"Kenapa, Fi? Apakah kamu tidak melihat ini sebagai solusi terbaik kita untuk kabur dari mereka?" Jay menjawab sambil matanya mengerling jenaka.Dia sudah memikirkan ini dan itu, tak mungkin salah perhitungan."Apalagi aku yakin orang-orang itu masih kewalahan naik tangga." Jay menambahkan.Nafas Zafia sedikit terengah, tapi matanya masih tenang dan waspada. Dia memandang ke sekeliling, melihat bahwa tidak ada jalan keluar lagi."Iya, sih. Ini kita di lantai berapa, yah Jay?" tanya Zafia.Yang mengherankan baginya, dia tidak selelah yang dibayangkan ketika berlari naik tangga belasan lantai. Sementara pengejar mereka masih berjuang agar napas tidak putus."Mungkin di lantai 15." Lalu Jay mengangkat cepat bahunya setelah menjawab.Zafia berjalan ke tepian rooftop, menatap ragu ke bawah. Terlalu tinggi untuk melompat, bukan? Memangnya solusi apa yang dibicarakan Jay dengan penuh percaya diri tadi?“Jay, kita terdesak,” ucap Zafia dengan tenang, meski situasi mereka jelas-jelas genting.J
“Me-melompat dari sini?” Zafia makin terkesiap akan jawaban Jay. “Tapi Jay, itu ….”“Gedung di depan sana tidak terlalu jauh jaraknya, kok! Dua gedung yang ini jauh lebih dekat daripada yang sebelumnya. Percaya sama aku, yah Fi!” Jay tersenyum sambil mengedipkan satu matanya ke Zafia.Meski Zafia menyukai hal-hal menantang adrenalin, tapi tak ada dalam bayangannya dia akan melompat dari satu gedung ke gedung lain.Zafia berasumsi bahwa mereka akan melompat bergantian. Ini gila! Dia tak tahu apakah memiliki kemampuan melompat sebaik itu. “Tapi gimana—““Tentu aja kayak tadi, aku akan gendong kamu.” Jay memotong, seakan dia sudah mengerti apa yang hendak diucapkan Zafia.Jay mendekatkan diri ke Zafia sambil tersenyum penuh percaya diri. “Fi, aku bisa gendong kamu kayak sebelumnya, bridal style,” tawarnya, mengingat bagaimana sebelumnya dia membawa Zafia melintasi bahaya.Namun, Zafia ragu. Melihat kondisi rooftop dan jarak yang lumayan jauh ke gedung sebelah, dia khawatir.“Kayaknya ba
“Kalian sudah menemukan siapa dalang di balik mereka?” tanya Jay ke Baskara dan Erlangga.Pagi ini dia sudah bersantai bermandi matahari di taman samping sembari menikmati hamparan hijau nan mahal di sekitarnya.“Sudah, Bos.” Baskara sebagai kepala divisi intelijen mengangguk. “Mereka bawahan Viktor Raditya.”Jay tersenyum sinis ketika mendengarnya.“Sesuai dugaanku,” ucap Jay sambil mendongakkan kepala dan memejamkan mata, menerima sinar hangat mentari menerpa wajahnya.Dia sedang mandi cahaya matahari sembari melakukan ‘senam kebugaran’. Hanya memakai celana pendek ketat, membiarkan otot-ototnya terlihat sambil dia menggerakkan tangan dan kaki ke kanan juga kiri secara perlahan.“Lalu … apa kalian menemukan alasan Viktor menyerangku?” tanya Jay tanpa menghentikan gerakan slow motion-nya. “Ah, biar aku tebak, itu karena Viktor marah komposisi rompi NanoCorium yang dikasi Kalista masih belum sempurna, makanya melampiaskan kekesalannya ke aku karena nggak menemukan Kalista.”Baskara da
