“Untungnya … nggak ada, Jek!” Rabbit menyeringai penuh dengan aroma ejekan.Di matanya, Jay terlihat seperti tikus yang terjebak di sudut dan dia adalah sang kucing yang siap menerkam sampai puas.“He he heh!” Jay terkekeh dan mulai melepas pakaiannya. “Biar aku aja yang melakukannya untuk meringankan pekerjaanmu.”Dia tak mau kehilangan harga dirinya untuk wanita seperti Rabbit. Ingin mencabik-cabik bajunya? Jangan harap!Mata mesum Rabbit menikmati cara Jay melepas pakaiannya dengan gerakan perlahan tanpa meninggalkan kesan maskulinnya.“Awhh, Jek … kamu pantas jadi budakku yang paling hebat! Kamu bakalan dilimpahi banyak keberuntungan setelah ini.” Rabbit menikmati pemandangan di depannya.Gairahnya semakin tersulut ketika Jay terkekeh sambil menyeringai, sungguh terlihat macho sekaligus menggoda di mata Rabbit. Dia memang menyukai pria yang sedikit melawan tanpa kehilangan pesonanya.“He he … begitukah?” ucap Jay sambil mulai mengurai kait di celana panjangnya.Napas Rabbit kian me
“Anhh … Jek … mmfhh ….” Rabbit bergerak aktif meski berada di posisi bawah.Sedangkan Jay di atasnya, terlihat menyeringai sambil mulai giat menggerakkan pinggul secara harmonis dengan ayunan tubuh Rabbit.Pergumulan panas berlangsung di kamar jet pribadi, di atas ketinggian belasan ribu meter.“Haaahh ….” Sementara itu, di sofa kamar yang nyaman, Jay menatap dari jendela kamar jet sambil menggigit apel yang disediakan di meja.Sesekali dia menoleh ke arah ranjang dan melihat Rabbit sedang bergumul aktif dengan guling.“Jek … umcchh! Haummchh!” Rabbit secara agresif bersuara keras tanpa malu-malu.Wanita itu sibuk menciumi guling yang sedang ditunggangi lalu bergerak heboh sendiri di atas gulingnya.“Pfftt!” Jay mendengus geli, diiringi tawa ringannya.Dia memang mengerjai Rabbit. Lebih tepatnya, menipu.“Untung aja aku udah diajari Pak Atin ilmu baru. Kanuragan yang bisa bikin orang berhalusinasi dan masuk ke ilusi ciptaan,” gumamnya pelan sebelum menggigit apelnya lagi dan mengunyah
“Benar, Nyonya.” Atin mengangguk dengan sikap penuh hormat.Dia dan Erlangga mengetahui siapa itu Zafia. Tapi dia belum ingin mengundang wanita itu ke mansion Jay sebelum ada izin dari sang empunya.Pintu ruang tamu di tutup dan dijaga Erlangga dari dalam, memastikan tak ada yang bisa masuk untuk menginterupsi.“Saya menunggu.” Zafia duduk sambil menopangkan satu kakinya di paha.Sikap jumawanya memang menyiratkan boss lady, sangat pantas menjadi pendamping Jay yang juga memberikan aura dominasi serupa.“Yang datang ke gedung ini kemarin, adalah kelompok kekuatan dari benua Timur. Mereka bersikeras ingin formula rompi milik kami.” Atin dengan suara tenangnya, mulai menjabarkan.Setelahnya, dia menceritakan secara mendetail mengenai apa saja yang terjadi di gedung NeoTech pada hari lalu. Atin masih memperhalus penyebutan kelompok Tiger dan Rabbit sebagai sebuah kekuatan dari Timur.Dia tidak ingin menakuti Zafia dengan terminologi ‘mafia’.“Jadi … Jay sebenarnya terancam waktu dibawa k
