“Wah, rupanya tamu istimewa.” Salah satu teman wanita Feinata berkomentar.“Pantas, sih kalau Pak Jay, ya kan?” Yang lainnya juga menyahuti.Sedangkan Feinata tersipu sambil mengulum senyuman, sepertinya teman-teman dia sudah menyadari perasaan dia pada Jay.“Ini keberuntunganmu, Jay.” Zafia ikut menimpali sembari tersenyum. “Jarang adik cantikku ini menjadikan seseorang istimewa, loh! Apalagi dalam acara besar dia.”Menanggapi ucapan orang-orang, Jay hanya bisa tersenyum tipis, berusaha menyembunyikan ketidaknyamanan yang mulai terasa.Dia menyesap koktail yang diberikan Feinata, namun matanya masih mencuri pandang ke arah si gadis ulang tahun. “Aku pikir malam ini kamu yang harusnya jadi pusat perhatian, Fei,” ujar Jay lembut.Feinata semakin tersipu sekaligus senang.“Aku akan jadi pusat perhatian kalau Kak Jay terus di sampingku,” jawab Feinata dengan nada manja, seolah tak mau melepaskan Jay dari sisinya. “Kak Jay kan datang untukku. Ya, kan?”Jay merasa sedikit terjebak, tapi di
“Te-telur cicak? Berapa lama?”Mereka langsung bengong. Mana peduli mereka dengan hal semacam itu? Yang mengambil jurusan sains di masa sekolah pun tak punya memori mengenai siklus kehidupan cicak!“Ayo, kasi aja jawabannya.” Jay tak peduli dengan erangan bernada protes mereka.Maka, dengan mudahnya Jay berhasil mengalahkan mereka semua.“Kak Jay, ihh! Kok susah gitu pertanyaannya, sih? Katanya gampang!” protes Feinata sambil mengerucutkan mulutnya, sedikit merajuk.“Loh, kalian kan orang-orang terpelajar dan terdidik, sampai bisa kuliah, kan? Berarti ilmu kalian tinggi. Makanya aku nggak mungkin kasi pertanyaan yang ecek-ecek, dong, karena itu bisa melukai harga diri kalian sebagai mahasiswa.”Dengan pintarnya Jay berkilah. Apalagi ini menyangkut harga diri anak muda, yang pasti terpicu begitu disentil. Jay memang paling bisa untuk urusan memancing.Setengah jam sudah berlalu, banyak peserta game yang ‘tumbang’, termasuk Feinata.Melihat kondisi para muda yang sudah mulai teler, Jay
“Enggak dalam posisi ini, Jay. Punggungku bisa patah,” gurau Zafia yang segera menegakkan kembali punggungnya.“Ha ha, kamu benar.” Jay membantu Zafia kembali tegak berdiri.Namun, begitu Zafia hendak pergi menjauh, Jay menarik tangan wanita itu sehingga sang Ratu Kota Jatayu pun terhentak kembali ke Jay. Lebih tepatnya ke pelukan Jay.Seraya tersenyum, Zafia berkata dengan sikap tenangnya, “Sepertinya Tuan Jay enggan melepaskan aku.”Sementara, musik masih mengalun untuk mengiringi mereka. Jay segera memutar tubuh Zafia sehingga dia bisa memeluk wanita itu dari belakang dan menempelkan bibirnya pada pelipis samping Zafia.“Mana sanggup aku melepaskanmu, Fia?” bisik Jay tanpa menjauhkan bibirnya dari wajah Zafia.Jay merasakan kehangatan Zafia yang ada dalam pelukannya. Tangan kirinya dengan lembut membelai pinggang Zafia, sementara tangan kanannya melingkar erat di perutnya, menahan wanita itu agar tak bisa lepas.Zafia bisa merasakan napas Jay yang hangat di pelipisnya, membuatnya m
