial dengan elastisitas luar biasa. Hasilnya? Kami memiliki material yang bisa diaplikasikan ke berbagai bidang mulai dari medis, teknologi, hingga energi.”Ghea mengerutkan kening, tampak tertarik namun tetap skeptis. “Apa kehebatannya dibandingkan material lain yang sudah ada?”Kalista dengan sigap menjelaskan, “NanoCorium mampu menyerap energi berlebih dan menyimpannya dengan efisiensi hingga 95%. Bayangkan, ini bisa diaplikasikan untuk perangkat medis yang memerlukan daya rendah sampai baterai kendaraan listrik yang bisa bertahan jauh lebih lama dengan ukuran lebih kecil. Material ini juga ringan banget, tapi keku
“Iya. Kenapa, Bos?” tanya Kalista sambil membalas tatapan Arimbi.Dia menampilkan sikap tak bersalahnya. Baginya, apa yang dia perbuat justru harusnya diapresiasi Arimbi.“Duh … Lis, tapi kan itu belum benar-benar final. Gimana kalau nanti masih ada cacatnya?” cetus Arimbi dengan raut wajah cemas.Dia akui, temuan mereka yang bernama NanoCorium masih belum sepenuhnya sempurna. Penolakan ilmuwan dunia pada temuannya dulu masih membayangi Arimbi sehingga itu cukup menjadi momok tersendiri untuknya.Maka dari itu, dia tak boleh gegabah lagi kali ini. Tapi kenapa Kalista malah ….“Udahlah, santai! Tenang aja, Bos Ari.” Kalista menepuk pundak Arimbi sambil tersenyum, memberikan dukungan. “NanoCorium kita itu udah beres. Udah sempurna. Kita udah mengujinya berulang kali dan nggak ada cacatnya.”Kalista menatap yakin ke Arimbi. Tapi masih ada keraguan di Arimbi.“Percaya deh sama kita. Kamu juga harus percaya sama temuan kita sendiri. Oke?” yakin Kalista seraya menepuk lembut pipi Arimbi. “Y