“Huft! Benar-benar merepotkan!” gumam Jay ketika berada di kamar mandi.Dia harus mengingat ajian mantranya yang diberikan Atin beberapa waktu lalu demi bisa memberikan ilusi ke Rabbit.“Untung aja ajian yang ini tidak memerlukan kekuatan kanuragan, sehingga tetap bisa dijalankan meski ada jarum pelemah tenaga dalam di tubuhku.” Jay menyentuh perut, di sana ada satu jarum itu. “Urusan jarum-jarum itu, bisa aku upayakan kalau udah mendarat aja!”Satu jam berikutnya, jet pribadi benar-benar mendarat di bandara Zhongguo. Jay keluar bersama Rabbit yang mengawal ketat di sampingnya sambil terus memeluknya tanpa malu dengan sekitar.“Negara Zhongguo,” gumam pelan Jay ketika dia sudah rapi berpakaian dan melongok melalui jendela pesawat. “Ternyata seperti ini negara yang terkenal dengan budaya tradisional dan energi Qi-nya.”Rabbit di sampingnya menoleh sambil tersenyum dan berujar, “Ya, benar sekali! Inilah negeri kebanggaan kami. Jangan khawatir, dengan kamu jadi budakku, kamu bakalan menj
“Aku yang memberinya izin.” Tiger berkata mewakili adiknya.Bisa Jay rasakan, ketegangan ada di antara mereka. Dengan cepat, Jay menganalisis adanya ketidakakuran Tiger dan wanita muda yang baru datang.Wanita muda itu berpenampilan memesona dengan busana cheongsam warna putih dengan aksen emas di tepiannya dan bordiran burung phoenix besar dari benang emas.Parasnya cantik menawan dengan garis wajah tegas dan dingin, serta bertubuh sempurna dengan rambut panjang bergelombangnya yang berwarna cokelat.“Kak Phoenix, bisakah Kakak tidak mempermalukan aku di depan mainanku?” sahut Rabbit dengan nada bersungut-sungut.Wanita yang dipanggil Phoenix itu melirik tegas ke Rabbit sebelum dia menjatuhkan tatapannya ke Jay, menelisik Jay.“Ah, Nona Besar, lebih baik abaikan saja mainan baru Rabbit.” Salah satu bibi berbicara dengan Phoenix.Namun, Phoenix hanya melirik singkat ke bibinya dan berbicara ke Tiger. “Ayah sedang sakit keras. Sebagai anak pertama, aku memiliki tugas agar rumah ini tet
“Apa? Menyembuhkan ayahku?” Phoenix mengulang ucapan Jay dengan nada tanya sembari matanya memicing tak percaya.Phoenix tak mau lengah dan mendorong Jay sehingga mereka berkelahi lagi di kamar itu. Dia tak sadar, bajunya saat itu tergolong minim dan tipis.Sekali lagi, Jay berhasil menekan Phoenix di dinding untuk menahan gerakan wanita itu.“Aku mempelajari ilmu medis kuno. Cukup izinkan aku memeriksa ayahmu dan kau bisa menilai apakah aku memang layak sebagai ahli medis kuno atau tidak.” Jay menyahut.Karena dia sudah cukup sering berada di luar negeri dan lebih banyak di benua barat dan utara, maka tak heran jika dia fasih berbicara dengan bahasa internasional.Sepertinya Phoenix juga cukup terpelajar karena bisa mengimbangi ucapan Jay.“Aku tak percaya padamu!” geram rendah Phoenix sambil berusaha menendang Jay.Jay terpaksa mundur untuk menghindari tendangan bermuatan kekuatan tenaga dalam dari wanita itu.Mereka bertukar pukulan dan tendangan sampai 20 gerakan lebih. Hingga akh
“Tidak!” Phoenix menolak.Wanita itu menyerang sekuat tenaga sehingga Jay terpaksa bergegas keluar menggunakan ajian transparannya.Masih sempat dia dengar dengusan kesal dari Phoenix.“Hm, sepertinya gagal.” Jay berjalan santai di lorong tanpa khawatir terlihat oleh penjaga yang banyak bertebaran di sana.Tiba-tiba saja, Jay melihat orang yang sebelumnya sempat menemui Phoenix, kini terlihat berjalan ke arah kamar di ujung.“Bukankah itu orang yang diminta Phoenix untuk menghubungi tabib kepercayaannya? Dia ke kamar Tiger?” gumam pelan Jay.Dia segera mengendus sesuatu yang janggal mengenai itu dan lekas mengikuti orang tersebut.“Aku harus mengedarkan kanuraganku lebih banyak sehingga ajian transparanku bisa lebih kuat dan tidak mudah terdeteksi!” tekad Jay.Maka, dengan mengorbankan 40 persen dari energi kanuragannya, Jay mengalokasikan itu untuk mempertebal ajiannya. Dia tak ingin lagi kepergok seperti pada Phoenix, karena ilmu tenaga dalam Tiger kuat.“Dia bersikeras ingin tabib
