“Iya. Kenapa, Bos?” tanya Kalista sambil membalas tatapan Arimbi.Dia menampilkan sikap tak bersalahnya. Baginya, apa yang dia perbuat justru harusnya diapresiasi Arimbi.“Duh … Lis, tapi kan itu belum benar-benar final. Gimana kalau nanti masih ada cacatnya?” cetus Arimbi dengan raut wajah cemas.Dia akui, temuan mereka yang bernama NanoCorium masih belum sepenuhnya sempurna. Penolakan ilmuwan dunia pada temuannya dulu masih membayangi Arimbi sehingga itu cukup menjadi momok tersendiri untuknya.Maka dari itu, dia tak boleh gegabah lagi kali ini. Tapi kenapa Kalista malah ….“Udahlah, santai! Tenang aja, Bos Ari.” Kalista menepuk pundak Arimbi sambil tersenyum, memberikan dukungan. “NanoCorium kita itu udah beres. Udah sempurna. Kita udah mengujinya berulang kali dan nggak ada cacatnya.”Kalista menatap yakin ke Arimbi. Tapi masih ada keraguan di Arimbi.“Percaya deh sama kita. Kamu juga harus percaya sama temuan kita sendiri. Oke?” yakin Kalista seraya menepuk lembut pipi Arimbi. “Y
“Kami akan gunakan kaliber 9 mm untuk uji coba pertama ke rompi dengan NanoCorium.”Arimbi memberi sinyal ke petugas yang siaga dengan senapan laras pendek.Darr!Saat peluru ditembakkan, suaranya menggema di dalam ruangan, dan kecepatan proyektil segera terdeteksi oleh sensor.Peluru menghantam rompi, namun tidak ada penetrasi yang terjadi. Tim penguji mengamati layar yang menampilkan data kecepatan, tekanan, dan dampak.“Bisa Pak Jay lihat, rompi NanoCorium dengan mudah menyerap energi dari peluru kecil ini tanpa deformasi yang signifikan pada permukaan luar. Boneka peraga pun tetap stabil, tanpa tanda kerusakan pada bagian yang dilindungi rompi.” Arimbi mengatakannya dengan penuh percaya diri.Melihat hasilnya langsung, Jay manggut-manggut."Bagus," gumam Jay. "Sekarang, tingkatkan kalibernya."Arimbi mengangguk dan memberi sinyal ke teknisi.“Sekarang, menggunakan peluru berkaliber menengah, kaliber 5.56 mm.”Suara Arimbi menyeru diiringi teknisi yang memegang peluru mulai mengara
“NanoCorium. Hm … temuan luar biasa dari tim Arimbi, kuakui itu teknologi yang dapat mengubah dunia.” Jay bergumam sambil menatap kota Jatayu dari jendela besar di ruangannya.“Tapi Jek, memperkenalkannya ke publik bukanlah keputusan kecil. Pastikan agar tidak lagi menimbulkan kontroversi seperti yang terjadi pada tim Syakila.”Di samping, Atin memperingatkan.“Aku tau, Pak. Tapi … menurutku, semua perkembangan teknologi pasti akan diikuti dengan kontroversinya, itu tidak terelakkan.” Jay sembari menoleh ke Atin.Selang dua hari berikutnya, setelah melalui banyak pertimbangan, Jay akhirnya memutuskan."Sudah waktunya," gumamnya pelan.Dia mengangkat telepon dan memanggil Ghea dan Arimbi ke ruangannya."Siapkan timmu, kita akan memperkenalkan NanoCorium ke publik," ucap Jay, suaranya tegas namun tenang. “Ghea, lakukan yang harus kamu lakukan.”***Di ruang aula utama Supreme NeoTech, suasana penuh antisipasi. Para ilmuwan, investor, dan beberapa wartawan teknologi berkumpul, semua menu
“Jek?” Atin bertanya ketika melihat Jay mengenakan jaket kulit dan ada motor sport sudah disiapkan anak buahnya di carport.“Aku pergi dulu, Pak.”Kemudian, Jay memacu motornya dengan kecepatan tinggi, membelah jalanan malam Jatayu yang ramai menuju Hera Palace, tempat yang sama saat Feinata dulu merayakan ulang tahunnya.Panggilan dari Feinata tadi membuat darahnya mendidih. Jika ada yang berani menyentuh Zafia, dia tidak akan tinggal diam.Sesampainya di Hera Palace, Jay langsung memarkir motornya dan melesat masuk ke dalam klub tanpa berpikir dua kali.“Semoga aku tidak terlambat,” bisik Jay.Di dalam, Jay dengan cepat menemukan Feinata yang tampak ketakutan, berdiri menciut di samping Zafia yang sudah terlibat adu argumen dengan seorang pria berpenampilan parlente.“Emangnya semua wanita yang pakai baju minim layak untuk kalian anggap sebagai apapun yang kalian mau, gitu? Rumus dari mana?!” Suara Zafia meninggi.“Itu udah jadi rumus biasa di tempat kayak ini, Nona!” Pria di depann
