Seperginya Sakra, Pandya masih terduduk lesu dengan kepala menunduk ke bawah. Saat ini dia merasa jauh lebih kesal, dibandingkan saat dirinya hampir mati waktu itu.Berbeda dengan yang dulu, kini dia memiliki kesempatan untuk menyelamatkan diri. Tapi, dia sendiri tidak tahu harus mulai mencarinya darimana.Bahkan, jika dulu dia mati—tidak ada penyesalan yang dia rasakan. Sedangkan saat ini, dia memiliki banyak sekali orang yang mempercayainya dan harus dia lindungi. Dan hal itu menjadi rasa berat tersendiri, yang lebih besar untuk mati begitu saja."Apa benar tidak ada cara untukku bertahan? Aku sudah berusaha semaksimal mungkin, apakah ini akhir dari usahaku?" tanya Pandya pada angin. kosong dihadapannya.Dia mengembalikan batu Ratnaraj yang sejak tadi di pegang ke dalam kotaknya. Namun, karena tangannya yang saat ini sedang tidak bertenaga, kotak itu tergelincir dari tangannya dan terjatuh dan menghantam lantai batu di ruang pelatihan itu.PRAAAAK!Pandya terkejut untuk beberapa saa
'Bukankah ini jalan pintas murid untuk menjadi pemimpin?!' teriak Sakra antusias."Kau benar! Dengan kekuatan sebesar itu, aku akan bisa menggegerkan seluruh padepokan. Tapi, untuk kekuasaan instan seperti itu pasti tidak akan bertahan lama!" Jelas Pandya mencoba mengatakan pemikirannya.'Lalu,apa yang akan kau lakukan dengan kekuatan itu?!' tanya Sakra penasaran.Pandya tampak berpikir dengan serius. Dahinya berkerut sambil mengamati batu Ratnaraj kembali.Sebenarnya ucapan Sakra tadi sangat menggiurkan bagi Pandya. Apalagi, tujuan utamanya masuk ke akademi adalah untuk menghapusnya aturan yang sewenang-wenang selama ini. Tapi, jika dia bertindak gegabah tanpa mempertimbangkan keadaan setelahnya, pasti akan menjadi bumerang untuk diri sendiri nantinya."Sebenarnya, apa leluhurku pernah mendengar tentang ramalan atau hal semacamnya?" tanya Pandya yang sangat penasaran sejak tadi.'Apa maksudmu?!" Sakra balik bertanya karena bingung dengan pertanyaan Pandya yang tiba-tiba melenceng."S
'Bukankah aku yang seharusnya menanyakan hal itu padamu?! Tapi, tanpa perlu menanyakannya aku yakin kau sudah pasti siap!' jawab Sakra percaya diri."Kau benar! Aku bahkan sudah tidak sabar untuk melihat dan merasakan kekuatan dari batu itu" sahut Pandya bersemangat.Pandya mulai meletakkan telapak tangannya ke atas batu Ratnaraj secara perlahan. Setelah seluruh batu masuk ke dalam genggamannya, dia mulai memusatkan tenaga dalam miliknya dan mengalirkannya ke dalam batu itu.ZHIIING!Cahaya dari batu yang terlihat terang di sekitarnya, kini semakin menyebar hingga seluruh ruang terlihat sangat menyilaukan mata. Pandya berusaha untuk tetap mengatur tenaga dalam miliknya hingga kunci di batu itu terbuka.WHUUUSH!CTAAAK!BRAAAK!Suara energi yang berhembus akibat tekanan besar tenaga dalam yang saling beradu, membuat benda-benda di sekelilingnya terbang secara tidak beraturan. Pandya sendiri cukup khawatir jika sewaktu-waktu ada benda yang datang ke arahnya. Karena saat ini Pandya sedan