“Hm? Menyatukannya bersama Carbophene?” Kening Jay berkerut ketika mendengar solusi yang diberikan Haydan.Haydan dan dua lainnya mengangguk.“Kami sudah menelitinya bersama tim Arimbi, dan setuju bahwa komposisi Carbophene sangat tepat untuk dilekatkan ke rompi NanoCorium.” Ghea ikut bicara.Hal tersebut sungguh di luar perkiraan Jay. NanoCorium bersatu dengan Carbophene!“Bagaimana menurutmu, Eldric?” tanya Jay ke Direktur Teknologinya.Sebagai orang yang bertanggung jawab atas pengembangan dan penerapan teknologi perusahaan, Eldric tentu menuangkan opininya.“Saya sudah melihat komposisi kedua bahan itu dan ternyata memang cocok, sangat sesuai untuk diintegrasikan menjadi sebuah produk yang kuat dan jauh lebih baik dari sebelumnya.” Eldric memaparkan pendapat profesionalnya.Karena sudah seperti itu, Jay semakin puas dan mempercayakannya pada mereka.“Lakukan yang terbaik dan berikan hasilnya dalam minggu ini. Aku percaya kalian bisa.” Setelah mengucapkan itu, Jay meminta mereka ke
“Di mana titik bertemunya?” tanya Jay pada Erlangga ketika mereka memasuki mobil.Saat ini mereka akan menemui kelompok mafia benua Timur.“Mereka meminta di kapal mereka, tapi saya dan Baskara teguh menginginkan tempat netral. Maka, pelabuhan menjadi pilihannya, Bos.” Erlangga menjawab.Di sebelah Erlangga, ada Atin yang ikut menyertai pertemuan Jay seperti biasa.Mereka datang sebagai PhantomClaw. Dan Jay tentu saja menjadi Jek Jon, lengkap dengan penyamarannya sebagai pria usia paruh baya.“Baiklah.” Jay memejamkan mata sambil merebahkan kepala di sandaran.Di tangannya ada gelas anggur yang dia goyang-goyangkan. Terlihat santai, padahal otaknya terus bekerja keras untuk berpikir akan banyak hal.Jay tiba di sebuah bangunan rumah besar di dekat pelabuhan. Dengan penuh percaya diri, dia memasuki bangunan itu.“Hmh!” Satu anggota dari mafia Timur itu menangkupkan dua tangan pada Jay, memberikan salam soja. Sebuah penyambutan yang cukup sopan.Jay, Erlangga, dan Atin melangkah memasuk
Jay terkekeh ringan sebelum berkata, “Sayangnya, aku bukan orang yang murah hati. Aku egois dan suka memonopoli.”Tatapannya mengerling tajam namun salah satu sudut bibirnya melengkung sedikit ke atas, menunjukkan senyum diagonalnya.“Wah, sepertinya kita berjodoh, karena aku juga egois dan suka memonopoli,” tukas Rabbit dengan wajah antusias.Jelas terlihat bahwa Rabbit tidak ingin menyerah.“Sayang sekali aku nggak tertarik menjadi jodohmu. Kalau rompi itu yang kamu mau, maka aku hanya bisa menyarankan kamu kembali ke kapalmu dan katakan ke kakakmu, bahwa aku orang yang sulit jika itu mengenai produk terbaikku,” tegas Jay.Rasanya sudah tak ada lagi yang perlu dibicarakan jika itu mengenai rompi NanoCorium-Carbophene dia. Baginya, itu adalah salah satu dari masterpiece miliknya.Kalau satu saja rompi itu jatuh ke tangan Rabbit, pasti kelompok mereka akan segera mengurai semua komponennya dan membuat tiruannya yang nyaris sama. Bahkan melebihi rompi milik Viktor.Rabbit juga menyerin
Jay mengerutkan kening dengan pandangan semakin menajam ke Rabbit. “Baguslah! Dengan begitu, aku nggak dikatakan menindas wanita.”Dia juga mulai mengerahkan energi kanuragannya sembari berdiri tak jauh dari Rabbit.“Bukankah tadi kamu ngomong kalau gender sudah hilang kalau di medan pertarungan, Jek? Jadi sekarang kamu memandang aku sebagai wanita?” Lalu Rabbit terkekeh.Hingga telapak tangan Rabbit didorong maju ke Jay dan energi angin yang tajam terarah ke Jay.“Hmph!” Jay bergegas menahan dengan perisai kanuragannya sehingga bisa meminimalkan kerusakan yang diakibatkan energi angin tadi.Namun, Rabbit belum berhenti menggempur Jay menggunakan ilmu tenaga dalamnya.“Coba ini, Jek!” Rabbit berseru.Kali ini dia mendorongkan kedua tangannya ke depan, dan Jay bisa melihat dengan mata kanuragannya bahwa ada puluhan bilah tajam dari angin energi yang ditembakkan Rabbit.“Sial!” geram Jay sambil menggerakkan tangannya membentuk lingkaran untuk menghalau.Sementara itu, di luar ruangan, s