“Oke, ayo kita mulai.”Jay duduk di ruang rapat markas besarnya di Jatayu, mengamati layar besar di depan ruangan.Di sana, terpampang grafik dan rencana pemasaran untuk carbophene, bahan bakar masa depan yang ditemukan oleh tim Syakila.Jay tahu bahwa meskipun carbophene memiliki potensi besar, penerimaan publik dan dukungan pemerintah akan menjadi tantangan tersendiri. Dia perlu merencanakan gerakan sosialisasi yang kuat."Kita perlu pendekatan yang strategis," Jay memulai pertemuan dengan suara tegas. Di sekelilingnya, para eksekutifnya duduk dengan penuh perhatian. "Langkah pertama adalah mengedukasi publik tentang apa itu carbophene dan manfaatnya."Zara mengangguk. "Kita harus mulai dengan demo langsung di berbagai kota besar. Kita bisa menunjukkan bagaimana carbophene bekerja pada kendaraan listrik, dari mobil hingga traktor. Orang-orang perlu melihat sendiri keunggulannya dibandingkan bahan bakar konvensional."Jay menyetujui, "Tepat sekali. Kita bisa mulai dengan mengundang m
Syakila menatap dengan penuh percaya diri, meski keraguan dari peserta di ruangan itu begitu terasa. "Saya paham mengapa ada keraguan. Tapi izinkan saya menjelaskan lebih lanjut."Dia mengangkat lembaran carbophene yang tipis, dengan hati-hati meletakkannya di meja presentasi yang berhadapan langsung dengan audiens."Carbophene memang tipis, tapi justru itulah keunggulannya. Material ini adalah hasil perpaduan graphene nanomaterial dengan senyawa fenil-karbon yang mampu menyimpan dan menghantarkan energi dalam jumlah besar. Walaupun bentuknya ringan dan tipis, ketahanan dan efisiensinya jauh melampaui baterai konvensional."Syakila menekan tombol di meja, dan layar besar di belakangnya menampilkan diagram struktur molekuler carbophene."Kombinasi graphene dengan fenil-karbon ini memungkinkan carbophene untuk menstabilkan hidrogen cair dalam kondisi yang sangat ekstrem, bahkan di lingkungan dengan suhu tinggi atau rendah. Ini yang membuat carbophene sangat ideal untuk digunakan di berb
“Udah, udah, nggak usah diperpanjang.” Bima menengahi. Dia merasakan ketegangan antara Nirmala dan Kalista. “Kita lakukan aja yang terbaik dan jadikan keberhasilan Sya sebagai pemacu positif untuk kita semua.”Nirmala pun reda dan mengabaikan Kalista. Sedangkan Kalista berbisik-bisik dengan tim Arimbi lainnya.Setelah acara seminar selesai, para ilmuwan muda di ruang lain mulai membubarkan diri, beranjak menuju ruangan masing-masing.“Sumpah, deh! Aku jadi makin tertantang setelah lihat Sya gitu!” Seorang ilmuwan muda berkata penuh antusias dengan tekad membara.Suasana sempat ramai dengan obrolan tentang presentasi Syakila yang baru saja mereka saksikan. Beberapa dari mereka tampak terinspirasi, sementara yang lain tampak termenung, memikirkan apa yang bisa mereka lakukan untuk mencapai tingkat yang sama.“Yuk, balik ke lab!” ajak Bima sambil merapikan catatan kecilnya.Kalista yang masih terlihat bersemangat, melirik ke arah Arimbi yang berjalan tenang di sampingnya. "Bos, kita ngga
“Ini nih, bintang yang lagi naik daun.” Kalista membuka percakapan dengan nada bercanda, tapi tak bisa menyembunyikan sindiran dalam suaranya. “Hebat, ya, baru aja bikin dunia heboh dengan temuan Carbophene, sekarang sudah bisa bersantai-santai. Padahal masih banyak pertentangan dari para ilmuwan senior di dunia.”Syakila menoleh dan tersenyum kecil, mengetahui bahwa Kalista tidak akan datang tanpa membawa 'sesuatu'. “Kalista, duduk sini kalau mau ikutan ngobrol. Kami lagi membahas hasil seminar kemarin,” jawab Syakila dengan tenang.Kalista dengan percaya dirinya ikut duduk di meja tim Syakila berada.“Oh, aku yakin kalian harus membahas banyak hal. Apalagi setelah temuan kalian jadi kontroversi besar di dunia. Bahkan Pak Jay mungkin sekarang lagi sibuk menjelaskan sana-sini untuk menyelamatkan reputasi NeoTech, ya? Kasian Pak Jay.” Kalista menyindir dengan senyum menyeringai. “Apa kalian nggak merasa bahwa kalian terlalu buru-buru menampilkan temuan itu?”Kirana—salah satu anggota t
