Dalam sekejap, suara tembakan meletus dari berbagai arah, mengepung kelompok Jay begitu pemimpin mereka bergerak menjauh dari Jay.Mafia timur menyerbu dengan keyakinan bahwa mereka akan menang mudah dengan jumlah yang sangat besar. Namun, mereka tidak menyadari satu hal: PhantomClaw bukanlah kelompok biasa.Atin bergegas menggunakan ilmu kanuragannya untuk membuat perisai energi agar berondongan tembakan lawan tidak sampai ke mereka. Tapi dia hanya bisa melakukan ini dalam waktu sangat terbatas. "Jangan menyerah! Kalian kuat!" seru Jay memberi semangat anggotanya. Jay menatap sekeliling dengan pandangan tajam, situasi pertempuran di gudang itu semakin intens. Anak buahnya bisa terdesak kalau dia tidak melakukan sesuatu.Menyadari perlunya meningkatkan kekuatan mereka, Jay segera mengaktifkan kanuragannya. Dengan gerakan cepat, dia menyentuh bahu Erlangga, mengalirkan energi kanuragan yang dahsyat ke tubuhnya. "Erlangga, gunakan ini dengan bijak. Hancurkan mereka!" bisik Jay penuh
"Ingat-ingatlah julukanku sebagai King Jek Jon si Raja Bengis untuk seumur hidupmu." Jay berbicara dengan nada pelan tapi penuh ancaman, menatap langsung ke mata pemimpin mafia timur yang kini penuh dengan ketakutan.Pria itu berusaha meronta, tetapi kekuatan Jay menahan tubuhnya seperti perangkap baja. Matanya membelalak ngeri saat Jay menempelkan ujung belati ke bibirnya, menariknya dengan pelan tapi pasti."Aku memberi kalian kesempatan," bisik Jay, seakan menjelaskan tindakan yang sebentar lagi akan dilakukannya. "Dan kamu memilih untuk nggak mendengarkan, jadi terimalah konsekuensinya."Dengan gerakan cepat dan tanpa belas kasih, Jay memotong lidah pemimpin mafia timur.“Aarghh!”Jeritan tajam memenuhi ruangan. Pemimpin mafia timur menggelepar di lantai. Tanpa memberinya kesempatan untuk merasakan rasa sakitnya sepenuhnya, Jay kemudian memutar tubuhnya dan menahan lengan pria itu.Dengan satu gerakan cepat dan mematikan, dia memotong kedua lengan pria itu satu per satu. Darah mem
“Kamu nggak pernah belajar, yah Van!” sindir Jay melalui tablet di tangan Atin.Jay menatap layar tablet dengan tatapan dingin, wajahnya yang terpampang di sana kontras dengan keputusasaan yang tergambar jelas di wajah Vanya. Di sisi lain, Atin tetap menjaga jarak, tanpa ekspresi, seperti bayangan yang tak terpisahkan dari Jay."Jay! Please! Aku mohon bantu aku kali ini!" Vanya berteriak hampir histeris, suaranya bergetar di antara tangis dan amarah yang terpendam.Jay menarik napas dalam-dalam, mengendalikan emosinya yang sebenarnya sudah lama mati rasa terhadap Vanya.“Aku udah memberi lebih dari cukup ke kamu, Vanya. Uang yang terakhir kali kukirim harusnya cukup untukmu bertahan selama beberapa bulan, bahkan bertahun-tahun kalau kamu tau cara menggunakannya dengan bijak. Tapi kamu malah kembali untuk meminta lebih, seolah-olah aku bank pribadimu.”Tatapan tajam Jay tergambar jelas di tablet yang dipegang Atin.Vanya menggelengkan kepalanya dengan cepat, rambutnya yang panjang bera
"Aku nggak akan lupa semua dosa kamu dan keluargamu ke aku, Van."Jay melontarkan semua dengan cepat dan berapi-api tanpa bisa dibantah Vanya. Kini dia lega bisa meluapkannya.“Emangnya kenapa kalau iya, Jay? Itu karena kamu gembel dan nggak bernilai apa-apa di depan aku dan keluargaku! Tapi bagus, kan? Setelah aku menendangmu keluar dari rumah dan menceraikan kamu, hidupmu jadi beruntung gini! Berarti aku udah bikin kamu sukses, dong! Apa salahnya kalau aku minta bagian dari upayaku mendorong kamu sampai di titik ini?” Vanya seakan bangga dengan apa yang sudah dia lakukan terhadap Jay.Dengan tak tahu malunya, Vanya menyebutkan itu disertai wajah congkaknya.“Vanya, kamu sungguh konyol dan tolol dengan ngomong kayak gitu.” Jay mendesah sambil menggelengkan kepala. “Sana pergi! Aku jijik melihatmu.”Walau harus dia akui, gara-gara dia dipenjaralah makanya dia bisa menjadi Jek Jon. Tapi itu pun karena usaha dan jerih payah dia sendiri agar bisa bertahan di penjara!“Lihat aja apa yang