“Jarum … penghilang energi tenaga dalam ….” Suara Jay berubah lemah ketika tubuhnya juga ikut melemah.Tidak, ini bukan sekedar penghilang energi tenaga dalam, tapi juga pelemah otot. Jay bisa merasakan itu.Dia menjadi semakin lemah dan tak bertenaga.* * *“Urgh ….” Jay menggumam pelan sambil mencoba menggerakkan tubuhnya.Dia membuka mata dengan pandangan buram. Lalu merasakan getaran lembut di bawah tubuhnya, dengan cepat menyadari bahwa dia terbaring di kasur beralaskan dipan kayu yang kokoh dan seolah bergerak bagaikan diayun-ayun sangat lembut.“Ini … laut?!” bisiknya pelan dengan mata terbelalak kaget.Saat kesadarannya perlahan pulih, Jay bisa mengenali bau asin khas laut. Suara ombak beradu dengan lambung kapal menguatkan kesadarannya, bahwa dia memang berada di sebuah kapal. “Ah, akhirnya kamu bangun juga!” Suara lembut namun penuh ironi itu menyapa dari dekat.Jay mencoba bangkit, tapi tubuhnya terasa sangat lemah. Dia memandang ke asal suara dan menemukan Rabbit berdiri
“Ah … indahnya ketika tanganku bisa menggenggam apa yang aku ingin.” desah Jay sembari menjulurkan tangan ke depan dan membuat gerakan meremas pelan penuh penghayatan.Di dalam kantor pusat Supreme NeoTech, Jay berdiri di depan jendela besar yang menghadap ke kota Jatayu. Gedung pencakar langit dan lampu-lampu kota yang berkilauan di malam hari menyimpan kisah tentang krisis yang baru saja dia ciptakan.Jay mengangkat segelas anggur merah, menatap cairan itu dengan senyum tipis."Semua berjalan sesuai rencana," gumamnya.Atin, Rabbit, Arunika, dan Restu berada di ruangan yang sama, memantau situasi terbaru melalui layar besar yang menampilkan berita dan data ekonomi.Laporan menunjukkan tingkat pengangguran melonjak tajam, sementara perusahaan-perusahaan kecil dan menengah berguguran satu per satu."Bos, perusahaan-perusahaan yang kita akuisisi dalam krisis ini tidak akan lama menjadi aset mati. Banyak yang kehilangan kepercayaan terhadap sistem," kata Restu, sedikit khawatir.Jay men
“Mereka harus diberi sedikit guncangan, agar sadar bahwa mereka bukan yang paling kuasa di dunia ini.” Jay menyeringai.Di balik layar, Jay tersenyum puas. Bersama tim keuangannya di Supreme NeoTech, dia telah menyebarkan rumor tentang kebangkrutan perusahaan-perusahaan besar.Berita palsu tentang skandal korupsi, laporan keuangan yang dimanipulasi, dan krisis manajemen membuat para investor panik.Saham dijual besar-besaran, menciptakan peluang emas bagi Jay.“Eksekusi short selling berhasil, Bos! Mereka tidak akan bisa bangkit dalam waktu dekat,” lapor Erlangga, matanya berbinar puas.Jay mengangguk. “Saat mereka sibuk menyelamatkan diri, kita akan mengambil alih satu per satu. Mulai dari perusahaan teknologi kecil, hingga pilar-pilar ekonomi kota ini.”Supreme NeoTech, dengan dana melimpah dan jaringan luas, diam-diam membeli saham perusahaan-perusahaan yang sedang bangkrut.Mereka mengambil alih aset berharga dengan harga jauh di bawah nilai pasar. Beberapa perusahaan besar sepert