Ghea tidak mudah diyakinkan. Dia menatap Kalista sejenak sebelum bertanya, “Apa nama temuan tim Arimbi kalian?”Betapa senangnya Kaliasta karena direspon Ghea.“NanoCorium, Bu,” jawab Kalista, nadanya terdengar penuh antusias. “Ini adalah nanomaterial baru yang kami ciptakan melalui proses pemrosesan kompleks. NanoCorium menggabungkan stabilitas super dari karbon nanomaterial dengan elastisitas luar biasa. Hasilnya? Kami memiliki material yang bisa diaplikasikan ke berbagai bidang mulai dari medis, teknologi, hingga energi.”Ghea mengerutkan kening, tampak tertarik namun tetap skeptis. “Apa kehebatannya dibandingkan material lain yang sudah ada?”Kalista dengan sigap menjelaskan, “NanoCorium mampu menyerap energi berlebih dan menyimpannya dengan efisiensi hingga 95%. Bayangkan, ini bisa diaplikasikan untuk perangkat medis yang memerlukan daya rendah sampai baterai kendaraan listrik yang bisa bertahan jauh lebih lama dengan ukuran lebih kecil. Material ini juga ringan banget, tapi keku
"Tutup moncong busukmu, Jek! Aku tak butuh belas kasihanmu!" teriak Bruno. "Lebih baik kau lekas menyerah padaku, dan PhantomClaw milikmu akan baik-baik saja!" Jek Jon terkekeh sembari dia menerima pukulan demi pukulan Bruno. Kali ini dia tidak menghindari. "Memangnya apa yang dijanjikan majikanmu mengenai aku dan PhantomClaw?" Jek Jon bertanya dengan bahasa tersirat. Dia sudah paham bahwa di balik pergerakan organisasi milik Bruno yang mengganggu PhantomClaw, pasti ada orang dengan kedudukan tinggi yang ingin dia hancur. Hanya saja, dia belum bisa memastikan orangnya. Tapi dia yakin, tak lama lagi semua tabir akan terbuka untuknya. Bruno menyeringai. "Beliau hanya meminta aku untuk mengendalikan kamu yang mirip kuda liar! Maka dari itu, Jek. Kusarankan kamu lekas menyerah dan kalian akan tetap bisa bertahan. Patuhlah!"Seraya menyerukan kata terakhir, Bruno mengirimkan pukulan tenaga dalam dari jarak 15 meter ke Jek Jon di depannya. "Apakah kepalamu terbentur meja saat kamu m
"Oh, rupanya kau juga mampu menggunakan kekuatan semacam itu, he he!" Keluar seringaian dari Jek Jon. Bukannya gentar, dia justru terpacu untuk lekas menerjang ke Bruno. "Kemari kau, Jek Jon sampah!" teriak Bruno. Malam itu, di sebuah kedalaman wilayah yang jauh dari pemukiman penduduk di Pulau Gaharu, suasana tegang telah tercipta sejak awal. Jek Jon mengumpulkan tenaga murni, aliran chakra segera membanjiri tubuhnya, pergi ke titik-titik chakra untuk memaksimalkan potensi di setiap lini tubuhnya. "Hmph!" Jek Jon mendengus keras seraya meledakkan auranya sehingga debu di sekelilingnya mulai beterbangan. Setelahnya, dia melesat ke Bruno yang telah menanti dengan mata nyalang melotot. "Ayo! Kita tak perlu banyak basa-basi!" seru Bruno tanpa mengendurkan auranya sendiri. Jay yang sedang dalam mode Jek Jon si Raja Bengis, lekas menebaskan tangannya yang membentuk cakar. Angin energi keluar dari sana dan siap mencabik Bruno. "Apa itu basa-basi? Justru kamu yang te
