“Kami akan gunakan kaliber 9 mm untuk uji coba pertama ke rompi dengan NanoCorium.”Arimbi memberi sinyal ke petugas yang siaga dengan senapan laras pendek.Darr!Saat peluru ditembakkan, suaranya menggema di dalam ruangan, dan kecepatan proyektil segera terdeteksi oleh sensor.Peluru menghantam rompi, namun tidak ada penetrasi yang terjadi. Tim penguji mengamati layar yang menampilkan data kecepatan, tekanan, dan dampak.“Bisa Pak Jay lihat, rompi NanoCorium dengan mudah menyerap energi dari peluru kecil ini tanpa deformasi yang signifikan pada permukaan luar. Boneka peraga pun tetap stabil, tanpa tanda kerusakan pada bagian yang dilindungi rompi.” Arimbi mengatakannya dengan penuh percaya diri.Melihat hasilnya langsung, Jay manggut-manggut."Bagus," gumam Jay. "Sekarang, tingkatkan kalibernya."Arimbi mengangguk dan memberi sinyal ke teknisi.“Sekarang, menggunakan peluru berkaliber menengah, kaliber 5.56 mm.”Suara Arimbi menyeru diiringi teknisi yang memegang peluru mulai mengara
“NanoCorium. Hm … temuan luar biasa dari tim Arimbi, kuakui itu teknologi yang dapat mengubah dunia.” Jay bergumam sambil menatap kota Jatayu dari jendela besar di ruangannya.“Tapi Jek, memperkenalkannya ke publik bukanlah keputusan kecil. Pastikan agar tidak lagi menimbulkan kontroversi seperti yang terjadi pada tim Syakila.”Di samping, Atin memperingatkan.“Aku tau, Pak. Tapi … menurutku, semua perkembangan teknologi pasti akan diikuti dengan kontroversinya, itu tidak terelakkan.” Jay sembari menoleh ke Atin.Selang dua hari berikutnya, setelah melalui banyak pertimbangan, Jay akhirnya memutuskan."Sudah waktunya," gumamnya pelan.Dia mengangkat telepon dan memanggil Ghea dan Arimbi ke ruangannya."Siapkan timmu, kita akan memperkenalkan NanoCorium ke publik," ucap Jay, suaranya tegas namun tenang. “Ghea, lakukan yang harus kamu lakukan.”***Di ruang aula utama Supreme NeoTech, suasana penuh antisipasi. Para ilmuwan, investor, dan beberapa wartawan teknologi berkumpul, semua menu
“Jek?” Atin bertanya ketika melihat Jay mengenakan jaket kulit dan ada motor sport sudah disiapkan anak buahnya di carport.“Aku pergi dulu, Pak.”Kemudian, Jay memacu motornya dengan kecepatan tinggi, membelah jalanan malam Jatayu yang ramai menuju Hera Palace, tempat yang sama saat Feinata dulu merayakan ulang tahunnya.Panggilan dari Feinata tadi membuat darahnya mendidih. Jika ada yang berani menyentuh Zafia, dia tidak akan tinggal diam.Sesampainya di Hera Palace, Jay langsung memarkir motornya dan melesat masuk ke dalam klub tanpa berpikir dua kali.“Semoga aku tidak terlambat,” bisik Jay.Di dalam, Jay dengan cepat menemukan Feinata yang tampak ketakutan, berdiri menciut di samping Zafia yang sudah terlibat adu argumen dengan seorang pria berpenampilan parlente.“Emangnya semua wanita yang pakai baju minim layak untuk kalian anggap sebagai apapun yang kalian mau, gitu? Rumus dari mana?!” Suara Zafia meninggi.“Itu udah jadi rumus biasa di tempat kayak ini, Nona!” Pria di depann