Wartawan saling pandang dan berbisik, tak sabar ingin melihat bukti yang dijanjikan Jay.Atin di samping Jay akhirnya paham kenapa Jay memanggil Baskara dan Aria tempo hari.Jay menghela napas sebelum melanjutkan. "Setelah dibebaskan dari penjara, saya memang bekerja sebagai tukang sapu jalan. Bukan karena saya terpuruk, tapi karena saya perlu bekerja untuk menafkahi Vanya dan membangun kembali hidup saya dari nol. Saya tidak malu dengan masa lalu saya. Justru, masa lalu itulah yang membentuk siapa saya sekarang—seseorang yang bekerja keras untuk mencapai kesuksesan yang saya miliki hari ini."Sejenak hening menyelimuti ruangan, lalu terdengar suara sorak-sorai pelan dari beberapa wartawan. Bahkan mereka memuji Jay sebagai pria luar biasa yang seharusnya patut dipertahankan sebagai suami yang baik.Jay tersenyum tipis, melanjutkan dengan lebih tegas, "NeoTech bukan dibangun dari ketidakjujuran atau penipuan. Ini adalah hasil dari kerja keras saya dan tim saya, serta kepercayaan yang d
“Jek, kamu yakin?” tanya Atin ketika Erlangga sudah pergi untuk persiapan lainnya. “Kamu ingin membuka semuanya? Bahkan mengenai identitas Jek Jon kamu?”Pertanyaan dari Atin hanya ditingkahi oleh senyuman kecil Jay.“Jangan khawatir, Pak Atin.” Dia menepuk pelan lengan pria tua yang sudah bagaikan ayah yang tak pernah dia miliki sejak kecil.Karena Jay sudah berkata demikian, maka tak ada alasan bagi Atin untuk meragukannya lagi. Dia sangat percaya pada Jay karena pemuda itu tidak pernah mengecewakannya sejak pertama mereka bertemu dan saling mengenal.* * *“Silakan, Bos!” Erlangga memberi jalan ke Jay di hari H konferensi.Jay memasuki ruang konferensi pers dengan langkah mantap, wajahnya tenang dan penuh keyakinan meskipun dunia sedang bergemuruh dengan berita buruk yang dilontarkan oleh mantan istrinya.“Nah itu dia datang!” bisik salah satu wartawan begitu sosok Jay muncul di ruangan.Sorotan lampu kamera menyoroti setiap gerakannya. Ruangan dipenuhi oleh wartawan dari berbagai
“Pertanyaan bagus.” Jay menatap wartawan itu dengan senyum tenang, menunjukkan kepercayaan dirinya.Lalu dia mulai menjawab, “Setiap orang memiliki perspektif dan pengalaman hidup yang berbeda dan saya menghormati itu. Dalam hidup ini, kita semua menghadapi tantangan yang berbeda dan bagaimana kita meresponsnya adalah cerminan dari karakter kita.“Saya telah bekerja keras, memanfaatkan kemampuan saya di bidang medis tradisional untuk membangun sesuatu dari nol. Sementara itu, saya tidak bisa mengontrol bagaimana orang lain memilih untuk mengelola situasi mereka.“Prioritas saya adalah memastikan bahwa saya bisa memberikan yang terbaik untuk masa depan saya, dan tentunya, saya tidak bisa mengharapkan semua orang memahami perjalanan saya sepenuhnya.”Dengan jawaban ini, Jay secara cerdas dan diplomatis menyampaikan bahwa kesuksesan dan kondisi keuangan bukan hanya hasil dari keberuntungan, tetapi dari kerja keras dan keputusan yang bijak.Dia juga menggarisbawahi bahwa perspektif orang
“Silakan, Bu Vanya!” ucap salah satu kru televisi.Vanya duduk dengan anggun di kursi tamu studio, wajahnya dihiasi senyum tipis yang seakan-akan menyembunyikan rasa getir di balik penampilannya.“Anu, panggil kak aja.” Vanya mengoreksi.Maka, para kru pun mulai menggunakan panggilan kak ke dia.Tak lama, bunyi musik pembuka program televisi yang dihadiri oleh seratusan pengunjung menggema di studio, menciptakan suasana yang sarat dengan antisipasi.Vanya tahu, ini adalah saat yang tepat baginya untuk memberikan versinya mengenai kisah hidup bersama Jay.Pembawa acara, seorang wanita berpengalaman dengan sikap ramah namun penuh semangat, memulai wawancara dengan pertanyaan sederhana, “Vanya Sagara, belakangan ini kamu jadi sorotan media sosial. Bisa ceritakan gimana kamu menghadapi semuanya?”Vanya menarik napas dalam-dalam, tampak seolah menahan beban besar, sebelum menjawab dengan suara pelan yang seakan-akan penuh luka. “Jujur aja, ini berat banget untuk aku. Orang-orang di medsos