“Dia adalah Jay, Pa.” Zafia menjawab Tistan.Zafia tidak ingin secara gamblang mengungkap mengenai jati diri suaminya.Tapi, Tristan tidak puas dan masih bertanya, “Iya, dia adalah Jay. Tapi apakah dia juga punya identitas lain sebagai Jek Jon?”Sembari memunculkan senyumannya, Zafia menyahut, “Dia Jay, Pa. Jay Mahawira.”Usai mengucapkan kalimat itu, tampaknya tak hanya Tristan yang gemas. Yoana pun demikian.“Fia, jawab yang benar!” Yoana kehilangan kesabaran.Yoana merasa putrinya sedang menutupi sesuatu dan hal tersebut berbahaya dan menakutkan.Bagaimana mungkin sesuatu yang berkaitan dengan organisasi mafia terbesar di Astronesia tidak menakutkan?“Dia suamiku, Ma, Pa. Dia Jay Mahawira. Tentunya jawaban ini sudah lebih dari cukup, kan?” Masih dengan ketenangan yang sama, Zafia menanggapi kedua orang tuanya.Tristan menghela napas, tak tau lagi bagaimana cara berpikir Zafia. Membela suaminya sedemikian kuat di depan orang tuanya sendiri ketika sang suami terindikasi memiliki kait
"Hm, lakukan evakuasi seperti biasa." Jay berbicara sambil berjalan ke arah belakang gedung NeoTech. Tidak lupa dia masuk ke ruangan khusus yang bisa menghilangkan bau dan aroma. Benar-benar ruangan steril yang dia bangun khusus untuk insiden semacam ini. Setelah itu, melalui jalan rahasia di balik dinding dapur, dia meluncur menggunakan golf car menuju kediamannya. "Jay." Muncul sosok Zafia, menunggu Jay keluar dari pintu rahasia di kediamannya, di ruang gudang bersih mansionnya.Jay bertatapan dengan istrinya. Dia sadar ada banyak hal yang harus dia ungkapkan ke Zafia. "Pastinya ada banyak hal yang perlu kamu katakan ke aku, ya kan Jay?" Zafia menatap lurus ke suaminya dengan dua lengan terlipat di depan dada. Dari kalimat itu saja Jay sudah mengerti bahwa sang istri telah mengetahui jati dirinya sebagai King Jek Jon. Bahkan Zafia bisa menemukan pintu rahasia di mansion. Tapi, mungkinkah Zafia mengetahui siapa dia dari investigasi Darius Wu? "Fi, sayang, nanti kita bicarakan
Sementara itu ….Di apartemennya yang sederhana, Darius Wu sedang memeriksa dokumen tambahan ketika layar laptopnya tiba-tiba menampilkan pesan aneh.Pesan itu sederhana namun membuat darahnya membeku:“Kamu sudah terlalu jauh, Darius. Dunia gelap tidak mentolerir pahlawan.”Setelah itu, muncul gambar berikutnya di layar dia. Gambar yang menampilkan anak tidak sah Darius, yang selama ini dia sembunyikan sangat rapat dari publik. Anak yang selama ini menjadi satu-satunya ketika istri sah Darius divonis tidak subur oleh dokter tapi sang istri menolak keras pada poligami.Jika anak itu ditemukan istri sahnya, bisa dipastikan anak itu dalam bahaya. Namun, kini PhantomClaw juga sudah mengendus keberadaan si anak yang sudah Darius simpan sangat rapat.Bukankah anak itu sama saja dalam situasi bahaya?Darius tersentak, matanya menyapu sekeliling ruangan. Ketika dia bangkit dari kursinya, suara langkah kaki terdengar dari lorong luar.Pintu apartemennya dihantam keras, membuat Darius panik. D
Jay terdiam sejenak, lalu berkata pelan, “Aku melindungi kotaku. Itu aja.” Setelahnya, dia memulaskan senyumannya.Tanpa menunggu jawaban Lina, Jay berjalan pergi bersama pasukannya, meninggalkan wartawati itu dengan banyak pertanyaan yang menggantung di pikirannya.* * *Langit Jatayu malam itu dihiasi sorotan lampu helikopter yang memecah gelap. Suara sirene meraung di berbagai sudut kota.Di layar-layar televisi dan media sosial, wajah Jay, CEO karismatik Supreme Group, terpampang di samping nama yang selama ini hanya terdengar dalam bisik-bisik gelap: King Jek Jon.Berita itu meledak seperti bom waktu. Detektif swasta bernama Darius Wu, seorang pria paruh baya dengan reputasi tanpa cela, baru saja mengungkapkan temuannya ke publik.“Bukti-bukti tak terbantahkan—rekaman pertemuan rahasia, transaksi gelap, dan koneksi organisasi bawah tanah—semua mengarah pada satu kesimpulan: Jay adalah sosok di balik kekaisaran kriminal yang mengendalikan bayangan Jatayu.” Seorang pembawa berita s