“Hei!” Phoenix mengenali suara Jay dan lekas menoleh.Jay tersenyum nakal di belakang Phoenix yang terkejut.“Kau lagi!” geram Phoenix sambil menatap tajam ke Jay. “Keluar!”Phoenix bangkit dari duduknya. Hanya ada mereka saja berdua di kamar itu, ditambah dengan ayah Phoenix yang sedang dalam kondisi vegetative.“Tidak mau!” tegas Jay sambil menahan senyum.Melihat gelagat Phoenix yang ingin menyerang, Jay buru-buru menahan tangan wanita itu.“Aku mendengar sesuatu yang menarik dari Tiger dan orang yang kau suruh mengundang tabib Wu.” Jay lekas mengatakannya sebelum tangan Phoenix terbebas dari genggamannya.Seperti perkiraan Jay, mata Phoenix langsung menyala akan keingintahuan yang besar.“Apa?” Akhirnya, Phoenix mulai tenang.Karenanya, Jay pun melepaskan genggamannya sehingga kini mereka berdiri berhadapan. Jay menatap Phoenix yang sudah mengenakan cheongsam putih. Phoenix memang serasi dan manis dalam balutan busana semacam itu.Karena Phoenix sudah setuju untuk mendengarkan, ma
* * *Ketika pesta yang dinantikan tiba, semua mata tertuju pada pasangan yang tengah menjadi pusat perhatian.Jay tampil memukau dalam setelan jas hitam klasik dengan aksen emas di bagian kerah, yang dirancang khusus oleh perancang busana ternama dunia. Rambutnya disisir rapi ke belakang, memancarkan aura karisma dan kekuasaan.Zafia, di sisi lain, terlihat seperti dewi. Gaun pengantinnya, rancangan desainer haute couture terkenal dari kota mode internasional, Parisiane, terbuat dari bahan sutra putih yang dihiasi kristal Swarovski.Sebuah jubah panjang dengan bordir emas mengalir di belakangnya, membuatnya tampak seperti ratu sejati. Tiara berlian bertengger di kepalanya, melengkapi penampilannya yang elegan dan memesona.“Astaga! Mereka keren banget!” seru salah satu tamu undangan.“Duhai! Aku yakin baju mereka bukan barang sepele.” Tamu lain berdesis saat melihat Jay dan Zafia.“Mana ada barang sepele di sekitar pengusaha muda dan sukses yang kekayaan bersihnya dikatakan mencapai
“Terima kasih, suamiku.” Di samping Jay, Zafia tersenyum ketika tatapan mereka saling bertaut mesra.“Hah? Jadi … selama ini Kak Fia udah menikah?” Tiba-tiba muncul Feinata di ruang tamu.Gadis itu mendekat dengan wajah terkejutnya.“Maaf kalau kamu baru tau ini sekarang, Fei.” Zafia meraih adiknya untuk dia rangkul.Saat Feinata hendak menyahut, terdengar bunyi bel pagar depan.“Ah! Itu pasti si bodoh itu!” Feinata melepaskan rangkulan kakaknya dan berlari ke depan untuk membukakan pagar.Tak berapa lama, Feinata kembali masuk ke dalam sambil membawa pria muda. Jay tersenyum karena sangat mengenali pemuda itu. Radeva.“Permisi, Tante dan Om.” Radeva menyapa pasangan Narendra. “Oh, Kak Fia dan Bang Jay juga.” Dia tidak melupakan pasangan muda di sana.“Heh, kamu tau,” Feinata menepuk keras lengan Radeva dan berkata, “Kak Fia dan Bang Jay udah menikah! Kamu kapan ngelamar aku?”“Fei!” Ibunya langsung menegur putri bungsunya yang terlalu frontal ketika bertutur. “Kamu ini perempuan, loh