“Kamu beneran Deri, kan?” tanya Jay sekali lagi sambil membuka mantel panjangnya untuk diberikan ke Erlangga yang menyertainya sebagai pengemudi.Deri mengangkat wajah kuyunya dan pandangannya bertemu dengan Jay. Dia tentu mengenali Jay sebagai mantan suami Vanya, orang yang pernah dia hina.“Kayaknya sih emang Bos Deri,” sindir halus Jay.Jay memandang Deri yang hanya berpakaian lusuh dan wajah penuh kelelahan. Tatapan mereka bertemu untuk kedua kalinya sebelum Deri menundukkan kepala lagi, tak sanggup menahan rasa malu.Sosok yang dulu begitu sombong kini berada di titik terendah dalam hidupnya, dan di hadapannya berdiri pria yang pernah dia hina tanpa ampun.“Erlangga,” Jay menoleh ke orang kepercayaannya, “ambilkan uang dari mobil.”Erlangga mengangguk tanpa kata, berjalan ke mobil dan kembali dengan segepok uang.Jay menerima uang itu dan berjalan mendekati Deri. Dia menjatuhkan uang tersebut di depan Deri tanpa nada mengejek dalam suaranya, tetapi setiap kata yang dia ucapkan ba
“Jek, kamu … ingin ikut pertarungan Pemilihan Gubernur Jatayu?” tanya Atin dengan kedua alis terangkat tinggi.Dia tidak mengira Jay akan memiliki ambisi sebagai salah satu petinggi di Jatayu. Yah, itu bukan hal yang buruk, tentu saja.Dengan Jay menjadi gubernur Jatayu, bukankah akan ada banyak hal yang lebih mudah bagi mereka di kemudian hari?“Ya, Pak. Aku berencana seperti itu.” Jay mengangguk sambil menoleh ke Atin di dekatnya. “Bagaimana menurutmu, Pak?”Setelah itu, Jay menopang dagunya menggunakan kedua punggung tangan membentuk sudut siku-siku, lalu senyum iblisnya muncul.Akan sangat menarik apabila Jay ikut terjun dalam pemilihan gubernur Jatayu kali ini. Seorang pengusaha muda yang sukses merintis karir dari nol, tentu saja akan sangat dinantikan aksinya dalam persaingan antar calon gubernur.“Aku pasti mendukung keputusanmu, Jek. Lagipula, kita akan banyak diuntungkan apabila kamu berhasil memenangkan dirimu di pemilihan gubernur Jatayu nantinya.” Atin memberikan pendapat
“Eh?!” Jay tak siap dengan kecupan Phoenix.Wanita itu bergerak sangat cepat sampai Jay tak berhasil menghindar. Ini benar-benar di luar dugaan Jay.Sedangkan Zafia di samping Jay hanya bisa membelalakkan mata selama sekian detik, tak bisa melakukan apa-apa.“Maafkan sikapku, Nyonya.” Phoenix memberikan salam soja dengan menangkupkan dua tangan di depan tubuh ke Zafia.Dia menggunakan bahasa internasional agar Zafia paham apa yang diucapkannya.Karena sudah begitu, Zafia tersenyum sambil menanggapinya menggunakan bahasa internasional juga, “Tidak mengapa, Nona Phoenix. Tak perlu meminta maaf.”Setelah itu, Jay dan rombongan kecilnya naik ke jet pribadinya. Tak berapa lama kemudian, pintu pesawat pun mulai ditutup dan bergerak di landasan pacu.“Hong’er … kamu menyukainya, bukan?” tanya Dragon di samping putrinya.Phoenix menoleh cepat ke ayahnya, cukup terkejut dengan penilaian Dragon.“Ayah, kecupan tadi itu … bukan mengenai perasaan, tapi … itu memang sudah menjadi perjanjian yang k
“Kamu dengar aku, Rabbit? Ikutlah aku ke Astronesia dan menjadi bawahanku!” ulang Jay tanpa menjeda tatapannya ke Rabbit.Mata Rabbit terus tertuju pada Jay dengan tatapan kosong. Di sanalah Jay sedang menggempur kesadaran Rabbit, mengikis logika wanita itu menggunakan sebuah ajian kuat yang dia pelajari dari Atin.Ajian yang mampu membuat orang tunduk dan takluk sepenuhnya. Ajian yang bisa mengambil alih kesadaran orang lain.“Ikut Jay … ke Astronesia … menjadi bawahan … Jay.” Setelah beberapa menit yang terasa sangat panjang bagi mereka bertiga, akhirnya muncullah ucapan tersebut dari Rabbit.Jay tersenyum, lega karena ajiannya berhasil. Tidak sia-sia dia mengorbankan energi kanuragannya sebanyak 50 persen lebih hanya untuk bisa melancarkan ajian ilusi perenggut kesadaran tersebut.Sedangkan Phoenix, dia mengerutkan kening, raut wajahnya menunjukkan ketidakpercayaan atas apa yang dia saksikan di depan mata.“Apa-apaan adikku? Kenapa dia begitu?” tanya Pheonix ke Jay.Ketika lengan J
