"Pa-Papa ...." Kawan Willard yang tadi berdebat dengan Jay, menggumam pelan.Rupanya dia juga memanggil ayahnya untuk datang dan memberi pelajaran ke Jay. Hanya saja, dia tak tahu kalau orang sekelas Lukas Sudiro saja tunduk hormat ke Jay. Dia ciut seketika dan berusaha menghubungi ayahnya untuk membatalkan kedatangannya, tapi sepertinya sang ayah tidak memeriksa lagi ponselnya saat dalam perjalanan."Wah, Marsel, papamu datang." Salah satu kawannya berbisik, membuat wajah Marsel semakin pucat. Saat ini Marsel berharap kalau papanya tidak mengenal Jay."Mana dia? Mana orang yang merendahkan anakku?"Seorang pria paruh baya melangkah arogan bersama 4 pengawal di belakangnya yang berpakaian jas hitam dengan kesan serius dan menyeramkan."I-itu ... itu Benny Sanjaya! Pemilik Shangrila Group!" Pengunjung pria lain berbisik ke pasangannya."Wah, Shangrila Group yang punya bisnis properti paling besar di Astronesia, kan? Dan dia ... termasuk 9 Macan, benar?" Pasangannya menyahut dengan ber
“Atau batal aja traktirannya?” tanya Jay.Matanya mengerling membawa nuansa jenaka tapi juga ada ejekan.Willard yang sudah terlanjursombong sebelum ini masalah mentraktir, tak bisa mundur dan menjawab, “Ma-masih, Pak Jay!”Kali ini dia memanggil dengan sebutan berbeda ke Jay, mengakibatkan Atin dan Erlangga menahan tawa.“Baiklah, aku nggak akan sungkan kalau gitu. Selamat makan!” Jay mengangkat sepotong kecil daging wagyu bagiannya.Tak lupa dia melirik ke Zafia yang juga sedang menatap ke arahnya.Jay dan dua orang pendampingnya makan dengan santai, sesekali mereka mengobrol ringan mengenai hal umum, sedangkan rombongan Zafia terlihat gugup.Hanya Zafia saja yang masih bisa tenang karena dia tidak mencari masalah sejak tadi pada Jay. Dia justru terus tersenyum sambil sesekali akan mencuri pandang ke Jay.“Aku ke kamar kecil dulu.” Zafia bangkit dari kursinya sambil pamit ke kawan wanita di sebelahnya.Jay melirik singkat ketika Zafia melangkah menuju lorong ke kamar kecil restoran.
“Kartunya diblokir?” Jay mengulang informasi yang diberikan Zafia dengan nada tanya.Zafia menganggukkan kepalanya. Sedangkan Willard, ketika dia melihat Jay, raut wajahnya menampilkan kebimbangan.“Aduh, ini gimana?” Willard berbisik ke kawan-kawannya. “Mana itu wine seharga 3 miliar. Sel, please pinjami aku uang 3 miliar, nanti satu bulan lagi aku kembalikan 4 miliar, deh!”Marsel yang ditodong utang, mulai gelagapan.“Duh, Wil, bukannya aku mau cuek sama kamu, tapi di aku cuma ada ratusan juta doang. Mungkin Silvi, Ivan, atau Zafia, deh! Atau Nina?”Dia malah melemparkan ke kawannya di situ.“Dih! Kok aku? Jangan aku, dong! Tau sendiri gimana papaku, dia akan memeriksa pengeluaranku setiap aku selesai hangout.” Silvi menolak dengan membawa nama ayahnya.“Aku juga nggak bisa, Wil. Kartuku juga akan diperiksa setiap minggunya sama nenek. Bisa gawat kalau tiba-tiba berkurang sebanyak itu. Mungkin Ivan, deh!” Wanita yang tadi mendatangkan neneknya, juga menolak membantu Willard.“Heh!