“Bedebah sombong!” teriak Jarot sambil mengkomando anak buahnya untuk menyerang Jay dan Zafia secara bersamaan.Jumlah mereka ada belasan, hampir 20 orang, maka dari itu Jarot percaya diri Jay dan Zafia bisa mereka taklukkan.“Jay, mereka nggak akan mundur tanpa perlawanan, ha ha!” kata Zafia sambil menarik ke atas lengan blusnya, bersiap untuk bertarung.Jay mengangguk, matanya terfokus pada Jarot yang masih berdiri dengan angkuh di depan mereka. “Ayo kita buat ini jadi permainan menarik, he he.”Satu preman yang terlihat lebih besar dari yang lain melangkah maju sambil menggertakkan giginya.Dia mengayunkan tinjunya ke arah Jay, tapi dengan refleks cepat, Jay menghindar ke samping dan menangkap pergelangan pria itu.Dalam satu gerakan, Jay menarik dan memelintir tangan lawannya, menghantam perutnya dengan siku keras."Urgh!" pria itu terbatuk, terhuyung ke belakang sambil memegangi perutnya.Namun sebelum dia bisa kembali menyerang, Jay melayangkan tendangan tinggi ke arah wajahnya,
"Hm ... baiklah." Zafia tidak menolak tawaran Jay.Dia mempercayai Jay. Lebih dari itu ... dia juga menginginkan lebih lama bersama pria yang sedang dia peluk saat ini. Malam terlalu dini untuk dilewatkan begitu saja, bukan?Maka, motor dilajukan Jay ke sebuah bukit kota yang cukup sepi. Di spot yang sepi, Jay menghentikan motornya. Ada panorama indah kota Jatayu yang berkilauan di bawah cahaya lampu-lampu kota.Udara malam terasa sejuk, memberikan suasana yang sempurna untuk momen mereka berdua.Mesin motor dimatikan Jay dan Zafia melepaskan helmnya, mengibaskan rambut panjangnya yang berkilau dalam sinar remang.Jay memandang panorama yang indah sebelum menoleh ke Zafia yang berdiri di sampingnya. "Indah, ya?" tanyanya lembut, memecah keheningan.Zafia mengangguk, matanya terfokus pada kerlip lampu-lampu di kejauhan. "Indah banget. Tenang dan damai ... beda banget sama hiruk-pikuk di bawah sana."Jay tersenyum, lalu mendekatkan dirinya sedikit ke Zafia. "Aku kadang suka ke sini. Ras
“Fia ….” Jay tersenyum seperti ABG kasmaran.Kemudian, dia pergi dari rumah itu dengan masih berselubungkan kebahagiaan. Ketika tiba di mansion megahnya pun dia masih tersenyum dan bersenandung lirih saat melangkah ke kamarnya.“Sudah pulang, Jek.” Atin yang rupanya masih terjaga untuk menyambut Jay, telah berdiri di ruang tengah. “Sepertinya kamu sedang senang hati.”Jay tidak menyembunyikan raut bahagianya dan justru makin tersenyum lebar.“Haa … benar, Pak. Aku memang sedang senang hati malam ini.” Jay berhenti sebentar di depan Atin.“Syukurlah kalau kamu merasakan itu. Kamu terlalu keras bekerja, jangan sampai melupakan kebahagiaanmu sendiri.” Atin tertular senyum Jay. “Aku akan buatkan wedang Uwuh dulu, nanti kuantar ke kamarmu.”Jay mengangguk dan masuk ke kamarnya di lantai 2. Tak sampai lama, Atin masuk dan memberikan wedang Uwuh, wedang rempah-rempah berwarna merah cerah dengan rasa manis dan pedas beraroma harum.Rempah herbal yang menjadi isi kandungan wedang Uwuh diantara
“Siap lanjutkan dengan ledakan!”Tim militer menyiapkan beberapa bahan peledak kecil, mensimulasikan kondisi yang mungkin terjadi di medan perang sebenarnya.Dhuaaarrr!Ketika ledakan terjadi, boneka peraga terlempar beberapa meter, namun rompi NanoCorium tampak hanya kotor oleh debu, tanpa kerusakan yang berarti.Kalista berbisik kepada Arimbi, “Lihat kan, Bos, aku udah bilang ini bakalan sukses. Aku yakin Pak Jay bakal makin terkesan.”Arimbi tetap tenang, meskipun dalam hatinya dia merasa lega. “Ini baru permulaan, Kalista. Kita masih harus melihat hasil pengujian lainnya.”Kalista memutar matanya, jengah dengan sikap pasif ketua timnya.Namun, meskipun tes sejauh ini terlihat sukses, ada perbincangan di kalangan pengamat yang menyaksikan uji coba ini dari kejauhan.Beberapa ilmuwan militer tampak skeptis. “Teknologi ini mungkin efektif dalam simulasi, tapi bagaimana jika kita membawanya ke medan perang sebenarnya? Apakah benar-benar bisa melindungi prajurit dari ledakan skala besa
