“Udah, udah, nggak usah diperpanjang.” Bima menengahi. Dia merasakan ketegangan antara Nirmala dan Kalista. “Kita lakukan aja yang terbaik dan jadikan keberhasilan Sya sebagai pemacu positif untuk kita semua.”Nirmala pun reda dan mengabaikan Kalista. Sedangkan Kalista berbisik-bisik dengan tim Arimbi lainnya.Setelah acara seminar selesai, para ilmuwan muda di ruang lain mulai membubarkan diri, beranjak menuju ruangan masing-masing.“Sumpah, deh! Aku jadi makin tertantang setelah lihat Sya gitu!” Seorang ilmuwan muda berkata penuh antusias dengan tekad membara.Suasana sempat ramai dengan obrolan tentang presentasi Syakila yang baru saja mereka saksikan. Beberapa dari mereka tampak terinspirasi, sementara yang lain tampak termenung, memikirkan apa yang bisa mereka lakukan untuk mencapai tingkat yang sama.“Yuk, balik ke lab!” ajak Bima sambil merapikan catatan kecilnya.Kalista yang masih terlihat bersemangat, melirik ke arah Arimbi yang berjalan tenang di sampingnya. "Bos, kita ngga
“Ini nih, bintang yang lagi naik daun.” Kalista membuka percakapan dengan nada bercanda, tapi tak bisa menyembunyikan sindiran dalam suaranya. “Hebat, ya, baru aja bikin dunia heboh dengan temuan Carbophene, sekarang sudah bisa bersantai-santai. Padahal masih banyak pertentangan dari para ilmuwan senior di dunia.”Syakila menoleh dan tersenyum kecil, mengetahui bahwa Kalista tidak akan datang tanpa membawa 'sesuatu'. “Kalista, duduk sini kalau mau ikutan ngobrol. Kami lagi membahas hasil seminar kemarin,” jawab Syakila dengan tenang.Kalista dengan percaya dirinya ikut duduk di meja tim Syakila berada.“Oh, aku yakin kalian harus membahas banyak hal. Apalagi setelah temuan kalian jadi kontroversi besar di dunia. Bahkan Pak Jay mungkin sekarang lagi sibuk menjelaskan sana-sini untuk menyelamatkan reputasi NeoTech, ya? Kasian Pak Jay.” Kalista menyindir dengan senyum menyeringai. “Apa kalian nggak merasa bahwa kalian terlalu buru-buru menampilkan temuan itu?”Kirana—salah satu anggota t
Ghea tidak mudah diyakinkan. Dia menatap Kalista sejenak sebelum bertanya, “Apa nama temuan tim Arimbi kalian?”Betapa senangnya Kaliasta karena direspon Ghea.“NanoCorium, Bu,” jawab Kalista, nadanya terdengar penuh antusias. “Ini adalah nanomaterial baru yang kami ciptakan melalui proses pemrosesan kompleks. NanoCorium menggabungkan stabilitas super dari karbon nanomaterial dengan elastisitas luar biasa. Hasilnya? Kami memiliki material yang bisa diaplikasikan ke berbagai bidang mulai dari medis, teknologi, hingga energi.”Ghea mengerutkan kening, tampak tertarik namun tetap skeptis. “Apa kehebatannya dibandingkan material lain yang sudah ada?”Kalista dengan sigap menjelaskan, “NanoCorium mampu menyerap energi berlebih dan menyimpannya dengan efisiensi hingga 95%. Bayangkan, ini bisa diaplikasikan untuk perangkat medis yang memerlukan daya rendah sampai baterai kendaraan listrik yang bisa bertahan jauh lebih lama dengan ukuran lebih kecil. Material ini juga ringan banget, tapi keku
“Iya. Kenapa, Bos?” tanya Kalista sambil membalas tatapan Arimbi.Dia menampilkan sikap tak bersalahnya. Baginya, apa yang dia perbuat justru harusnya diapresiasi Arimbi.“Duh … Lis, tapi kan itu belum benar-benar final. Gimana kalau nanti masih ada cacatnya?” cetus Arimbi dengan raut wajah cemas.Dia akui, temuan mereka yang bernama NanoCorium masih belum sepenuhnya sempurna. Penolakan ilmuwan dunia pada temuannya dulu masih membayangi Arimbi sehingga itu cukup menjadi momok tersendiri untuknya.Maka dari itu, dia tak boleh gegabah lagi kali ini. Tapi kenapa Kalista malah ….“Udahlah, santai! Tenang aja, Bos Ari.” Kalista menepuk pundak Arimbi sambil tersenyum, memberikan dukungan. “NanoCorium kita itu udah beres. Udah sempurna. Kita udah mengujinya berulang kali dan nggak ada cacatnya.”Kalista menatap yakin ke Arimbi. Tapi masih ada keraguan di Arimbi.“Percaya deh sama kita. Kamu juga harus percaya sama temuan kita sendiri. Oke?” yakin Kalista seraya menepuk lembut pipi Arimbi. “Y