“Fu fu fu ….” Jay terkekeh santai.Dia duduk di kursi kulit hitamnya yang megah, di ruang kerja yang memancarkan kemewahan modern.Sambil memegang cangkir teh herbal yang baru saja dituangkan oleh Atin, wajahnya tetap tenang, dengan sedikit senyum penuh keyakinan yang hanya dia tunjukkan pada orang-orang terdekatnya.“Aku tidak bermain, Pak,” kata Jay dengan suara datar namun penuh makna. “Aku hanya memastikan papan catur tetap di bawah kendaliku. Apa gunanya menjadi raja jika kamu tidak bisa mengontrol bidak-bidakmu?”Atin tersenyum tipis, mengakui kecerdikan bosnya. “Kamu bahkan mengalahkan mereka yang mencoba mengaitkanmu dengan PhantomClaw. Kini publik melihatmu sebagai pahlawan teknologi Astronesia.”Jay menyesap tehnya perlahan, matanya menatap jendela besar yang memperlihatkan pemandangan Jatayu yang gemerlap di malam hari.Kota itu, dengan segala kesibukannya, kini terasa seperti berada di telapak tangannya.Seiring waktu, NeoTech, perusahaan teknologi milik Jay, menjadi binta
Jonas mencoba mempertahankan argumennya. “Jenderal, saya yakin ada sesuatu yang disembunyikan oleh Jay. Keberadaannya di Jorgandia bisa saja ....”“Cukup!” potong Hambali dengan nada keras, membuat Jonas terdiam. “Fakta menunjukkan bahwa Jay Mahawira berada di Jorgandia, bekerja sama dengan ilmuwan internasional untuk sesuatu yang sangat penting bagi masa depan dunia. Dan sementara itu, Anda menyebarkan tuduhan bahwa dia adalah seorang kriminal yang memimpin organisasi bawah tanah. Apa yang Anda harapkan? Bahwa publik akan percaya omong kosong ini tanpa bukti yang jelas?”Jonas berusaha keras menyusun pembelaan. “Saya memiliki informasi dari Bruno sebelum dia mati, dan saya yakin itu valid. Jay—”“Bruno adalah kriminal yang bermain di dua sisi!” bentak Hambali. “Dan sekarang Anda ingin membangun seluruh argumenmu berdasarkan kata-kata seorang pengkhianat?”“Pak Jonas,&rdqu
“Jangan harap kamu bisa sewenang-wenang, Jek Jon!” seru Jonas.Pertarungan semakin sengit. Jonas menggunakan teknik Cakar Garuda, sebuah gaya bertarung yang memadukan kekuatan fisik dengan gerakan cepat.Dengan teknik itu, dia berhasil meloloskan dirinya dari cengkeraman Jek Jon.Namun, Jek Jon memiliki keunggulan dalam pengalaman dan teknik kanuragan tingkat tinggi.Dengan gerakan Langkah Naga Terbang, dia mengelak dari setiap serangan Jonas sambil melancarkan pukulan dan tendangan presisi yang mulai melemahkan sang mayor jenderal.Jonas tidak gentar. Dia mengaktifkan teknik bela diri Harimau Lembah yang menjadi kebanggaan Kostrad.Membawa serangan cepat, dia melancarkan pukulan dan tendangan yang ditujukan ke titik vital Jek Jon.Namun, Jek Jon memblokir setiap serangan dengan mudah, menggunakan teknik Cengkraman Naga Hitam untuk menangkap pergelangan tangan Jonas dan memutarnya hingga terdengar bunyi retakan kecil.Jonas meringis kesakitan, tetapi dia tidak menyerah. Dengan lompata
"Rupanya sungguh Pak Mayjen Jonas Patulubi, salah satu orang kepercayaan Pak Jendral Hambali Sardi." Jek Jon terkekeh santai. Dia berdiri di depan pondok utama milik Bruno, sedangkan mayat pria itu masih di dalam sana. Di belakang Jonas, sekelompok pasukan Kostrad bersenjata lengkap berjaga dalam formasi disiplin. Jonas maju selangkah, tatapannya tajam mencoba memberikan perasaan superior ke Jek Jon. "Kamu tak perlu berpura-pura lagi, Jek Jon. Kami tau siapa kamu sebenarnya. Kamu pikir bisa menyembunyikan identitasmu selamanya? Bruno sudah memberiku cukup petunjuk." Jay dalam wujud Jek Jon, menyeringai kecil seraya berkata, "Bruno? Anda mengandalkan ucapan orang yang bahkan tak tau caranya melindungi diri sendiri? Saya berduka untuk Anda, Mayjen. Saya kira Anda lebih pintar dari itu." Kemudian Jek Jon memberikan gestur mengejek ke Jonas beserta ekspresi wajah yang tak berlebihan tapi menusuk ulu hati lawannya. Jonas menggeram pelan, menahan amarah. "Kami tau kamu adalah Jay M