“Rompinya bekerja,” ujar Jay dengan suara pelan namun penuh kepuasan. Senyumnya terbentang lebar penuh kelegaan.Di layar, Jay bisa melihat bagaimana pasukan yang mengenakan rompi NanoCorium tetap bergerak dengan gesit meski terkena tembakan lawan. Rompi tersebut melindungi tubuh mereka dengan sangat baik.Bahkan, di salah satu monitor, terlihat jelas seorang prajurit tertembak di bagian dada, namun dia tetap berdiri dan menembak balik, seolah-olah peluru itu tidak menembus sama sekali.Ini cukup membingungkan pihak musuh, tentu saja. Mereka tidak menyangka bahwa pihak militer Astronesia mendadak seperti memiliki ilmu kebal.Erlangga tersenyum, lalu menambahkan, “Ini bukti bahwa teknologi kita benar-benar mampu menyelamatkan nyawa di medan perang, Bos.”Baskara mengamati drone yang mengitari area konflik lebih jauh. Dia memantau situasi dari sudut lain, termasuk bagaimana pasukan yang mengenakan rompi NanoCorium berhasil menahan serangan dari ledakan granat yang dilemparkan ke arah me
“Eh?!” Jay tak siap dengan kecupan Phoenix.Wanita itu bergerak sangat cepat sampai Jay tak berhasil menghindar. Ini benar-benar di luar dugaan Jay.Sedangkan Zafia di samping Jay hanya bisa membelalakkan mata selama sekian detik, tak bisa melakukan apa-apa.“Maafkan sikapku, Nyonya.” Phoenix memberikan salam soja dengan menangkupkan dua tangan di depan tubuh ke Zafia.Dia menggunakan bahasa internasional agar Zafia paham apa yang diucapkannya.Karena sudah begitu, Zafia tersenyum sambil menanggapinya menggunakan bahasa internasional juga, “Tidak mengapa, Nona Phoenix. Tak perlu meminta maaf.”Setelah itu, Jay dan rombongan kecilnya naik ke jet pribadinya. Tak berapa lama kemudian, pintu pesawat pun mulai ditutup dan bergerak di landasan pacu.“Hong’er … kamu menyukainya, bukan?” tanya Dragon di samping putrinya.Phoenix menoleh cepat ke ayahnya, cukup terkejut dengan penilaian Dragon.“Ayah, kecupan tadi itu … bukan mengenai perasaan, tapi … itu memang sudah menjadi perjanjian yang k
“Kamu dengar aku, Rabbit? Ikutlah aku ke Astronesia dan menjadi bawahanku!” ulang Jay tanpa menjeda tatapannya ke Rabbit.Mata Rabbit terus tertuju pada Jay dengan tatapan kosong. Di sanalah Jay sedang menggempur kesadaran Rabbit, mengikis logika wanita itu menggunakan sebuah ajian kuat yang dia pelajari dari Atin.Ajian yang mampu membuat orang tunduk dan takluk sepenuhnya. Ajian yang bisa mengambil alih kesadaran orang lain.“Ikut Jay … ke Astronesia … menjadi bawahan … Jay.” Setelah beberapa menit yang terasa sangat panjang bagi mereka bertiga, akhirnya muncullah ucapan tersebut dari Rabbit.Jay tersenyum, lega karena ajiannya berhasil. Tidak sia-sia dia mengorbankan energi kanuragannya sebanyak 50 persen lebih hanya untuk bisa melancarkan ajian ilusi perenggut kesadaran tersebut.Sedangkan Phoenix, dia mengerutkan kening, raut wajahnya menunjukkan ketidakpercayaan atas apa yang dia saksikan di depan mata.“Apa-apaan adikku? Kenapa dia begitu?” tanya Pheonix ke Jay.Ketika lengan J