Cahaya yang membutakan mata perlahan mulai memudar. Baru saja Pandya merasa lega, tapi dia malah terlihat terkejut dan bingung dibanding sebelumnya.Kini bukan hanya cahaya yang terlihat, tapi seluruh ruang terlihat berwarna putih. Tanpa ada satupun benda atau seseorang yang terlihat."SAKRA!" teriak Pandya sambil mencari keberadaannya yang tidak terlihat.Tidak ada sahutan, dia hanya seorang diri di tempat itu. Bahkan, suaranya hanya menggema dan terpantul kembali.Pandya benar-benar tidak paham dengan kondisi saat ini, dan tempat apa yang kini dilihatnya. Padahal, terakhir yang dia ingat hanyalah cahaya terang yang menyilaukan matanya.Dia berusaha menelusuri tempat itu, walaupun dia tidak tau arah mana yang dia tuju. Semua hanya terlihat putih, hingga sulit membedakan antara depan, belakang maupun atas dan bawah."Sebenarnya tempat apa ini, aku yakin sebelumnya aku masih berada di ruang pelatihan! Tapi, kenapa tiba-tiba aku berada di tempat seperti ini?!" teriak Pandya frustasi pa
Dalam keheningan ruang pelatihan, Pandya duduk bersila di salah satu sudut ruangan. Batu Ratnaraj yangcahanyanya hilang setelah kekuatannya sudah diserap, kini dia letakkan di hadapannya.Pandya memejamkan matanya, mengatur nafasnya, dan mulai merasakan aliran kekuatan yang mengalir di dalam dirinya. Pandya bisa merasakan kekuatan yang begitu besar, hampir luar biasa, mengalir ke dalam dirinya.Dia merasakan panas seperti api yang membara di dalam tubuhnya, mengalir melalui pembuluh darahnya, dan mengisi setiap serat ototnya. Dia tidak lagi hanya merasa kekuatan mengalir di tubuhnya, tetapi sebagai pemilik sejati kekuatan yang begitu luar biasa.Setelah merasakan kekuatannya, Pandya langsung memasang kuda-kuda miliknya dan bersiap untuk melepaskan tenaga dalam dengan kekuatan penuh. Sedangkan Sakra tampak sangat bersemangat, terlihat dari tubuh pedangnya yang bergoyang-goyang kecil saat melihat Pandya yang mulai bersiap dengan kekuatannya.SHIIIIING!Tenaga dalam dengan aura yang penu
TOK TOK TOKPandya langsung mengetuk pintu ruang kerja Akandra setelah tiba. Namun, setelah beberapa kali percobaan, tetap tidak ada sahutan dari arah dalam.Dan setelah yakin jika tidak ada orang di dalam, Pandya berniat meninggalkan tempat itu. Tapi, langkahnya langsung terhenti, saat berpapasan dengan Tuan Agha yang menatapnya dengan tajam."Apa kau mencari Akandra? Jika benar, kau bisa menemuinya di gubuk kecil di hutan gunung belakang akademi. Dia sering menghabiskan waktu di tempat itu." Agha langsung memberitahu tanpa menunggu jawaban Pandya."Terimakasih atas informasinya Tuan Agha," ucap Pandya sambil menundukkan kepala."Lebih baik kau cepat, sebelum aku berubah pikiran dan memberitahu penjaga kau berkeliaran tengah malam seperti ini!" sahut Agha dengan suara tegas.Setelah membungkukkan badan, Pandya langsung meninggalkan tempat itu dengan ilmu meringankan tubuh miliknya. Dia langsung menuju gerbang belakang akademi untuk masuk ke dalam hutan.Pandya menggunakan seluruh in
Paginya, seperti biasa, Pandya ikut sarapan di area dapur bersama murid-murid lain. Dia mendapatkan tatapan khawatir dari para pengikutnya, saat melihat wajah Pandya yang tampak kelelahan. Walaupun, mereka semua tidak ada yang tahu apa yang dilakukan Pandya semalaman.Pandya hanya tersenyum menanggapi tatapan khawatir itu, walaupun dia tahu hal itu tidak akan membuat para pengikutnya tenang. Namun, Pandya mencoba untuk bersikap seperti biasanya.Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling, semua murid tampak menunggu makanan dihidangkan sembari tersenyum dan berbicara dengan antusias dengan teman di sebelahnya. Namun, tatapannya terhenti saat melihat Prama yang duduk berseberangan dan cukup jauh dengan Pandya. Pandya menyadari jika tatapan Prama sedang mengarah tajam padanya, seperti menunggu dengan gelisah dan sedikit kesal."Sial, pilnya sama sekali belum bereaksi terhadap Pandya," dengus Prama di dalam hati kesal, melihat Prama dalam keadaan baik-baik saja. "Ada apa Pangeran? Kenapa P
