Mendengar pujian dari Jay, maka Zafia membalas, “Kayaknya aku harus kasi suamiku ini hadiah karena udah muji aku, deh! Sini, ambil hadiahmu!”Kerlingan mata jenaka Zafia beserta senyumannya terlihat menyenangkan di mata Jay.Maka, Jay pun merunduk untuk ‘menerima’ hadiah dari istrinya.Bibir mereka saling bertemu dan mulai memagut satu sama lain, memberikan stimulus-stimulus membahagiakan di jiwa mereka, laksana hormon endorphin.“Fi … hmmchh ….” Jay mendesahkan nama istrinya.Satu tangannya digunakan untuk meremas bongkahan aset sang istri yang terasa kenyal dan empuk di tangannya.“Angghh … Jay ….” Zafia melenguh manja ketika dadanya diremas lembut oleh tangan kokoh suaminya.Ciuman Jay berlanjut ke telinga Zafia yang sensitif akan sentuhan. Wanita itu menggelinjang saat lidah nakal suaminya bermain menggelitik sembari membawa nuansa seduktif di sana.Desahan demi desahan berlompatan keluar dari mulut Zafia seraya matanya terpejam dan tangannya meremas bahu Jay.“Terus keluarin suar
“Eh? Maksudnya?” Zafia agak gugup dan waswas.Apakah suaminya sudah mengetahui identitasnya sebagai Ratu Kota Jatayu?“Maksudku … kamu bisa berterima kasih melalui aku. Nanti kalau aku ketemu lagi sama dia, aku akan sampaikan terima kasihmu.” Jay menjelaskan.Senyuman lega muncul di wajah cantik Zafia. Untuk saat ini, dia belum ingin menguak jati diri lainnya sebagai Ratu Kota Jatayu. Mungkin nanti saja.Kemudian, Jay meraih tangan Zafia dan menggenggamnya disertai ucapan, “Fi, sampai kapan pun, kamu istriku dan aku suamimu. Ingatlah itu baik-baik.”“Kamu nggak lagi mau pergi setelah ini, kan Jay?” Zafia hanya sekedar menggoda, seperti biasa.Jay mengecup tangan di genggamannya dan berkata, “Umch! Aku akan berusaha selalu ada di sisimu. Aku cuma ngomong gitu agar kamu selalu mengingat akan aku dan hubungan kita yang luar biasa ini.”Zafia tersenyum dan mengangguk.“Apa aku udah boleh buka hadiahku?” tanya Jay.Tawa renyah Zafia keluar, memperlihatkan deretan gigi putih rapinya yang te
“Siap, sayangku?” Jay sudah mengarahkan tongkat pusakanya ke area istimewa istrinya.Jantungnya berdegup kencang, sudah tak sabar ingin segera menenggelamkan diri dalam nikmat dunia yang telah lama tak dia rasakan.Sebelum ini, dia sudah menolak Lina dan juga Rabbit, meski sekeras apa pun upaya kedua gadis memesona itu merayunya. Jika dia sudah menginginkan Zafia, maka hanya Zafia yang harus bertanggung jawab untuk memuaskannya saja.Piipp! Piipp! Piipp!Mendadak saja terdengar dari ponsel Jay di atas meja nakas. Jay sangat mengenali alarm tersebut. Ingin sekali dia abaikan saat ini, tapi tak bisa!“Jay, ponselmu!” Zafia mendorong pelan suaminya dan mulai duduk tegak.Maka, dengan geraman rendah akibat kekesalan tak terkira, Jay meraih ponselnya. Alarm itu memang dia atur jika ada sesuatu yang gawat darurat, terjadi.“Bos, maaf jika terpaksa menggangu! Tapi ini darurat! Gedung NeoTech dimasuki paksa oleh kelompok mafia timur yang kemarin Bos lawan!” Baskara melapor.Mata Jay langsung