"Tutup moncong busukmu, Jek! Aku tak butuh belas kasihanmu!" teriak Bruno. "Lebih baik kau lekas menyerah padaku, dan PhantomClaw milikmu akan baik-baik saja!" Jek Jon terkekeh sembari dia menerima pukulan demi pukulan Bruno. Kali ini dia tidak menghindari. "Memangnya apa yang dijanjikan majikanmu mengenai aku dan PhantomClaw?" Jek Jon bertanya dengan bahasa tersirat. Dia sudah paham bahwa di balik pergerakan organisasi milik Bruno yang mengganggu PhantomClaw, pasti ada orang dengan kedudukan tinggi yang ingin dia hancur. Hanya saja, dia belum bisa memastikan orangnya. Tapi dia yakin, tak lama lagi semua tabir akan terbuka untuknya. Bruno menyeringai. "Beliau hanya meminta aku untuk mengendalikan kamu yang mirip kuda liar! Maka dari itu, Jek. Kusarankan kamu lekas menyerah dan kalian akan tetap bisa bertahan. Patuhlah!"Seraya menyerukan kata terakhir, Bruno mengirimkan pukulan tenaga dalam dari jarak 15 meter ke Jek Jon di depannya. "Apakah kepalamu terbentur meja saat kamu m
"Oh, rupanya kau juga mampu menggunakan kekuatan semacam itu, he he!" Keluar seringaian dari Jek Jon. Bukannya gentar, dia justru terpacu untuk lekas menerjang ke Bruno. "Kemari kau, Jek Jon sampah!" teriak Bruno. Malam itu, di sebuah kedalaman wilayah yang jauh dari pemukiman penduduk di Pulau Gaharu, suasana tegang telah tercipta sejak awal. Jek Jon mengumpulkan tenaga murni, aliran chakra segera membanjiri tubuhnya, pergi ke titik-titik chakra untuk memaksimalkan potensi di setiap lini tubuhnya. "Hmph!" Jek Jon mendengus keras seraya meledakkan auranya sehingga debu di sekelilingnya mulai beterbangan. Setelahnya, dia melesat ke Bruno yang telah menanti dengan mata nyalang melotot. "Ayo! Kita tak perlu banyak basa-basi!" seru Bruno tanpa mengendurkan auranya sendiri. Jay yang sedang dalam mode Jek Jon si Raja Bengis, lekas menebaskan tangannya yang membentuk cakar. Angin energi keluar dari sana dan siap mencabik Bruno. "Apa itu basa-basi? Justru kamu yang te
“Dia adalah Jay, Pa.” Zafia menjawab Tistan.Zafia tidak ingin secara gamblang mengungkap mengenai jati diri suaminya.Tapi, Tristan tidak puas dan masih bertanya, “Iya, dia adalah Jay. Tapi apakah dia juga punya identitas lain sebagai Jek Jon?”Sembari memunculkan senyumannya, Zafia menyahut, “Dia Jay, Pa. Jay Mahawira.”Usai mengucapkan kalimat itu, tampaknya tak hanya Tristan yang gemas. Yoana pun demikian.“Fia, jawab yang benar!” Yoana kehilangan kesabaran.Yoana merasa putrinya sedang menutupi sesuatu dan hal tersebut berbahaya dan menakutkan.Bagaimana mungkin sesuatu yang berkaitan dengan organisasi mafia terbesar di Astronesia tidak menakutkan?“Dia suamiku, Ma, Pa. Dia Jay Mahawira. Tentunya jawaban ini sudah lebih dari cukup, kan?” Masih dengan ketenangan yang sama, Zafia menanggapi kedua orang tuanya.Tristan menghela napas, tak tau lagi bagaimana cara berpikir Zafia. Membela suaminya sedemikian kuat di depan orang tuanya sendiri ketika sang suami terindikasi memiliki kait