“Membawa Rabbit ke Astronesia?” Dragon sampai menaikkan kedua alisnya tinggi-tinggi.Pria paruh baya itu tidak menyangka bahwa hal yang diminta darinya dari Jay adalah salah satu putrinya yang kebetulan sedang dihukum.“Benar, Tuan Dragon. Itu pun jika Anda berkenan.” Jay menatap lurus ke mata Dragon.Bahkan Phoenix saja sampai membelalakkan matanya ketika mendengarnya. Berani sekali Jay meminta sesuatu sejauh itu!“Tuan Jay, bukankah permintaan Anda terlalu berlebihan? Kenapa Anda menginginkan anak saya yang itu untuk Anda bawa ke negara Anda?” tanya Dragon sembari menyipitkan matanya.Nada suaranya rendah dan berat, dengan membawa sekilas raut wajah curiga.Supaya tidak menimbulkan asumsi liar dari Dragon, maka Jay lekas mengatakan alasannya. “Tuan Dragon, saya tidak bermaksud ingin menyakiti atau berbuat hal yang sekiranya berlawanan dengan norma. Saya hanya ingin menjadikan dia salah satu anak buah saya. Itu pun jika Anda memperbolehkan.”Mendengar penjelasan dari Jay, Dragon diam
“Jay!” Zafia terkejut ketika tubuhnya diangkat sang suami dan mulai direbahkan di kasur besar nan mewah di sana.Jay bergerak cekatan melucuti celana jins istrinya, beserta kain segitiga mungil berwarna putih, dan menikmati pemandangan luar biasa indah yang tergolek pasrah di atas ranjang.Mata Zafia basah dengan mulut terbuka sedikit, menimbulkan sensasi birahi tersendiri untuk Jay.“Fi … kamu keterlaluan godain aku kayak gitu.” Jay mulai mengurai semua lapisan pakaiannya sendiri dan menjatuhkan secara sembarangan di lantai.Dia sudah tak sabar ingin menjadikan Zafia miliknya, utuh dan sempurna.“Hi hi! Aku ingin belajar menggoda kamu, Jay.” Zafia tersenyum binal sambil menggigit jarinya. Mata mengerling nakal ke Jay. "Gimana? Apakah udah lulus?"Yang membuat jantung Jay serasa digedor palu Thor, ketika Zafia membuka kedua kakinya dan memperlihatkan keutuhan dari surga dunia pada Jay, meski kemudian dia merayapkan tangan untuk menutupi lembah suburnya, menaikkan rasa penasaran Jay.“
“Zafia?” Betapa terkejutnya Jay ketika mendengar nama istrinya disebutkan.Karena Dragon menghargai Jay, maka Zafia tentu saja diizinkan masuk ke ruangan.“Silakan, Nona.” Pelayan membungkuk, mempersilakan Zafia masuk.Ketika Jay melihat kedatangan istrinya yang dirindukan, dia langsung maju. “Fi ….” Kemudian dia memeluk erat Zafia.Sebenarnya Zafia sudah bersiap untuk bertempur mati-matian andaikan memang diharuskan jika dia dipersulit bertemu Jay.“Jay ….” Zafia membalas pelukan erat suaminya. Matanya terpejam dengan pelupuknya basah oleh air mata.Dia lega, sangat lega karena ternyata Jay baik-baik saja, tidak terluka ataupun tersandera.Setelah pelukan itu diurai satu sama lain, Jay memperkenalkan Zafia. “Tuan Dragon, Phoenix, perkenalkan … ini istriku, Zafia.”Ada kilat keterkejutan di mata Phoenix, meski setelah itu reda dengan cepat.“Wah, selamat datang kepada Nyonya Jay.” Dragon menyambut disertai senyuman.Atas kuasa Dragon, Jay dan Zafia diberikan kamar tamu yang layak. Bag