“Membawa Rabbit ke Astronesia?” Dragon sampai menaikkan kedua alisnya tinggi-tinggi.Pria paruh baya itu tidak menyangka bahwa hal yang diminta darinya dari Jay adalah salah satu putrinya yang kebetulan sedang dihukum.“Benar, Tuan Dragon. Itu pun jika Anda berkenan.” Jay menatap lurus ke mata Dragon.Bahkan Phoenix saja sampai membelalakkan matanya ketika mendengarnya. Berani sekali Jay meminta sesuatu sejauh itu!“Tuan Jay, bukankah permintaan Anda terlalu berlebihan? Kenapa Anda menginginkan anak saya yang itu untuk Anda bawa ke negara Anda?” tanya Dragon sembari menyipitkan matanya.Nada suaranya rendah dan berat, dengan membawa sekilas raut wajah curiga.Supaya tidak menimbulkan asumsi liar dari Dragon, maka Jay lekas mengatakan alasannya. “Tuan Dragon, saya tidak bermaksud ingin menyakiti atau berbuat hal yang sekiranya berlawanan dengan norma. Saya hanya ingin menjadikan dia salah satu anak buah saya. Itu pun jika Anda memperbolehkan.”Mendengar penjelasan dari Jay, Dragon diam
“Jay!” Zafia terkejut ketika tubuhnya diangkat sang suami dan mulai direbahkan di kasur besar nan mewah di sana.Jay bergerak cekatan melucuti celana jins istrinya, beserta kain segitiga mungil berwarna putih, dan menikmati pemandangan luar biasa indah yang tergolek pasrah di atas ranjang.Mata Zafia basah dengan mulut terbuka sedikit, menimbulkan sensasi birahi tersendiri untuk Jay.“Fi … kamu keterlaluan godain aku kayak gitu.” Jay mulai mengurai semua lapisan pakaiannya sendiri dan menjatuhkan secara sembarangan di lantai.Dia sudah tak sabar ingin menjadikan Zafia miliknya, utuh dan sempurna.“Hi hi! Aku ingin belajar menggoda kamu, Jay.” Zafia tersenyum binal sambil menggigit jarinya. Mata mengerling nakal ke Jay. "Gimana? Apakah udah lulus?"Yang membuat jantung Jay serasa digedor palu Thor, ketika Zafia membuka kedua kakinya dan memperlihatkan keutuhan dari surga dunia pada Jay, meski kemudian dia merayapkan tangan untuk menutupi lembah suburnya, menaikkan rasa penasaran Jay.“
“Zafia?” Betapa terkejutnya Jay ketika mendengar nama istrinya disebutkan.Karena Dragon menghargai Jay, maka Zafia tentu saja diizinkan masuk ke ruangan.“Silakan, Nona.” Pelayan membungkuk, mempersilakan Zafia masuk.Ketika Jay melihat kedatangan istrinya yang dirindukan, dia langsung maju. “Fi ….” Kemudian dia memeluk erat Zafia.Sebenarnya Zafia sudah bersiap untuk bertempur mati-matian andaikan memang diharuskan jika dia dipersulit bertemu Jay.“Jay ….” Zafia membalas pelukan erat suaminya. Matanya terpejam dengan pelupuknya basah oleh air mata.Dia lega, sangat lega karena ternyata Jay baik-baik saja, tidak terluka ataupun tersandera.Setelah pelukan itu diurai satu sama lain, Jay memperkenalkan Zafia. “Tuan Dragon, Phoenix, perkenalkan … ini istriku, Zafia.”Ada kilat keterkejutan di mata Phoenix, meski setelah itu reda dengan cepat.“Wah, selamat datang kepada Nyonya Jay.” Dragon menyambut disertai senyuman.Atas kuasa Dragon, Jay dan Zafia diberikan kamar tamu yang layak. Bag
“Ayah!” jerit Phoenix.Sayang sekali, Phoenix terlalu jauh untuk menjangkau ayahnya.Burfhh!Sebuah sapuan energi kuat melanda tubuh Tiger, menyebabkan dia terpental cukup jauh ke belakang. Ternyata itu Jay yang menghantamkan energi kanuragannya ke Tiger.“Buhaahh!” Tiger berteriak kaget.Brakk!Tiger jatuh dengan kedua lutut terlebih dahulu mendarat ke lantai dengan keras.“Arrghhh!” Tiger meraung kesakitan disertai bunyi retakan renyah di bagian kedua lututnya.Di saat dia sedang dalam kondisi paling lemah karena belum pulihnya energi tenaga dalam dia, justru mendapatkan tragedi pada lututnya.“Hui’er!” seru Dragon pada putranya dengan mata melebar.Dia lekas mendekat ke Tiger dengan raut wajah cemas. Putra tercinta mengalami keretakan tulang di kedua lutut, akan sesakit apa itu?“Arrghhh! Sialan kalian semua! Jek, awas saja kamu! Akan kubuat NeoTech milikmu hancur! Arghhh! Kultivasiku! Dantianku pecah! Arghhh!” Tiger berteriak-teriak penuh amarah.Dia menatap nyalang ke Jay yang be