“Bedebah sombong!” teriak Jarot sambil mengkomando anak buahnya untuk menyerang Jay dan Zafia secara bersamaan.Jumlah mereka ada belasan, hampir 20 orang, maka dari itu Jarot percaya diri Jay dan Zafia bisa mereka taklukkan.“Jay, mereka nggak akan mundur tanpa perlawanan, ha ha!” kata Zafia sambil menarik ke atas lengan blusnya, bersiap untuk bertarung.Jay mengangguk, matanya terfokus pada Jarot yang masih berdiri dengan angkuh di depan mereka. “Ayo kita buat ini jadi permainan menarik, he he.”Satu preman yang terlihat lebih besar dari yang lain melangkah maju sambil menggertakkan giginya.Dia mengayunkan tinjunya ke arah Jay, tapi dengan refleks cepat, Jay menghindar ke samping dan menangkap pergelangan pria itu.Dalam satu gerakan, Jay menarik dan memelintir tangan lawannya, menghantam perutnya dengan siku keras."Urgh!" pria itu terbatuk, terhuyung ke belakang sambil memegangi perutnya.Namun sebelum dia bisa kembali menyerang, Jay melayangkan tendangan tinggi ke arah wajahnya,
"Hm ... baiklah." Zafia tidak menolak tawaran Jay.Dia mempercayai Jay. Lebih dari itu ... dia juga menginginkan lebih lama bersama pria yang sedang dia peluk saat ini. Malam terlalu dini untuk dilewatkan begitu saja, bukan?Maka, motor dilajukan Jay ke sebuah bukit kota yang cukup sepi. Di spot yang sepi, Jay menghentikan motornya. Ada panorama indah kota Jatayu yang berkilauan di bawah cahaya lampu-lampu kota.Udara malam terasa sejuk, memberikan suasana yang sempurna untuk momen mereka berdua.Mesin motor dimatikan Jay dan Zafia melepaskan helmnya, mengibaskan rambut panjangnya yang berkilau dalam sinar remang.Jay memandang panorama yang indah sebelum menoleh ke Zafia yang berdiri di sampingnya. "Indah, ya?" tanyanya lembut, memecah keheningan.Zafia mengangguk, matanya terfokus pada kerlip lampu-lampu di kejauhan. "Indah banget. Tenang dan damai ... beda banget sama hiruk-pikuk di bawah sana."Jay tersenyum, lalu mendekatkan dirinya sedikit ke Zafia. "Aku kadang suka ke sini. Ras
“Fia ….” Jay tersenyum seperti ABG kasmaran.Kemudian, dia pergi dari rumah itu dengan masih berselubungkan kebahagiaan. Ketika tiba di mansion megahnya pun dia masih tersenyum dan bersenandung lirih saat melangkah ke kamarnya.“Sudah pulang, Jek.” Atin yang rupanya masih terjaga untuk menyambut Jay, telah berdiri di ruang tengah. “Sepertinya kamu sedang senang hati.”Jay tidak menyembunyikan raut bahagianya dan justru makin tersenyum lebar.“Haa … benar, Pak. Aku memang sedang senang hati malam ini.” Jay berhenti sebentar di depan Atin.“Syukurlah kalau kamu merasakan itu. Kamu terlalu keras bekerja, jangan sampai melupakan kebahagiaanmu sendiri.” Atin tertular senyum Jay. “Aku akan buatkan wedang Uwuh dulu, nanti kuantar ke kamarmu.”Jay mengangguk dan masuk ke kamarnya di lantai 2. Tak sampai lama, Atin masuk dan memberikan wedang Uwuh, wedang rempah-rempah berwarna merah cerah dengan rasa manis dan pedas beraroma harum.Rempah herbal yang menjadi isi kandungan wedang Uwuh diantara
“Siap lanjutkan dengan ledakan!”Tim militer menyiapkan beberapa bahan peledak kecil, mensimulasikan kondisi yang mungkin terjadi di medan perang sebenarnya.Dhuaaarrr!Ketika ledakan terjadi, boneka peraga terlempar beberapa meter, namun rompi NanoCorium tampak hanya kotor oleh debu, tanpa kerusakan yang berarti.Kalista berbisik kepada Arimbi, “Lihat kan, Bos, aku udah bilang ini bakalan sukses. Aku yakin Pak Jay bakal makin terkesan.”Arimbi tetap tenang, meskipun dalam hatinya dia merasa lega. “Ini baru permulaan, Kalista. Kita masih harus melihat hasil pengujian lainnya.”Kalista memutar matanya, jengah dengan sikap pasif ketua timnya.Namun, meskipun tes sejauh ini terlihat sukses, ada perbincangan di kalangan pengamat yang menyaksikan uji coba ini dari kejauhan.Beberapa ilmuwan militer tampak skeptis. “Teknologi ini mungkin efektif dalam simulasi, tapi bagaimana jika kita membawanya ke medan perang sebenarnya? Apakah benar-benar bisa melindungi prajurit dari ledakan skala besa