“Apa kamu sedang mengancamku, Tiger?” tanya Jay dengan sikap setenang air danau.Setelahnya, Jay menghela napas perlahan, lalu berusaha menilai situasinya. Di satu sisi, dia enggan tunduk pada kelompok mafia yang sudah pernah dia hadapi sebelumnya.Namun, di sisi lain, para ilmuwan mudanya yang bekerja keras untuk NeoTech terjebak dalam situasi berbahaya ini. Kalau dia bertindak gegabah, banyak yang bisa terluka, atau lebih buruk lagi.“Aku tidak sedang mengancam, Jay. Aku menawarkan kerja sama.” Tiger menjawab, sama tenangnya seperti Jay.“Kerja sama, ya?” Jay bertanya, seolah mempertimbangkan usulan itu. “Aku kira dengan kemitraan kalian ini ... errr, sebaiknya aku pastikan dulu apakah kalian benar-benar bisa dipercaya menjaga orang-orangku.”Rabbit tertawa kecil mendengar sindiran Jay, dan langsung menyela, “Oh, Jek, kamu udah terlalu ngeremehin kami!”Disertai mata yang memicing, Jay memberikan seulas senyum sinis.Rabbit melangkah maju, sedikit merendahkan tubuhnya sambil menatap
Namun, jumlah lawan yang sangat banyak dan energi tenaga dalam mereka yang kuat membuat Jay dan timnya mulai kewalahan.Serangan demi serangan mereka balas, tapi ketangguhan ilmu kultivasi Tiger dan Rabbit membuat mereka sulit dilumpuhkan.“Arghh!” Ghea menjerit kesakitan.Di tengah pertarungan yang sengit, Ghea dan Erlangga mengalami luka yang cukup parah.Sementara Erlangga terhuyung dengan darah yang mengucur di lengan kirinya, Ghea juga terkapar di lantai dengan luka tusuk di perutnya, napasnya tersengal.“Arkh! Jangan!” Kirana berteriak.Pada saat yang genting itu, Tiger berhasil meraih Kirana yang paling belakang dari barisan ilmuwan yang hendak dibawa keluar oleh anak buah Jay.“Temani kami sebentar!” ucap santai Tiger ke Kirana.Tangannya menggenggam lengan Kirana dengan keras, membuat gadis itu merintih ketakutan.Dengan wajah yang penuh kemenangan, Tiger menatap Jay, menyeringai puas sambil berkata dengan dingin, “Apa kamu akan tetap keras kepala, Jay? Atau menyelamatkan ora
‘Fi … maafin aku yang mungkin terlihat menyakiti kamu.’Jay membatin sedih ketika mobil Tiger membawanya pergi dari sana. Dia sempat melihat tatapan kecewa Zafia saat melihat dia terlihat mesra dengan Rabbit.Mau bagaimana lagi? Itu satu-satunya cara yang bisa Jay pikirkan untuk membuat Zafia berpikir bahwa Jay bukan dalah bahaya, melainkan Tiger dan Rabbit adalah kawannya.Dengan begitu, Zafia tidak perlu nekat turun ke medan perang yang tak bisa dimenangkan hanya untuk menyelamatkan dia.Jikalau Zafia sampai tertangkap Tiger, Jay akan mengutuk dirinya seumur hidup.“Ummchh … Jek ... mmchh … Jek?” Rabbit yang tadinya bergairah di atas pangkuan Jay, kini mulai mengernyit heran.Sikap mesra Jay tadi mendadak hilang setelah mobil bergerak menjauh dari gedung Supreme NeoTech.“Ada apa denganmu? Apa kamu butuh dipanaskan lebih dari ini?” goda Rabbit sambil menempelkan dirinya ke Jay lebih banyak, menekankan dada montoknya ke dagu Jay. “Nggak usah khawatir, aku ini ahlinya untuk itu!”Samb
“Urmmlhh! Mmmllpphh!” Rabbit mulai menyibukkan diri dengan tongkat pusaka kebanggan Jay. Jay menarik napas panjang sambil mengetatkan rahangnya dengan tatapan lurus ke depan, berjuang untuk mengalihkan pikiran dari tindakan cabul Rabbit terhadap tongkat pusakanya.Namun, setelah 5 menit lebih, tidak juga Rabbit mendapatkan yang dia harapkan."Urrmmllhh ... Jek, kenapa belalaimu masih belum mau tegang? Ummllhh ... Jek?" Rabbit melirik ke wajah Jay tanpa melepaskan kulumannya di tongkat pusaka Jay.Jay melirik ke mata Rabbit yang masih intens menatapnya.“Mungkin karena aku nggak merasa rileks sama sekali. Atau juga karena ini di dalam mobil dan ada banyak orang di sini. Apalagi aku teringat traumaku dan juga nggak merasa nyaman.” Jay menggunakan alasan yang sangat masuk akal.Kening Rabbit berkerut dan dia pun melepaskan tongkat lunglai milik Jay dari mulutnya. Wajahnya mulai cemberut. Dia kesal jika tidak mendapatkan apa yang dia mau.“Kenapa?” Jay menatap Rabbit yang cemberut. “Kamu