Jay menarik napas dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Pertemuan ini bisa menjadi kunci untuk memperluas kekuasaannya, namun dia tahu bahwa ini juga penuh risiko."Apa mereka memberikan indikasi apa pun mengenai niat mereka?" tanya Jay, tetap menjaga ketenangan suaranya."Tidak ada yang mencurigakan, Bos. Tapi seperti biasa, kita harus siap untuk segala kemungkinan. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka tidak bisa diremehkan," jawab Baskara.Jay tersenyum tipis, sebuah senyuman yang tidak menunjukkan kebahagiaan, melainkan pemahaman. Dia tahu bagaimana permainan ini dimainkan."Baik. Siapkan semuanya. Aku ingin laporan lengkap tentang segala sesuatu yang perlu kita ketahui sebelum pertemuan itu," perintah Jay."Sudah pasti, Bos. Saya akan mengurusnya dan segera mengirimkan tim untuk memeriksa lokasi pertemuan juga," kata Baskara dengan keyakinan."Bagus. Ingatkan semua orang untuk tetap waspada," Jay menambahkan, suaranya menjadi sedikit lebih tegas."Sesuai perintah, Bos!" jawab Ba
Jay tidak terpengaruh oleh ancaman itu. “Senang akhirnya kamu mengakui motif aslimu. Yah, aku nggak meragukan kekuatanmu, tapi kamu nggak berada di posisi untuk memaksakan kehendakmu di sini,” balas Jay dengan tenang.Pemimpin mafia timur tersenyum licik, kemudian mencondongkan tubuhnya ke depan. “Gimana kalau aku beri tau kamu sesuatu, Jek?” katanya dengan nada meremehkan. “Aku membawa 200 anak buahku dan mereka semua siap untuk menghancurkan kalian di sini yang hanya berjumlah 20 sekian saja kalau kamu menolak kesepakatan ini.”Jay tetap tenang, meskipun dia menyadari bahwa jumlah anak buahnya yang hanya 20 orang berada dalam posisi yang tidak menguntungkan. Dia menatap pemimpin mafia timur itu tanpa gentar.“Kamu benar-benar berpikir bisa menakutiku dengan jumlah yang lebih besar?” Jay mengangkat alis, senyumnya tipis dan penuh makna. “Jumlah bukanlah segalanya dalam pertempuran ini. Jika kamu berpikir bisa memaksaku dengan cara ini, kamu salah besar.”Pemimpin mafia timur tampak s
Dalam sekejap, suara tembakan meletus dari berbagai arah, mengepung kelompok Jay begitu pemimpin mereka bergerak menjauh dari Jay.Mafia timur menyerbu dengan keyakinan bahwa mereka akan menang mudah dengan jumlah yang sangat besar. Namun, mereka tidak menyadari satu hal: PhantomClaw bukanlah kelompok biasa.Atin bergegas menggunakan ilmu kanuragannya untuk membuat perisai energi agar berondongan tembakan lawan tidak sampai ke mereka. Tapi dia hanya bisa melakukan ini dalam waktu sangat terbatas. "Jangan menyerah! Kalian kuat!" seru Jay memberi semangat anggotanya. Jay menatap sekeliling dengan pandangan tajam, situasi pertempuran di gudang itu semakin intens. Anak buahnya bisa terdesak kalau dia tidak melakukan sesuatu.Menyadari perlunya meningkatkan kekuatan mereka, Jay segera mengaktifkan kanuragannya. Dengan gerakan cepat, dia menyentuh bahu Erlangga, mengalirkan energi kanuragan yang dahsyat ke tubuhnya. "Erlangga, gunakan ini dengan bijak. Hancurkan mereka!" bisik Jay penuh