“Anda sangat berbeda dari yang dulu saya kenal.” Lina menyambung.Dia bahkan menekan perasaan rindunya akan sosok terpuji Jay dan tetap fokus pada misi kedatangannya. Menurutnya, Jay masih bisa diselamatkan.Jay bersandar di kursinya, jemarinya menyentuh dagu. “Lina, dunia ini bukan hitam dan putih. Terkadang, untuk mencapai sesuatu yang lebih besar, kita harus berani melangkah di area abu-abu. Apa kamu berpikir Jatayu bisa jadi kayak sekarang tanpa pengorbanan?”Pria itu tau dengan jelas bagaimana perasaan Lina terhadapnya, dan dia mengucap salut di dalam hati atas profesionalitas Lina.“Pengorbanan siapa?” Lina menyergah. “Orang-orang biasa yang harus menanggung risiko karena permainan Anda? Atau pejabat-pejabat yang Anda tekan hingga mereka tidak punya pilihan?”Lina terkadang tak ingin percaya, bahwa pria yang dia kagumi atas keberanian, patriotisme, dan kebaikan kemanusiaannya … kini seperti monster. Atau dia saja yang tak tau bahwa selama ini Jay memang monster?Jay menatap Lina
"Nggak ada pilihan lain," jawab salah satu dari mereka dengan putus asa. "Dia tau terlalu banyak. Dia bisa menghancurkan keluarga kita tanpa menyentuh kita langsung."Di markasnya, Jay menerima laporan dari Erlangga. Wajahnya tetap tenang, hanya sedikit senyum terlukis di bibirnya."Mereka menyerah?" tanya Jay, nadanya datar namun penuh wibawa.Erlangga mengangguk. "Semua target sudah menunjukkan tanda-tanda surut. Beberapa bahkan sudah mengirimkan utusan untuk berdamai."Jay menyandarkan tubuhnya ke kursi, memutar gelas anggur di tangannya."Pfftt!” Jay mendengus geli. “Mereka membuatnya terlalu mudah. Ketakutan memang alat yang paling kuat, Erlangga. Nggak perlu darah, nggak perlu kekerasan. Hanya sedikit sentuhan, dan mereka langsung runtuh."Dia memandang keluar jendela besar yang memperlihatkan gemerlap kota Jatayu di malam hari."Biarkan mereka tetap di tempatnya. Kita nggak butuh mereka lenyap. Kita hanya butuh mereka untuk menjadi peringatan hidup bagi siapa aja yang mencoba m
“Kota Jatayu mungkin telah tunduk, tapi permainan kekuasaan ini baru saja aku mulai.” Jay menggumam.Dia paham, untuk mempertahankan tahtanya di balik layar, dia harus selalu satu langkah di depan musuh-musuhnya.* * *Jay duduk di ruang konferensi Supreme NeoTech, jari-jarinya mengetuk meja dengan ritme perlahan. Di hadapannya, layar besar memutar rekaman rapat rahasia para elit yang baru saja dia peroleh.Erlangga berdiri di sisi kanan, menunggu instruksi dengan sikap siaga seperti biasa.Mata Jay memerhatikan dengan saksama, sedangkan wajahnya tetap tenang. Pada layar itu, salah satu pria berjas mahal sedang berbicara penuh semangat, membakar semangat para hadirin untuk melawan dominasi Jay."Kita tidak bisa terus membiarkan dia menghancurkan semua yang kita bangun! Jatayu ini adalah kota kita, bukan miliknya. Kita punya hak untuk melawannya!" Demikian kalimat pria berjas mahal itu.Jay tersenyum tipis. "Lucu sekali. Mereka berbicara soal hak seolah aku yang merebut sesuatu dari me