“Kami akan gunakan kaliber 9 mm untuk uji coba pertama ke rompi dengan NanoCorium.”Arimbi memberi sinyal ke petugas yang siaga dengan senapan laras pendek.Darr!Saat peluru ditembakkan, suaranya menggema di dalam ruangan, dan kecepatan proyektil segera terdeteksi oleh sensor.Peluru menghantam rompi, namun tidak ada penetrasi yang terjadi. Tim penguji mengamati layar yang menampilkan data kecepatan, tekanan, dan dampak.“Bisa Pak Jay lihat, rompi NanoCorium dengan mudah menyerap energi dari peluru kecil ini tanpa deformasi yang signifikan pada permukaan luar. Boneka peraga pun tetap stabil, tanpa tanda kerusakan pada bagian yang dilindungi rompi.” Arimbi mengatakannya dengan penuh percaya diri.Melihat hasilnya langsung, Jay manggut-manggut."Bagus," gumam Jay. "Sekarang, tingkatkan kalibernya."Arimbi mengangguk dan memberi sinyal ke teknisi.“Sekarang, menggunakan peluru berkaliber menengah, kaliber 5.56 mm.”Suara Arimbi menyeru diiringi teknisi yang memegang peluru mulai mengara
“NanoCorium. Hm … temuan luar biasa dari tim Arimbi, kuakui itu teknologi yang dapat mengubah dunia.” Jay bergumam sambil menatap kota Jatayu dari jendela besar di ruangannya.“Tapi Jek, memperkenalkannya ke publik bukanlah keputusan kecil. Pastikan agar tidak lagi menimbulkan kontroversi seperti yang terjadi pada tim Syakila.”Di samping, Atin memperingatkan.“Aku tau, Pak. Tapi … menurutku, semua perkembangan teknologi pasti akan diikuti dengan kontroversinya, itu tidak terelakkan.” Jay sembari menoleh ke Atin.Selang dua hari berikutnya, setelah melalui banyak pertimbangan, Jay akhirnya memutuskan."Sudah waktunya," gumamnya pelan.Dia mengangkat telepon dan memanggil Ghea dan Arimbi ke ruangannya."Siapkan timmu, kita akan memperkenalkan NanoCorium ke publik," ucap Jay, suaranya tegas namun tenang. “Ghea, lakukan yang harus kamu lakukan.”***Di ruang aula utama Supreme NeoTech, suasana penuh antisipasi. Para ilmuwan, investor, dan beberapa wartawan teknologi berkumpul, semua menu
“Jek?” Atin bertanya ketika melihat Jay mengenakan jaket kulit dan ada motor sport sudah disiapkan anak buahnya di carport.“Aku pergi dulu, Pak.”Kemudian, Jay memacu motornya dengan kecepatan tinggi, membelah jalanan malam Jatayu yang ramai menuju Hera Palace, tempat yang sama saat Feinata dulu merayakan ulang tahunnya.Panggilan dari Feinata tadi membuat darahnya mendidih. Jika ada yang berani menyentuh Zafia, dia tidak akan tinggal diam.Sesampainya di Hera Palace, Jay langsung memarkir motornya dan melesat masuk ke dalam klub tanpa berpikir dua kali.“Semoga aku tidak terlambat,” bisik Jay.Di dalam, Jay dengan cepat menemukan Feinata yang tampak ketakutan, berdiri menciut di samping Zafia yang sudah terlibat adu argumen dengan seorang pria berpenampilan parlente.“Emangnya semua wanita yang pakai baju minim layak untuk kalian anggap sebagai apapun yang kalian mau, gitu? Rumus dari mana?!” Suara Zafia meninggi.“Itu udah jadi rumus biasa di tempat kayak ini, Nona!” Pria di depann
“Bedebah sombong!” teriak Jarot sambil mengkomando anak buahnya untuk menyerang Jay dan Zafia secara bersamaan.Jumlah mereka ada belasan, hampir 20 orang, maka dari itu Jarot percaya diri Jay dan Zafia bisa mereka taklukkan.“Jay, mereka nggak akan mundur tanpa perlawanan, ha ha!” kata Zafia sambil menarik ke atas lengan blusnya, bersiap untuk bertarung.Jay mengangguk, matanya terfokus pada Jarot yang masih berdiri dengan angkuh di depan mereka. “Ayo kita buat ini jadi permainan menarik, he he.”Satu preman yang terlihat lebih besar dari yang lain melangkah maju sambil menggertakkan giginya.Dia mengayunkan tinjunya ke arah Jay, tapi dengan refleks cepat, Jay menghindar ke samping dan menangkap pergelangan pria itu.Dalam satu gerakan, Jay menarik dan memelintir tangan lawannya, menghantam perutnya dengan siku keras."Urgh!" pria itu terbatuk, terhuyung ke belakang sambil memegangi perutnya.Namun sebelum dia bisa kembali menyerang, Jay melayangkan tendangan tinggi ke arah wajahnya,