"Ingat-ingatlah julukanku sebagai King Jek Jon si Raja Bengis untuk seumur hidupmu." Jay berbicara dengan nada pelan tapi penuh ancaman, menatap langsung ke mata pemimpin mafia timur yang kini penuh dengan ketakutan.Pria itu berusaha meronta, tetapi kekuatan Jay menahan tubuhnya seperti perangkap baja. Matanya membelalak ngeri saat Jay menempelkan ujung belati ke bibirnya, menariknya dengan pelan tapi pasti."Aku memberi kalian kesempatan," bisik Jay, seakan menjelaskan tindakan yang sebentar lagi akan dilakukannya. "Dan kamu memilih untuk nggak mendengarkan, jadi terimalah konsekuensinya."Dengan gerakan cepat dan tanpa belas kasih, Jay memotong lidah pemimpin mafia timur.“Aarghh!”Jeritan tajam memenuhi ruangan. Pemimpin mafia timur menggelepar di lantai. Tanpa memberinya kesempatan untuk merasakan rasa sakitnya sepenuhnya, Jay kemudian memutar tubuhnya dan menahan lengan pria itu.Dengan satu gerakan cepat dan mematikan, dia memotong kedua lengan pria itu satu per satu. Darah mem
“Kamu nggak pernah belajar, yah Van!” sindir Jay melalui tablet di tangan Atin.Jay menatap layar tablet dengan tatapan dingin, wajahnya yang terpampang di sana kontras dengan keputusasaan yang tergambar jelas di wajah Vanya. Di sisi lain, Atin tetap menjaga jarak, tanpa ekspresi, seperti bayangan yang tak terpisahkan dari Jay."Jay! Please! Aku mohon bantu aku kali ini!" Vanya berteriak hampir histeris, suaranya bergetar di antara tangis dan amarah yang terpendam.Jay menarik napas dalam-dalam, mengendalikan emosinya yang sebenarnya sudah lama mati rasa terhadap Vanya.“Aku udah memberi lebih dari cukup ke kamu, Vanya. Uang yang terakhir kali kukirim harusnya cukup untukmu bertahan selama beberapa bulan, bahkan bertahun-tahun kalau kamu tau cara menggunakannya dengan bijak. Tapi kamu malah kembali untuk meminta lebih, seolah-olah aku bank pribadimu.”Tatapan tajam Jay tergambar jelas di tablet yang dipegang Atin.Vanya menggelengkan kepalanya dengan cepat, rambutnya yang panjang bera
“Membawa Rabbit ke Astronesia?” Dragon sampai menaikkan kedua alisnya tinggi-tinggi.Pria paruh baya itu tidak menyangka bahwa hal yang diminta darinya dari Jay adalah salah satu putrinya yang kebetulan sedang dihukum.“Benar, Tuan Dragon. Itu pun jika Anda berkenan.” Jay menatap lurus ke mata Dragon.Bahkan Phoenix saja sampai membelalakkan matanya ketika mendengarnya. Berani sekali Jay meminta sesuatu sejauh itu!“Tuan Jay, bukankah permintaan Anda terlalu berlebihan? Kenapa Anda menginginkan anak saya yang itu untuk Anda bawa ke negara Anda?” tanya Dragon sembari menyipitkan matanya.Nada suaranya rendah dan berat, dengan membawa sekilas raut wajah curiga.Supaya tidak menimbulkan asumsi liar dari Dragon, maka Jay lekas mengatakan alasannya. “Tuan Dragon, saya tidak bermaksud ingin menyakiti atau berbuat hal yang sekiranya berlawanan dengan norma. Saya hanya ingin menjadikan dia salah satu anak buah saya. Itu pun jika Anda memperbolehkan.”Mendengar penjelasan dari Jay, Dragon diam
“Jay!” Zafia terkejut ketika tubuhnya diangkat sang suami dan mulai direbahkan di kasur besar nan mewah di sana.Jay bergerak cekatan melucuti celana jins istrinya, beserta kain segitiga mungil berwarna putih, dan menikmati pemandangan luar biasa indah yang tergolek pasrah di atas ranjang.Mata Zafia basah dengan mulut terbuka sedikit, menimbulkan sensasi birahi tersendiri untuk Jay.“Fi … kamu keterlaluan godain aku kayak gitu.” Jay mulai mengurai semua lapisan pakaiannya sendiri dan menjatuhkan secara sembarangan di lantai.Dia sudah tak sabar ingin menjadikan Zafia miliknya, utuh dan sempurna.“Hi hi! Aku ingin belajar menggoda kamu, Jay.” Zafia tersenyum binal sambil menggigit jarinya. Mata mengerling nakal ke Jay. "Gimana? Apakah udah lulus?"Yang membuat jantung Jay serasa digedor palu Thor, ketika Zafia membuka kedua kakinya dan memperlihatkan keutuhan dari surga dunia pada Jay, meski kemudian dia merayapkan tangan untuk menutupi lembah suburnya, menaikkan rasa penasaran Jay.“