"Mungkin aku akan berlatih bersama kalian hingga makan malam, setelah itu aku harus segera menyingkirkan pil itu dari tubuhku. Kalian hanya perlu untuk fokus berlatih karena ujian tinggal sebentar lagi!" ucap Pandya memberi perintah."Baik, Pangeran!" jawab seluruh pengikutnya secara serentak.Mereka kembali ke ruang pelatihan masing-masing, dan mulai melatih strategi agar dapat lolos di ujian tahap 3 nanti. Dengan waktu yang mereka miliki sudah tidak banyak, mereka semua melakukan pelatihan kelompok itu dengan sungguh-sungguh.Pandya hanya bisa membantu dengan memberikan semua kitab jurus yang dia miliki, agar dapat mereka semua pelajari dan menambah kemampuan. Karena, di dalam pertarungan kemampuan apapun akan sangat berguna, apalagi jika seseorang dapat menguasai banyak jurus dan kemampuan sekaligus.Pandya sendiri sudah menyusun strategi sejak lama, karena dia memang sejak awal sudah mengetahui dasar kemampuan dari masing-masing anggota kelompoknya. Jadi, dengan perkembangan kem
Ribuan aura berbentuk pedang itu langsung berjatuhan, dan menancap di tubuh semua pasukan beserta Tuan Huda. Tidak ada satu orangpun yang selamat dari pedang-pedang itu.Tuan Urdha yang melihat sang anak, merasa sangat bangga dengan kemampuan yang berhasil dicapainya. Dan dirinya menjadi paham, dengan alasan Pandya memintanya membuat perisai untuk dirinya beserta anak-anak dan para istrinya.Dan bertepatan saat Pandya mengeluarkan jurus itu, para saudaranya telah sadarkan diri setelah dibuat tidak sadarkan diri oleh sang ayah. Dan saat mereka melihat apa yang dilakukan oleh Pandya, mereka semua terdiam takjub dengan apa yang terlihat di depan mata.Tibra pun dalam hati akhirnya mengakui kekuatan Pandya dan kekalahannya. Seberapa keras dirinya berlatih selama ini, dan seberapa besar tuntutan yang harus diembannya, tidak membuat kekuatannya bisa bersaing dengan Pandya.Tibra beserta keempat saudara Pandya yang lain, hanya korban dari keegoisan dan keserakahan para orang-orang tua di seki
Setelah berteriak dengan lantang, Tuan Huda semakin menggencarkan serangannya. Dia bahkan sudah merencanakan serangan, dengan bekerja sama dengan para pasukannya untuk membuat sebuah pola sihir tanpa disadari oleh Pandya.Pandya terus terdorong walaupun tanpa terluka, mengingat jumlah orang yang menyerangnya secara bersamaan bukan hanya puluhan orang—tapi bahkan ratusan orang. Puluhan orang berterbangan setelah satu serangan yang Pandya lakukan, namun puluhan lainnya ganti menyerangnya lagi. Dan itu terus berlanjut, karena sejak awal Tuan Huda merencanakan penyerangan saat Pandya sudah dalam keadaan kelelahan.Apalagi, saat ini tidak ada satu orang pun yang menolong Pandya. Sebenarnya Tuan Urdha yang masih ada di tempat itu berencana untuk keluar dari perisai yang dibuatnya, namun pikirannya itu langsung dihentikan oleh Pandya.‘Aku masih merasa aneh dengan keadaan ini!’ ucap Sakra dalam pikiran Pandya.‘Bukankah dengan ini kita jadi lebih bisa menyatu?!’ sahut Pandya dengan seringa
