Jay terkekeh ringan sebelum berkata, “Sayangnya, aku bukan orang yang murah hati. Aku egois dan suka memonopoli.”Tatapannya mengerling tajam namun salah satu sudut bibirnya melengkung sedikit ke atas, menunjukkan senyum diagonalnya.“Wah, sepertinya kita berjodoh, karena aku juga egois dan suka memonopoli,” tukas Rabbit dengan wajah antusias.Jelas terlihat bahwa Rabbit tidak ingin menyerah.“Sayang sekali aku nggak tertarik menjadi jodohmu. Kalau rompi itu yang kamu mau, maka aku hanya bisa menyarankan kamu kembali ke kapalmu dan katakan ke kakakmu, bahwa aku orang yang sulit jika itu mengenai produk terbaikku,” tegas Jay.Rasanya sudah tak ada lagi yang perlu dibicarakan jika itu mengenai rompi NanoCorium-Carbophene dia. Baginya, itu adalah salah satu dari masterpiece miliknya.Kalau satu saja rompi itu jatuh ke tangan Rabbit, pasti kelompok mereka akan segera mengurai semua komponennya dan membuat tiruannya yang nyaris sama. Bahkan melebihi rompi milik Viktor.Rabbit juga menyerin
Jay mengerutkan kening dengan pandangan semakin menajam ke Rabbit. “Baguslah! Dengan begitu, aku nggak dikatakan menindas wanita.”Dia juga mulai mengerahkan energi kanuragannya sembari berdiri tak jauh dari Rabbit.“Bukankah tadi kamu ngomong kalau gender sudah hilang kalau di medan pertarungan, Jek? Jadi sekarang kamu memandang aku sebagai wanita?” Lalu Rabbit terkekeh.Hingga telapak tangan Rabbit didorong maju ke Jay dan energi angin yang tajam terarah ke Jay.“Hmph!” Jay bergegas menahan dengan perisai kanuragannya sehingga bisa meminimalkan kerusakan yang diakibatkan energi angin tadi.Namun, Rabbit belum berhenti menggempur Jay menggunakan ilmu tenaga dalamnya.“Coba ini, Jek!” Rabbit berseru.Kali ini dia mendorongkan kedua tangannya ke depan, dan Jay bisa melihat dengan mata kanuragannya bahwa ada puluhan bilah tajam dari angin energi yang ditembakkan Rabbit.“Sial!” geram Jay sambil menggerakkan tangannya membentuk lingkaran untuk menghalau.Sementara itu, di luar ruangan, s
“Jarum … penghilang energi tenaga dalam ….” Suara Jay berubah lemah ketika tubuhnya juga ikut melemah.Tidak, ini bukan sekedar penghilang energi tenaga dalam, tapi juga pelemah otot. Jay bisa merasakan itu.Dia menjadi semakin lemah dan tak bertenaga.* * *“Urgh ….” Jay menggumam pelan sambil mencoba menggerakkan tubuhnya.Dia membuka mata dengan pandangan buram. Lalu merasakan getaran lembut di bawah tubuhnya, dengan cepat menyadari bahwa dia terbaring di kasur beralaskan dipan kayu yang kokoh dan seolah bergerak bagaikan diayun-ayun sangat lembut.“Ini … laut?!” bisiknya pelan dengan mata terbelalak kaget.Saat kesadarannya perlahan pulih, Jay bisa mengenali bau asin khas laut. Suara ombak beradu dengan lambung kapal menguatkan kesadarannya, bahwa dia memang berada di sebuah kapal. “Ah, akhirnya kamu bangun juga!” Suara lembut namun penuh ironi itu menyapa dari dekat.Jay mencoba bangkit, tapi tubuhnya terasa sangat lemah. Dia memandang ke asal suara dan menemukan Rabbit berdiri
“Hentikan ….” Jay berbisik lirih.Kewarasannya mulai goyah akibat aroma aneh yang masuk ke hidungnya. Dia berjuang untuk tetap berpegang pada akal sehatnya.“Tidak mau ….” Rabbit balas berbisik tanpa mengurangi jarak antara mereka.Dia semakin mendekatkan wajahnya ke Jay, memanggil namanya dengan nada lembut, namun penuh kepemilikan. “Jek…” bisiknya di dekat telinganya, sengaja menggunakan nama panggilan akrab seolah keduanya telah memiliki hubungan yang intim.Jay merasakan napas Rabbit di kulitnya, aroma yang memabukkan dan lembut, seperti parfum yang mahal namun menyimpan ancaman tersembunyi.“Huummchh ….”Tanpa peringatan, Rabbit menyatukan bibirnya ke bibir Jay, mencium dengan lembut, penuh kepastian dan sedikit ketenangan.Namun, perlahan, kecupan itu berubah menjadi agresif, mendominasi, seolah mencerminkan niat Rabbit yang menginginkan penaklukan sepenuhnya atas pria di hadapannya.“Anhh … Jek … urrmmfsshh!”Tangan Rabbit mulai bergerak, membelai leher Jay, merasakan denyut nad