“Zafia?” Betapa terkejutnya Jay ketika mendengar nama istrinya disebutkan.Karena Dragon menghargai Jay, maka Zafia tentu saja diizinkan masuk ke ruangan.“Silakan, Nona.” Pelayan membungkuk, mempersilakan Zafia masuk.Ketika Jay melihat kedatangan istrinya yang dirindukan, dia langsung maju. “Fi ….” Kemudian dia memeluk erat Zafia.Sebenarnya Zafia sudah bersiap untuk bertempur mati-matian andaikan memang diharuskan jika dia dipersulit bertemu Jay.“Jay ….” Zafia membalas pelukan erat suaminya. Matanya terpejam dengan pelupuknya basah oleh air mata.Dia lega, sangat lega karena ternyata Jay baik-baik saja, tidak terluka ataupun tersandera.Setelah pelukan itu diurai satu sama lain, Jay memperkenalkan Zafia. “Tuan Dragon, Phoenix, perkenalkan … ini istriku, Zafia.”Ada kilat keterkejutan di mata Phoenix, meski setelah itu reda dengan cepat.“Wah, selamat datang kepada Nyonya Jay.” Dragon menyambut disertai senyuman.Atas kuasa Dragon, Jay dan Zafia diberikan kamar tamu yang layak. Bag
“Ayah!” jerit Phoenix.Sayang sekali, Phoenix terlalu jauh untuk menjangkau ayahnya.Burfhh!Sebuah sapuan energi kuat melanda tubuh Tiger, menyebabkan dia terpental cukup jauh ke belakang. Ternyata itu Jay yang menghantamkan energi kanuragannya ke Tiger.“Buhaahh!” Tiger berteriak kaget.Brakk!Tiger jatuh dengan kedua lutut terlebih dahulu mendarat ke lantai dengan keras.“Arrghhh!” Tiger meraung kesakitan disertai bunyi retakan renyah di bagian kedua lututnya.Di saat dia sedang dalam kondisi paling lemah karena belum pulihnya energi tenaga dalam dia, justru mendapatkan tragedi pada lututnya.“Hui’er!” seru Dragon pada putranya dengan mata melebar.Dia lekas mendekat ke Tiger dengan raut wajah cemas. Putra tercinta mengalami keretakan tulang di kedua lutut, akan sesakit apa itu?“Arrghhh! Sialan kalian semua! Jek, awas saja kamu! Akan kubuat NeoTech milikmu hancur! Arghhh! Kultivasiku! Dantianku pecah! Arghhh!” Tiger berteriak-teriak penuh amarah.Dia menatap nyalang ke Jay yang be
Jay paham dan menebaskan telapak tangannya di udara, seakan memutus sesuatu.Swuung!Dari atas, tiba-tiba saja muncul sebuah jaring yang jatuh di atas Tiger, sedangkan Phoenix sudah menyingkir.“Apa maksudmu ini?” Tiger marah karena sadar bahwa itu jaring khusus pelemah tenaga dalam.Ini sama halnya dengan jarum yang diterima Jay sebelumnya, hanya saja kekuatan pelemahannya lebih kuat sehingga Tiger yang sudah kalah dominasi, semakin tak berdaya.“Kamu harus menerima hukuman mati, Tiger!” seru Phoenix.Meski Tiger merupakan half brother dia, tapi apa yang sudah dilakukan Tiger sudah terlalu jauh untuk bisa dimaafkan.Sementara, Rabbit yang sedang bertarung melawan Jay, melihat kakak tercintanya terkena jaring pelemah tenaga dalam. “Kakak!” serunya.Rabbit menembakkan energinya untuk bisa terlepas dari dominasi Jay. Dia bermaksud ingin menolong kakaknya.“Argh!” Rabbit berteriak ketika mendadak saja kakinya terjerat sesuatu. “Sialan!”Dia berteriak ketika menyadari bahwa ada tali energ