“Untungnya … nggak ada, Jek!” Rabbit menyeringai penuh dengan aroma ejekan.Di matanya, Jay terlihat seperti tikus yang terjebak di sudut dan dia adalah sang kucing yang siap menerkam sampai puas.“He he heh!” Jay terkekeh dan mulai melepas pakaiannya. “Biar aku aja yang melakukannya untuk meringankan pekerjaanmu.”Dia tak mau kehilangan harga dirinya untuk wanita seperti Rabbit. Ingin mencabik-cabik bajunya? Jangan harap!Mata mesum Rabbit menikmati cara Jay melepas pakaiannya dengan gerakan perlahan tanpa meninggalkan kesan maskulinnya.“Awhh, Jek … kamu pantas jadi budakku yang paling hebat! Kamu bakalan dilimpahi banyak keberuntungan setelah ini.” Rabbit menikmati pemandangan di depannya.Gairahnya semakin tersulut ketika Jay terkekeh sambil menyeringai, sungguh terlihat macho sekaligus menggoda di mata Rabbit. Dia memang menyukai pria yang sedikit melawan tanpa kehilangan pesonanya.“He he … begitukah?” ucap Jay sambil mulai mengurai kait di celana panjangnya.Napas Rabbit kian me
"Rupanya sungguh Pak Mayjen Jonas Patulubi, salah satu orang kepercayaan Pak Jendral Hambali Sardi." Jek Jon terkekeh santai. Dia berdiri di depan pondok utama milik Bruno, sedangkan mayat pria itu masih di dalam sana. Di belakang Jonas, sekelompok pasukan Kostrad bersenjata lengkap berjaga dalam formasi disiplin. Jonas maju selangkah, tatapannya tajam mencoba memberikan perasaan superior ke Jek Jon. "Kamu tak perlu berpura-pura lagi, Jek Jon. Kami tau siapa kamu sebenarnya. Kamu pikir bisa menyembunyikan identitasmu selamanya? Bruno sudah memberiku cukup petunjuk." Jay dalam wujud Jek Jon, menyeringai kecil seraya berkata, "Bruno? Anda mengandalkan ucapan orang yang bahkan tak tau caranya melindungi diri sendiri? Saya berduka untuk Anda, Mayjen. Saya kira Anda lebih pintar dari itu." Kemudian Jek Jon memberikan gestur mengejek ke Jonas beserta ekspresi wajah yang tak berlebihan tapi menusuk ulu hati lawannya. Jonas menggeram pelan, menahan amarah. "Kami tau kamu adalah Ja
"Tutup moncong busukmu, Jek! Aku tak butuh belas kasihanmu!" teriak Bruno. "Lebih baik kau lekas menyerah padaku, dan PhantomClaw milikmu akan baik-baik saja!" Jek Jon terkekeh sembari dia menerima pukulan demi pukulan Bruno. Kali ini dia tidak menghindari. "Memangnya apa yang dijanjikan majikanmu mengenai aku dan PhantomClaw?" Jek Jon bertanya dengan bahasa tersirat. Dia sudah paham bahwa di balik pergerakan organisasi milik Bruno yang mengganggu PhantomClaw, pasti ada orang dengan kedudukan tinggi yang ingin dia hancur. Hanya saja, dia belum bisa memastikan orangnya. Tapi dia yakin, tak lama lagi semua tabir akan terbuka untuknya. Bruno menyeringai. "Beliau hanya meminta aku untuk mengendalikan kamu yang mirip kuda liar! Maka dari itu, Jek. Kusarankan kamu lekas menyerah dan kalian akan tetap bisa bertahan. Patuhlah!"Seraya menyerukan kata terakhir, Bruno mengirimkan pukulan tenaga dalam dari jarak 15 meter ke Jek Jon di depannya. "Apakah kepalamu terbentur meja saat kamu m