Jay paham dan menebaskan telapak tangannya di udara, seakan memutus sesuatu.Swuung!Dari atas, tiba-tiba saja muncul sebuah jaring yang jatuh di atas Tiger, sedangkan Phoenix sudah menyingkir.“Apa maksudmu ini?” Tiger marah karena sadar bahwa itu jaring khusus pelemah tenaga dalam.Ini sama halnya dengan jarum yang diterima Jay sebelumnya, hanya saja kekuatan pelemahannya lebih kuat sehingga Tiger yang sudah kalah dominasi, semakin tak berdaya.“Kamu harus menerima hukuman mati, Tiger!” seru Phoenix.Meski Tiger merupakan half brother dia, tapi apa yang sudah dilakukan Tiger sudah terlalu jauh untuk bisa dimaafkan.Sementara, Rabbit yang sedang bertarung melawan Jay, melihat kakak tercintanya terkena jaring pelemah tenaga dalam. “Kakak!” serunya.Rabbit menembakkan energinya untuk bisa terlepas dari dominasi Jay. Dia bermaksud ingin menolong kakaknya.“Argh!” Rabbit berteriak ketika mendadak saja kakinya terjerat sesuatu. “Sialan!”Dia berteriak ketika menyadari bahwa ada tali energ
Rabbit mendekat dan ikut berbicara, “Ayah, jangan salahkan kami. Jangan bilang kami kejam karena meracuni Ayah, yah! Ini semua karena kebodohan Ayah sendiri. Sudah jelas Kak Tiger lebih hebat dan lebih mampu mengurus organisasimu, tapi Ayah justru melimpahkan kuasa penerus ke wanita sialan itu.”Dengan lancarnya, Rabbit mengakui dosanya di depan Dragon.“Ayah, jangan khawatir, kalau kamu kesepian di alam baka, aku akan mengirim si sialan anak jalang itu untuk menemanimu.” Kemudian Tiger terkekeh.Dia benar-benar menyampaikan semua kejahatannya di hadapan Dragon, bahkan tersirat mengenai rencana hendak membunuh Phoenix pula. Sedangkan Rabbit tertawa kecil di sebelah kakaknya.Yang mengejutkan, mendadak saja mereka saling tatap dan kemudian berciuman mesra seakan itu bukan hal aneh lagi bagi mereka. Tiger mndekap erat pinggang adiknya.Sedangkan Rabbit mengalungkan lengannya ke leher kakaknya dengan sikap manja agresifnya.“Kamu sepertinya sudah melupakan kakakmu ini, bermain dengan bud
“Satu hal penting lainnya, Tuan Dragon … bahwa Anda patut waspada terhadap putra Anda, Tiger.” Jay tidak menahan diri dari menyampaikan informasi ini.Mata Dragon menyala akan keterkejutan. Mana pernah dia menyangka bahwa dia diminta waspada pada salah satu anaknya?!“Tuan Jay dari Astronesia, bukankah Anda sudah keterlaluan, hanya karena Tiger menindasmu?” Suara berat Dragon keluar disertai wajah curiganya.“Ayah, aku sudah melihat memorinya ketika dia menguping pembicaraan Tiger dengan pelayanku yang berkhianat.Kemudian, Phoenix menceritakan apa yang dia dengar dari berbagi ingatan dengan Jay. Raut wajah Dragon semakin terkejut atas apa yang dituturkan putrinya.Rasanya Dragon tidak ingin percaya tapi ketika putrinya ini sudah meyakini sesuatu hal, tak ada alasan baginya untuk menyangsikannya. Phoenix merupakan orang yang paling teliti dan bisa diandalkan dari semua orang di sekelilingnya. Itulah kenapa Dragon memilih Phoenix menjadi penerusnya.Dragon mengembuskan napas panjang se