“Fia ….” Jay tersenyum seperti ABG kasmaran.Kemudian, dia pergi dari rumah itu dengan masih berselubungkan kebahagiaan. Ketika tiba di mansion megahnya pun dia masih tersenyum dan bersenandung lirih saat melangkah ke kamarnya.“Sudah pulang, Jek.” Atin yang rupanya masih terjaga untuk menyambut Jay, telah berdiri di ruang tengah. “Sepertinya kamu sedang senang hati.”Jay tidak menyembunyikan raut bahagianya dan justru makin tersenyum lebar.“Haa … benar, Pak. Aku memang sedang senang hati malam ini.” Jay berhenti sebentar di depan Atin.“Syukurlah kalau kamu merasakan itu. Kamu terlalu keras bekerja, jangan sampai melupakan kebahagiaanmu sendiri.” Atin tertular senyum Jay. “Aku akan buatkan wedang Uwuh dulu, nanti kuantar ke kamarmu.”Jay mengangguk dan masuk ke kamarnya di lantai 2. Tak sampai lama, Atin masuk dan memberikan wedang Uwuh, wedang rempah-rempah berwarna merah cerah dengan rasa manis dan pedas beraroma harum.Rempah herbal yang menjadi isi kandungan wedang Uwuh diantara
“Siap lanjutkan dengan ledakan!”Tim militer menyiapkan beberapa bahan peledak kecil, mensimulasikan kondisi yang mungkin terjadi di medan perang sebenarnya.Dhuaaarrr!Ketika ledakan terjadi, boneka peraga terlempar beberapa meter, namun rompi NanoCorium tampak hanya kotor oleh debu, tanpa kerusakan yang berarti.Kalista berbisik kepada Arimbi, “Lihat kan, Bos, aku udah bilang ini bakalan sukses. Aku yakin Pak Jay bakal makin terkesan.”Arimbi tetap tenang, meskipun dalam hatinya dia merasa lega. “Ini baru permulaan, Kalista. Kita masih harus melihat hasil pengujian lainnya.”Kalista memutar matanya, jengah dengan sikap pasif ketua timnya.Namun, meskipun tes sejauh ini terlihat sukses, ada perbincangan di kalangan pengamat yang menyaksikan uji coba ini dari kejauhan.Beberapa ilmuwan militer tampak skeptis. “Teknologi ini mungkin efektif dalam simulasi, tapi bagaimana jika kita membawanya ke medan perang sebenarnya? Apakah benar-benar bisa melindungi prajurit dari ledakan skala besa
“Rompinya bekerja,” ujar Jay dengan suara pelan namun penuh kepuasan. Senyumnya terbentang lebar penuh kelegaan.Di layar, Jay bisa melihat bagaimana pasukan yang mengenakan rompi NanoCorium tetap bergerak dengan gesit meski terkena tembakan lawan. Rompi tersebut melindungi tubuh mereka dengan sangat baik.Bahkan, di salah satu monitor, terlihat jelas seorang prajurit tertembak di bagian dada, namun dia tetap berdiri dan menembak balik, seolah-olah peluru itu tidak menembus sama sekali.Ini cukup membingungkan pihak musuh, tentu saja. Mereka tidak menyangka bahwa pihak militer Astronesia mendadak seperti memiliki ilmu kebal.Erlangga tersenyum, lalu menambahkan, “Ini bukti bahwa teknologi kita benar-benar mampu menyelamatkan nyawa di medan perang, Bos.”Baskara mengamati drone yang mengitari area konflik lebih jauh. Dia memantau situasi dari sudut lain, termasuk bagaimana pasukan yang mengenakan rompi NanoCorium berhasil menahan serangan dari ledakan granat yang dilemparkan ke arah me
Jay berpikir sejenak, lalu memutuskan, “Kita harus turun ke lapangan sendiri. Kita perlu melihat langsung situasi dan menilai apakah ada langkah tambahan yang bisa diambil untuk melindungi pasukan.”Erlangga mengangguk, menyetujui keputusan Jay tanpa ragu.Namun, begitu mereka bersiap untuk pergi, seorang perwira militer datang menghampiri mereka. “Komandan Rahul ingin bertemu dengan Anda, Tuan Jay.”Jay mengangguk, dan mereka bertiga pergi ke markas komando di Kota Mahoni.Sesampainya di sana, Komandan Rahul langsung menyambut dengan wajah serius. “Tuan Jay, saya dengar Anda ingin turun langsung ke medan konflik. Saya tidak bisa membiarkan itu terjadi.”Jay menatap Rahul tajam. “Ini bukan hanya tentang saya, Komandan. Saya harus memastikan bahwa teknologi kami bekerja dan bisa menyelamatkan nyawa prajurit Anda. Saya paham risikonya, tapi saya akan baik-baik saja.”Rahul menarik napas panjang, mencoba meyakinkan Jay. “Kondisi di lapangan semakin berbahaya. Musuh semakin terorganisir d