Rabbit mendekat dan ikut berbicara, “Ayah, jangan salahkan kami. Jangan bilang kami kejam karena meracuni Ayah, yah! Ini semua karena kebodohan Ayah sendiri. Sudah jelas Kak Tiger lebih hebat dan lebih mampu mengurus organisasimu, tapi Ayah justru melimpahkan kuasa penerus ke wanita sialan itu.”Dengan lancarnya, Rabbit mengakui dosanya di depan Dragon.“Ayah, jangan khawatir, kalau kamu kesepian di alam baka, aku akan mengirim si sialan anak jalang itu untuk menemanimu.” Kemudian Tiger terkekeh.Dia benar-benar menyampaikan semua kejahatannya di hadapan Dragon, bahkan tersirat mengenai rencana hendak membunuh Phoenix pula. Sedangkan Rabbit tertawa kecil di sebelah kakaknya.Yang mengejutkan, mendadak saja mereka saling tatap dan kemudian berciuman mesra seakan itu bukan hal aneh lagi bagi mereka. Tiger mndekap erat pinggang adiknya.Sedangkan Rabbit mengalungkan lengannya ke leher kakaknya dengan sikap manja agresifnya.“Kamu sepertinya sudah melupakan kakakmu ini, bermain dengan bud
“Satu hal penting lainnya, Tuan Dragon … bahwa Anda patut waspada terhadap putra Anda, Tiger.” Jay tidak menahan diri dari menyampaikan informasi ini.Mata Dragon menyala akan keterkejutan. Mana pernah dia menyangka bahwa dia diminta waspada pada salah satu anaknya?!“Tuan Jay dari Astronesia, bukankah Anda sudah keterlaluan, hanya karena Tiger menindasmu?” Suara berat Dragon keluar disertai wajah curiganya.“Ayah, aku sudah melihat memorinya ketika dia menguping pembicaraan Tiger dengan pelayanku yang berkhianat.Kemudian, Phoenix menceritakan apa yang dia dengar dari berbagi ingatan dengan Jay. Raut wajah Dragon semakin terkejut atas apa yang dituturkan putrinya.Rasanya Dragon tidak ingin percaya tapi ketika putrinya ini sudah meyakini sesuatu hal, tak ada alasan baginya untuk menyangsikannya. Phoenix merupakan orang yang paling teliti dan bisa diandalkan dari semua orang di sekelilingnya. Itulah kenapa Dragon memilih Phoenix menjadi penerusnya.Dragon mengembuskan napas panjang se
“Mau ayahmu sembuh?” ulang Jay di telinga Phoenix.Jay tak mau setengah-setengah bertindak jika ingin lekas kembali ke Astronesia dengan selamat dan utuh. Dia butuh akses dari Phoenix, dan semoga pilihannya tidak keliru.“Ke-keluar!” geram Phoenix dengan suara rendah.Tubuhnya bergetar akibat telinganya yang tertiup napas Jay ketika pria itu berbicara lirih sambil memeluknya.“Ya, Nona?” Pelayannya bingung, mengira salah dengar.Jay menyangka dirinya yang dihardik untuk keluar.“Kubilang, keluar!” Phoenix melirik tajam pelayannya.Ternyata Phoenix berbicara pada pelayannya dan bukan ke Jay. Maka, si pelayan pun bergegas keluar sebelum membuat kesal sang majikan.“Apa yang kamu tunggu?” ucap Phoenix sambil melirik ke samping.Jay terkekeh dan mulai melepaskan pelukannya. Setelah yakin hanya ada mereka berdua dan sang pasien, maka Jay pun memunculkan keberadaan fisiknya.“Baiklah! Aku akan memulai.” Jay berjalan ke meja nakas di samping kepala ayah Phoenix.Dia mengambil tempat bakar du
“Hei!” Phoenix mengenali suara Jay dan lekas menoleh.Jay tersenyum nakal di belakang Phoenix yang terkejut.“Kau lagi!” geram Phoenix sambil menatap tajam ke Jay. “Keluar!”Phoenix bangkit dari duduknya. Hanya ada mereka saja berdua di kamar itu, ditambah dengan ayah Phoenix yang sedang dalam kondisi vegetative.“Tidak mau!” tegas Jay sambil menahan senyum.Melihat gelagat Phoenix yang ingin menyerang, Jay buru-buru menahan tangan wanita itu.“Aku mendengar sesuatu yang menarik dari Tiger dan orang yang kau suruh mengundang tabib Wu.” Jay lekas mengatakannya sebelum tangan Phoenix terbebas dari genggamannya.Seperti perkiraan Jay, mata Phoenix langsung menyala akan keingintahuan yang besar.“Apa?” Akhirnya, Phoenix mulai tenang.Karenanya, Jay pun melepaskan genggamannya sehingga kini mereka berdiri berhadapan. Jay menatap Phoenix yang sudah mengenakan cheongsam putih. Phoenix memang serasi dan manis dalam balutan busana semacam itu.Karena Phoenix sudah setuju untuk mendengarkan, ma