SRIIING!Sebuah sihir kutukan yang ditujukan pada Pandya, berhasil ditangkis dengan perisai sihir yang dibuat oleh Sakra. Pandya yang melihat itu cukup terkejut, karena sejak tadi dirinya tidak melihat Sakra sama sekali dan tiba-tiba saja muncul dihadapannya.‘Sakra! Darimana saja kau?!’ tanya Pandya bersemangat dalam hati.‘Entahlah, sesuatu terjadi padaku. Tapi, aku sama sekali tidak ingat apa yang terjadi!’ sahut Sakra dengan suara lirih.Pandya menatap pedang Sakra sekilas, sebelum dirinya kembali disibukkan dengan serangan-serangan yang semakin menjadi. Para pendekar, tetua dan bahkan pemimpin dari lima Ajaran menyerbu mereka secara bersamaan.WHUUUUSH!ZHIIIING!BLAAAAR!Pandya dan seluruh pengikutnya semakin terdorong, walaupun Tuan Agha sudah membantu sebagai perisai utama. Namun, dengan kekuatan dan jumlah yang dimiliki musuh jauh lebih banyak dibandingkan jumlah pengikut yang Tuan Urdha dan Pandya miliki. Belum lagi aliansi yang dimiliki saudara-saudaranya yang sudah memilik
“Apa maksud, Pemimpin?!” tanya Tibra terkejut dengan ucapan Tuan Urdha.“Kau sama sekali tidak memperdulikan aku, tapi kau bersikap seolah ingin melindungiku! Apa kau pikir karena aku sudah tua jadi bisa kau bodohi?!” teriak Tuan Urdha yang terlihat kehabisan kesabarannya.Semua terdiam. Tidak ada yang berani menjawab, karena ruangan itu kini penuh sesak dengan tenaga dalam yang luar biasa besar yang dikeluarkan oleh Tuan Urdha. Namun, seperti ada isyarat khusus yang dimiliki oleh Tibra, para tetua yang berada di luar ruangan masuk secara bersamaan sambil menekan tenaga dalam yang besar itu.“Apa yang kalian lakukan?!” teriak Tuan Huda marah, sambil melototkan mata tajam ke arah para tetua.“Maafkan kami, Pemimpin! Tapi, kami setuju dengan ucapan Pangeran Tibra! Jika perkamen itu tersebar, maka akan sangat banyak pemberontakan yang akan terjadi!” jawab salah satu tetua dengan kemampuan yang cukup hebat diantara yang lainnya.“Bukankah pemberontakan ini kalian yang buat?! Aku tidak mel
“Mereka membuat kesepakatan berlainan dari yang aku ajukan. Tapi, mereka berjanji untuk memberikan balasan yang setimpal dari perkamen itu,” jawab Tuan Huda sambil was-was dengan reaksi yang akan diberikan oleh Pandya.“Jadi, maksudmu mereka saat ini mulai mencoba mengambil alih kepemimpinan secara paksa?!” Pandya mulai meninggikan suara, sambil menahan amarahnya.“Bukan hanya padepokan, sanggar Klan milikmu juga mereka datangi saat mereka tahu kau sedang tidak ada di tempat!” tambah Tuan Huda yang membuat Pandya langsung membuka sub ruang yang dibuatnya, dan berlari meninggalkan ruangan itu dengan tergesa.Setelah mendapatkan seluruh senjatanya termasuk pedang Sakra, Pandya langsung menggunakan jurus meringankan tubuh miliknya dan melesat meninggalkan Padepokan Janardana dalam sekejap.WHUUUSH!Sakra yang langsung tahu apa yang terjadi dari pikiran Pandya, ikut merasakan amarah yang tidak jauh berbeda. Begitu pula Akandra, yang sejak tadi masih menunggu mereka di luar gerbang Padepok
“Aku yakin kau akan menggunakan ini untuk membuat kesepakatan dengan para saudaraku. Apa aku salah?!” tanya Pandya dengan santai.Tuan Huda tidak langsung menjawab. Dia cukup terkejut, karena tidak mengira jika pemimpin Padepokan Nagendra memberitahukan aibnya sendiri kepada seseorang.“Hahaha…, ternyata kau cukup cerdik, Nak! Tapi, kalau kau mengetahuinya, apa kau memiliki tawaran yang lebih baik untukku?!” tanya Tuan Huda setelah kembali tertawa untuk menutupi rasa terkejutnya.Bukannya menjawab, Pandya kembali menggulung perkamen yang dibukanya tadi. Setelah memasukkan perkamen itu kembali ke balik jubahnya, dia mengeluarkan sebuah perkamen yang lain.“Sayangnya aku tidak memerlukan tawaran yang lebih baik, karena kau akan membantuku tanpa tawaran apapun!” jawab Pandya santai sambil memperlihatkan perkamen yang baru.Tuan Huda mengernyitkan dahinya, kemudian membaca isi perkamen yang baru saja dibuka oleh Pandya. Dan rasa terkejutnya semakin besar, saat melihat isi perkamen itu.“Ka