Tiba-tiba, bunyi desir kecil terdengar telinga awas Jay yang sudah mengaktifkan energi kanuragannya.Refleks Jay langsung bangkit. Dia membuka matanya, dan tepat pada saat itu, sebuah bayangan hitam menyelinap masuk ke dalam tendanya, bergerak cepat dengan senjata tajam berkilau di tangan.Swoosh!“Hmh!”Pisau melesat tajam ke arah Jay, tapi dia sudah siap. Jay menghindari serangan pertama dengan gesit, tubuhnya melompat dari tempat tidur dengan kecepatan yang luar biasa. Seakan waktu bergerak lebih lambat, dia bisa melihat setiap gerakan musuhnya."Berani juga kamu mencoba membunuhku, yah!" gumam Jay sambil tersenyum tipis, menatap penyerangnya dengan mata dingin.Di bawah penerangan lampu tenda, Jay melihat pria tinggi atletis berkulit gelap dengan atribut kesukuannya dan wajah berlukis ala hantu, memegang pisau besar di tangan, siap mencabut nyawa.Tanpa menunggu serangan kedua, Jay langsung beraksi. Dengan kecepatan kilat, dia menyergap musuh itu, menangkap pergelangan tangannya d
Sigap saja, Jay menangkap benda kecil tipis itu menggunakan dua jarinya.“Wah, mainanmu ini ….” Jay menatap apa yang baru ditangkapnya dan terkekeh.Si penyerang membelalakkan mata, tak percaya akan tindakan tak terduga Jay.“Oh? Jarum? Kamu udah mempersiapkan ini sejak tadi untukku, yah? Ha ha ha!” Jay tertawa lepas untuk memberikan tekanan psikis ke penyerangnya yang masih kaget.Tak hanya si penyerang yang mengalami kekagetan, Kolonel Hangga dan anak buahnya di sana pun tak kalah kaget, seakan mereka baru saja menyaksikan adegan di sebuah film k****u.Jay memandangi jarum kecil itu sambil berkata, “Wah, wah, bukankah ini jarum yang berbahaya jika berhasil disuntikkan? Beracun, kan?”Jarum itu memang tidak berbahaya ketika dipegang batangnya, namun apabila tertusuk ke kulit dan menembus lapisannya, maka cairan racun di dalam rongga batangnya akan terdorong keluar dan itu sangat mematikan.“Hm, menarik!” Jay mengangguk-anggukkan kepala sambil masih meneliti jarum itu.“Tuan Jay ….” Ko
“Kolonel, bolehkah?” pinta Jay ke Kolonel Hangga. “Saya jamin, saya dan Erlangga tidak akan membebani pasukan Anda. Kami akan sangat berhati-hati dan menjauhi bahaya sebanyak mungkin.”Karena sudah begitu, maka Kolonel Hangga pun setuju mengikutsertakan Jay ke pertempuran langsung di hutan barat“Kami akan menjaga Anda.” Kolonel Hangga tetap harus melakukan ini. Bagaimanapun, Jay merupakan masyarakat sipil yang wajib dilindungi ketika ada konflik bersenjata.Erlangga segera bergabung dengan para prajurit, tak lupa dia menggunakan rompi NanoCorium.Sementara Jay memeriksa kembali alat komunikasinya sebelum melangkah keluar dari tenda itu.Di bawah langit malam yang penuh bintang, suasana semakin tegang. Asap dari ledakan masih terlihat mengepul di kejauhan.“Tuan Jay, Anda harus pakai ….” Suara Kolonel Hangga terhenti ketika dia hendak menyuruh Jay menggunakan rompi NanoCorium.Namun, pandangan Jay membuat sang kolonel mengurungkan niatnya melengkapkan kalimatnya. Jika Jay bisa selamat
“Ayo, sini! Come to papa! Ha ha ha!” Jay tertawa rendah. Wajahnya sudah mirip iblis pembantai dengan gelagat seperti dewa perang.Iblis Dewa Perang sedang beraksi di medan tempur.Ketika pertempuran semakin memanas, Jay mulai menyadari bahwa ini adalah pertempuran untuk bertahan hidup, bukan hanya melawan musuh fisik.Musuh semakin banyak dan serangan mereka semakin terkoordinasi. Namun, Jay tetap tak gentar.Setiap kali musuh mendekat, dia menghancurkan mereka dengan kekuatan dan kecepatan luar biasa.“Ayo! Ayo!” Jay seperti kesetanan, menebas ke kanan dan kiri, atas dan bawah, sehingga yang terdengar hanya teriakan musuh setiap berada di jangkauan Jay.Setelah beberapa saat, Jay mulai kehabisan musuh di sekitar.Erlangga yang berdiri di sampingnya terlihat tak tergores sedikit pun, meski mereka telah dikelilingi oleh lusinan musuh yang kini tergeletak di tanah."Aku sudah bilang, Lang, bahwa kita lebih pintar daripada mereka," ujar Jay sambil tersenyum tipis.Namun, matanya masih aw