"Oh, rupanya kau juga mampu menggunakan kekuatan semacam itu, he he!" Keluar seringaian dari Jek Jon. Bukannya gentar, dia justru terpacu untuk lekas menerjang ke Bruno. "Kemari kau, Jek Jon sampah!" teriak Bruno. Malam itu, di sebuah kedalaman wilayah yang jauh dari pemukiman penduduk di Pulau Gaharu, suasana tegang telah tercipta sejak awal. Jek Jon mengumpulkan tenaga murni, aliran chakra segera membanjiri tubuhnya, pergi ke titik-titik chakra untuk memaksimalkan potensi di setiap lini tubuhnya. "Hmph!" Jek Jon mendengus keras seraya meledakkan auranya sehingga debu di sekelilingnya mulai beterbangan. Setelahnya, dia melesat ke Bruno yang telah menanti dengan mata nyalang melotot. "Ayo! Kita tak perlu banyak basa-basi!" seru Bruno tanpa mengendurkan auranya sendiri. Jay yang sedang dalam mode Jek Jon si Raja Bengis, lekas menebaskan tangannya yang membentuk cakar. Angin energi keluar dari sana dan siap mencabik Bruno. "Apa itu basa-basi? Justru kamu yang te
“Dia adalah Jay, Pa.” Zafia menjawab Tistan.Zafia tidak ingin secara gamblang mengungkap mengenai jati diri suaminya.Tapi, Tristan tidak puas dan masih bertanya, “Iya, dia adalah Jay. Tapi apakah dia juga punya identitas lain sebagai Jek Jon?”Sembari memunculkan senyumannya, Zafia menyahut, “Dia Jay, Pa. Jay Mahawira.”Usai mengucapkan kalimat itu, tampaknya tak hanya Tristan yang gemas. Yoana pun demikian.“Fia, jawab yang benar!” Yoana kehilangan kesabaran.Yoana merasa putrinya sedang menutupi sesuatu dan hal tersebut berbahaya dan menakutkan.Bagaimana mungkin sesuatu yang berkaitan dengan organisasi mafia terbesar di Astronesia tidak menakutkan?“Dia suamiku, Ma, Pa. Dia Jay Mahawira. Tentunya jawaban ini sudah lebih dari cukup, kan?” Masih dengan ketenangan yang sama, Zafia menanggapi kedua orang tuanya.Tristan menghela napas, tak tau lagi bagaimana cara berpikir Zafia. Membela suaminya sedemikian kuat di depan orang tuanya sendiri ketika sang suami terindikasi memiliki kait
"Hm, lakukan evakuasi seperti biasa." Jay berbicara sambil berjalan ke arah belakang gedung NeoTech. Tidak lupa dia masuk ke ruangan khusus yang bisa menghilangkan bau dan aroma. Benar-benar ruangan steril yang dia bangun khusus untuk insiden semacam ini. Setelah itu, melalui jalan rahasia di balik dinding dapur, dia meluncur menggunakan golf car menuju kediamannya. "Jay." Muncul sosok Zafia, menunggu Jay keluar dari pintu rahasia di kediamannya, di ruang gudang bersih mansionnya.Jay bertatapan dengan istrinya. Dia sadar ada banyak hal yang harus dia ungkapkan ke Zafia. "Pastinya ada banyak hal yang perlu kamu katakan ke aku, ya kan Jay?" Zafia menatap lurus ke suaminya dengan dua lengan terlipat di depan dada. Dari kalimat itu saja Jay sudah mengerti bahwa sang istri telah mengetahui jati dirinya sebagai King Jek Jon. Bahkan Zafia bisa menemukan pintu rahasia di mansion. Tapi, mungkinkah Zafia mengetahui siapa dia dari investigasi Darius Wu? "Fi, sayang, nanti kita bicarakan
Sementara itu ….Di apartemennya yang sederhana, Darius Wu sedang memeriksa dokumen tambahan ketika layar laptopnya tiba-tiba menampilkan pesan aneh.Pesan itu sederhana namun membuat darahnya membeku:“Kamu sudah terlalu jauh, Darius. Dunia gelap tidak mentolerir pahlawan.”Setelah itu, muncul gambar berikutnya di layar dia. Gambar yang menampilkan anak tidak sah Darius, yang selama ini dia sembunyikan sangat rapat dari publik. Anak yang selama ini menjadi satu-satunya ketika istri sah Darius divonis tidak subur oleh dokter tapi sang istri menolak keras pada poligami.Jika anak itu ditemukan istri sahnya, bisa dipastikan anak itu dalam bahaya. Namun, kini PhantomClaw juga sudah mengendus keberadaan si anak yang sudah Darius simpan sangat rapat.Bukankah anak itu sama saja dalam situasi bahaya?Darius tersentak, matanya menyapu sekeliling ruangan. Ketika dia bangkit dari kursinya, suara langkah kaki terdengar dari lorong luar.Pintu apartemennya dihantam keras, membuat Darius panik. D