“Aaarrghhh! Kenapa kau memukulku Sakra!” teriak Pandya setelah mengerang cukup keras.PLAK! PLAK! PLAK!Bukannya menjawab, Sakra kembali memukuli Pandya namun dengan lebih pelan dibandingkan pukulan pertama. Sedangkan Akandra yang melihat itu, hanya tersenyum tipis dengan tatapan hangat.“Aku kira kau akan mati begitu saja! Kenapa kau mengabaikan retakan itu?!” teriak Sakra setelah puas memukuli Pandya.“Aku tidak akan mati semudah itu!” jawab Pandya sambil kembali menyeringai dengan memperlihatkan deretan giginya.“Kau tahu, tubuhmu sudah hampir meledak! Mungkin, jika terlambat sedikit lagi kau akan menjadi arang!” teriak Sakra yang kembali kesal karena jawaban Pandya yang begitu santaiPandya hanya terkekeh kecil, saat melihat reaksi Sakra yang seperti cacing kepanasan. Namun, tidak lama sudut matanya akhirnya menyadari kehadiran seseorang diantara mereka.Akandra yang menatap mereka sejak tadi, masih tersenyum penuh arti kearah Pandya yang akhirnya menyadari keberadaannya. Pandya
Akandra langsung menghampiri tubuh Pandya yang tergeletak, tanpa menyadari sebuah pedang sedang melayang di hadapannya. Sambil membangunkan sebagian tubuh Pandya dan menyandarkannya di bahunya, Akandra mencoba memeriksa tubuh Pandya dengan tenaga dalamnya.“Sebenarnya apa yang terjadi, Pandya?! Kenapa tenaga dalammu berantakan seperti ini?!” tanya Akandra tanpa berharap mendapat balasan.“Sepertinya, itu karena efek tenaga dari Batu Ratnaraj yang disegel dalam tubuhnya retak!” sahut Sakra yang membuat Akandra terkejut, dan tanpa sadar menarik tubuh Pandya menjauh.“Ba–bagaimana pe–pedang bisa berbicara?!” teriak Akandra terbata dengan suara tercekat.Akandra berusaha untuk meyakinkan diri jika pendengarannya tadi tidaklah salah, dengan mengorek telinganya. Dirinya juga mengucek matanya, untuk memastikan apa yang dilihatnya bukan hanya halusinasinya saja.“Akulah yang mengirimkan pola sihir pelacak itu padamu!” ucap Sakra kesal karena melihat reaksi Akandra yang seperti melihat hantu.
Sakra mencoba memasukkan energinya untuk membantu Pandya, namun sayangnya semua usahanya tidak membuahkan hasil. Pandya benar-benar sudah tidak sadarkan diri, dengan suhu tubuh yang semakin panas.PLAK! PLAK!Pandya mencoba menampar pipi Pandya dengan badan pedangnya, sambil memanggil-manggil Pandya dengan suara lantang. Namun, Pandya sama sekali tidak memberikan respon.“Apa yang harus aku lakukan?! Bahkan, tidak ada yang mengetahui posisi kami saat ini?” ucap Sakra pada diri sendiri, karena panik dengan kondisi Pandya yang semakin memburuk.ZHIIING!Sakra mencoba memasukkan energinya kembali, sembari mencari penyebab utama kondisi Pandya seperti itu. Dan saat energinya mencapai pusat tubuh Pandya, Sakra menemukan celah di dalam energi Batu Ratnaraj yang di segel sebelumnya.‘Mungkinkah retakan itu muncul saat Pandya tidak sadarkan diri dan muncul cahaya pada tubuhnya?!” pikir Sakra sambil memikirkan cara agar bisa menyelamatkan Pandya.Saat dirinya hendak kembali memukuli Pandya agar