“Kamu … bajingan!” maki Jay ketika dia kesulitan menghalau kepala Rabbit di pangkal pahanya.Rabbit tidak menggubris makian Jay. Mulutnya terus mengisap-isap di selatan sana seraya lidahnya sesekali akan bergulir nakal di puncak pusaka itu.“Hrrkkhh ….” Jay berjuang sekuat tenaga melawan gejolak yang bangkit.Dia tak berdaya, sadar bahwa makanan yang disantap satu jam lalu dibubuhi sesuatu sehingga dia kembali lemah tanpa tenaga. Padahal, tadi sore dia mulai mendapatkan tenaganya meski 40 persen.Kini dia seakan kembali ke titik nol. Benaknya terus memaki Rabbit dengan berbagai kata-kata kotor.“Anghh … Jek … sepertinya milikmu jauh lebih jujur ketimbang mulutmu.” Rabbit menengadah dan tertawa nakal. “Mungkin mulutmu harus kuberi pelajaran biar lebih disiplin. Hi hi!”Usai mengatakan itu, Rabbit mendorong Jay sehingga rebah di kasur tanpa daya. Dengan telentangnya Jay, itu semakin memudahkan Rabbit untuk lebih menggila.“Wanita brengsek!” maki Jay tanpa ditahan.Sorot matanya menampil
“Jek! Jangan pergi!” teriak Rabbit sambil mengejar perahu yang membawa Jay.Namun, mana mungkin Jay tidak melakukan apa pun demi kebebasannya?“Aku bukan budakmu!” geram Jay.Ketika Rabbit menggunakan ilmu meringankan tubuh—biasa disebut Qing Gong dibacanya chingkung, atau Ginkang dalam dialek Hokkian—untuk bisa menapak di permukaan air, Jay menggunakan energi kanuragannya melepaskan dua jarum pelemah energi tenaga dalam.Zapp! Zapp!“Arghh!” Rabbit benar-benar tidak menduga dia akan diberi serangan balik dengan jarum-jarumnya sendiri.Karena tak sempat mengindar, maka kedua jarum itu menancap dan bertahan di tubuh Rabbit.“Urgh!” Rabbit langsung lemah dan tercebur ke dalam laut.Anak buahnya bergegas menyelamatkan Rabbit dengan berbagai cara, sehingga mereka terpaksa membiarkan Jay melenggang pergi dari sana.“He he ….” Jay terkekeh senang. “Aku kembalikan itu padamu!” teriaknya.Upayanya membebaskan diri dari cengkeraman Rabbit, berhasil dengan lancar, bahkan bisa ‘mengembalikan’ ja
“Hatchiihh!” Rabbit bersin di kapalnya.Sambil mengusap hidung yang mendadak gatal, dia memikirkan Jay.“Hmph! Liat aja nanti kamu, Jek! Akan aku bikin kamu tekuk lutut pasrah menginginkan aku!”Kepalan tangan Rabbit menggebrak pelan meja kayu di depannya.Brakk!Meja kayu tebal itu pun seketika hancur terbelah menjadi 5 bagian meski Rabbit hanya menggebrak ringan.---Di markas PhantomClaw, usai mandi dan terasa jauh lebih segar juga ‘bersih’, Jay duduk di meja kerjanya sambil menatap file berisi laporan mengenai rompi terbarunya.“Pak Atin, apakah Ghea dan tim ilmuwan kita udah memberi nama untuk rompi ini?” tanya Jay sambil matanya masih lekat fokus ke berkas di depannya.Dia lupa bahwa rompi itu sampai sekarang belum memiliki nama resmi.“Belum, Jek. Tentunya kamu yang berwenang memberikan nama untuk produkmu, bukan?” Atin menjawab.Kepala Jay terangguk-angguk mendengar jawaban Atin. Dia mulai mendongak dan berpikir sejenak.“Hm, untuk bahan dengan Carbophene yang itu, kita sudah
“Bagaimana kabarmu, duhai kekasihku?” tanya Jay ketika berhasil bertemu dengan Zafia tanpa gangguan siapa pun, terutama gangguan Feinata.Zafia tertawa geli mendengar cara Jay menyebut statusnya.“Ha ha … jangan mulai alay seperti ABG begitu, Jay. Kupingku bisa geli.” Zafia tertawa santai.Mereka berada di bioskop khusus yang bisa disewa untuk berdua saja. Sambil merebahkan tubuh berdampingan di sofa panjang yang nyaman dan empuk, mereka menikmati tontonan di layar lebar depan mereka, meski lebih banyak mengobrol ketimbang fokus ke filmnya.“Oh, geli? Sini aku garukin!” Jay beringsut bangkit sedikit agar bisa mendekatkan mulutnya ke telinga Zafia. “Pakai lidahku aja, yah!”Zafia belum sempat merespon ketika Jay sudah menjejakkan lidahnya secara lembut mengusap ke telinga sensitif Zafia.“Aanghh … Jay ….” Zafia mulai mendesah.===============DONE==============“Hm? Kenapa?” Jay berbisik di dekat telinga Zafia. “Apa ada yang sakit? Atau … enak?”Lalu Jay terkekeh sejenak sebelum mulai m