Jay terdiam sejenak, lalu berkata pelan, “Aku melindungi kotaku. Itu aja.” Setelahnya, dia memulaskan senyumannya.Tanpa menunggu jawaban Lina, Jay berjalan pergi bersama pasukannya, meninggalkan wartawati itu dengan banyak pertanyaan yang menggantung di pikirannya.* * *Langit Jatayu malam itu dihiasi sorotan lampu helikopter yang memecah gelap. Suara sirene meraung di berbagai sudut kota.Di layar-layar televisi dan media sosial, wajah Jay, CEO karismatik Supreme Group, terpampang di samping nama yang selama ini hanya terdengar dalam bisik-bisik gelap: King Jek Jon.Berita itu meledak seperti bom waktu. Detektif swasta bernama Darius Wu, seorang pria paruh baya dengan reputasi tanpa cela, baru saja mengungkapkan temuannya ke publik.“Bukti-bukti tak terbantahkan—rekaman pertemuan rahasia, transaksi gelap, dan koneksi organisasi bawah tanah—semua mengarah pada satu kesimpulan: Jay adalah sosok di balik kekaisaran kriminal yang mengendalikan bayangan Jatayu.” Seorang pembawa berita s
“Anda sangat berbeda dari yang dulu saya kenal.” Lina menyambung.Dia bahkan menekan perasaan rindunya akan sosok terpuji Jay dan tetap fokus pada misi kedatangannya. Menurutnya, Jay masih bisa diselamatkan.Jay bersandar di kursinya, jemarinya menyentuh dagu. “Lina, dunia ini bukan hitam dan putih. Terkadang, untuk mencapai sesuatu yang lebih besar, kita harus berani melangkah di area abu-abu. Apa kamu berpikir Jatayu bisa jadi kayak sekarang tanpa pengorbanan?”Pria itu tau dengan jelas bagaimana perasaan Lina terhadapnya, dan dia mengucap salut di dalam hati atas profesionalitas Lina.“Pengorbanan siapa?” Lina menyergah. “Orang-orang biasa yang harus menanggung risiko karena permainan Anda? Atau pejabat-pejabat yang Anda tekan hingga mereka tidak punya pilihan?”Lina terkadang tak ingin percaya, bahwa pria yang dia kagumi atas keberanian, patriotisme, dan kebaikan kemanusiaannya … kini seperti monster. Atau dia saja yang tak tau bahwa selama ini Jay memang monster?Jay menatap Lina
"Nggak ada pilihan lain," jawab salah satu dari mereka dengan putus asa. "Dia tau terlalu banyak. Dia bisa menghancurkan keluarga kita tanpa menyentuh kita langsung."Di markasnya, Jay menerima laporan dari Erlangga. Wajahnya tetap tenang, hanya sedikit senyum terlukis di bibirnya."Mereka menyerah?" tanya Jay, nadanya datar namun penuh wibawa.Erlangga mengangguk. "Semua target sudah menunjukkan tanda-tanda surut. Beberapa bahkan sudah mengirimkan utusan untuk berdamai."Jay menyandarkan tubuhnya ke kursi, memutar gelas anggur di tangannya."Pfftt!” Jay mendengus geli. “Mereka membuatnya terlalu mudah. Ketakutan memang alat yang paling kuat, Erlangga. Nggak perlu darah, nggak perlu kekerasan. Hanya sedikit sentuhan, dan mereka langsung runtuh."Dia memandang keluar jendela besar yang memperlihatkan gemerlap kota Jatayu di malam hari."Biarkan mereka tetap di tempatnya. Kita nggak butuh mereka lenyap. Kita hanya butuh mereka untuk menjadi peringatan hidup bagi siapa aja yang mencoba m