TOK TOK TOKPandya langsung mengetuk pintu ruang kerja Akandra setelah tiba. Namun, setelah beberapa kali percobaan, tetap tidak ada sahutan dari arah dalam.Dan setelah yakin jika tidak ada orang di dalam, Pandya berniat meninggalkan tempat itu. Tapi, langkahnya langsung terhenti, saat berpapasan dengan Tuan Agha yang menatapnya dengan tajam."Apa kau mencari Akandra? Jika benar, kau bisa menemuinya di gubuk kecil di hutan gunung belakang akademi. Dia sering menghabiskan waktu di tempat itu." Agha langsung memberitahu tanpa menunggu jawaban Pandya."Terimakasih atas informasinya Tuan Agha," ucap Pandya sambil menundukkan kepala."Lebih baik kau cepat, sebelum aku berubah pikiran dan memberitahu penjaga kau berkeliaran tengah malam seperti ini!" sahut Agha dengan suara tegas.Setelah membungkukkan badan, Pandya langsung meninggalkan tempat itu dengan ilmu meringankan tubuh miliknya. Dia langsung menuju gerbang belakang akademi untuk masuk ke dalam hutan.Pandya menggunakan seluruh in
Paginya, seperti biasa, Pandya ikut sarapan di area dapur bersama murid-murid lain. Dia mendapatkan tatapan khawatir dari para pengikutnya, saat melihat wajah Pandya yang tampak kelelahan. Walaupun, mereka semua tidak ada yang tahu apa yang dilakukan Pandya semalaman.Pandya hanya tersenyum menanggapi tatapan khawatir itu, walaupun dia tahu hal itu tidak akan membuat para pengikutnya tenang. Namun, Pandya mencoba untuk bersikap seperti biasanya.Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling, semua murid tampak menunggu makanan dihidangkan sembari tersenyum dan berbicara dengan antusias dengan teman di sebelahnya. Namun, tatapannya terhenti saat melihat Prama yang duduk berseberangan dan cukup jauh dengan Pandya. Pandya menyadari jika tatapan Prama sedang mengarah tajam padanya, seperti menunggu dengan gelisah dan sedikit kesal."Sial, pilnya sama sekali belum bereaksi terhadap Pandya," dengus Prama di dalam hati kesal, melihat Prama dalam keadaan baik-baik saja. "Ada apa Pangeran? Kenapa P
"Mungkin aku akan berlatih bersama kalian hingga makan malam, setelah itu aku harus segera menyingkirkan pil itu dari tubuhku. Kalian hanya perlu untuk fokus berlatih karena ujian tinggal sebentar lagi!" ucap Pandya memberi perintah."Baik, Pangeran!" jawab seluruh pengikutnya secara serentak.Mereka kembali ke ruang pelatihan masing-masing, dan mulai melatih strategi agar dapat lolos di ujian tahap 3 nanti. Dengan waktu yang mereka miliki sudah tidak banyak, mereka semua melakukan pelatihan kelompok itu dengan sungguh-sungguh.Pandya hanya bisa membantu dengan memberikan semua kitab jurus yang dia miliki, agar dapat mereka semua pelajari dan menambah kemampuan. Karena, di dalam pertarungan kemampuan apapun akan sangat berguna, apalagi jika seseorang dapat menguasai banyak jurus dan kemampuan sekaligus.Pandya sendiri sudah menyusun strategi sejak lama, karena dia memang sejak awal sudah mengetahui dasar kemampuan dari masing-masing anggota kelompoknya. Jadi, dengan perkembangan kem
"Tahanlah sebentar lagi!" teriak Sakra yang sudah mulai merasakan pil itu akan segera keluar.Pandya membuka mulutnya, dan Pil Pembalik akhirnya keluar dari mulutnya. Pil itu diangkat oleh cahaya merah yang keluar dari mulut Pandya. Dan seketika tubuh Pandya ambruk karena lemas."Kita berhasil, Sakra!" ucap Pandya lirih sambil tersenyum tipis—di sisa-sisa tenaganya."Syukurlah! Aku benar-benar lega setelah ini semua berakhir!" ucap Sakra terengah-engah."Aku tidak akan melupakan perbuatan Prama kali ini! Aku harus membuatnya paham dengan siapa dia berhadapan sekarang!" ucap Pandya masih terdengar lemah namun bertekad.Setelah beberapa saat Pandya mengistirahatkan tubuhnya, dia kembali bangun untuk kembali duduk bersila. Pil Pembalik yang keluar dari tubuhnya, masih melayang dengan berselimut cahaya merah tadi.Pandya mengeluarkan nafas panjang lega saat dia memegang pil itu di tangannya. Ini adalah saat yang dia tunggu-tunggu. Pil Pembalik, senjata mematikan yang tidak terdeteksi oleh
Dengan ekspresi wajah yang begitu keras dan penuh kekecewaan, Prama melangkah dengan langkah berat menuju ruang rahasia milik Tuan Datta. Ia telah bersusah payah merancang rencana untuk memasukkan Pil Pembalik ke dalam tubuh Pandya, rencana yang seharusnya sukses besar, tetapi kini semuanya telah berubah menjadi kegagalan yang sangat menjengkelkan untuknya.Tanpa mencoba mengetuk, Prama langsung masuk ke dalam ruangan Tuan Datta begitu saja. Untungnya, Tuan Datta berada di dalam ruangan—dan sedang membaca sebuah buku. "Kenapa kau kelihatan sangat marah, Prama? Apa yang telah terjadi?" tanya Tuan Datta dengan nada yang tenang, meskipun tampak sedikit terkejut oleh ekspresi Prama.Prama menarik nafas dalam-dalam dan mencoba untuk meredakan emosinya sejenak sebelum akhirnya berkata, "Rencana kita gagal, Tuan Datta. Saya telah mencoba untuk memasukkan Pil Pembalik ke dalam tubuh Pandya, seperti yang telah direncanakan. Namun, tampaknya ia mampu mengeluarkannya kembali dengan mudah!" je
Di salah satu ruangan di gedung utama padepokan, tampak dua orang sedang berdiskusi membahas sesuatu yang serius. Dari wajah mereka yang tegang, membuat siapapun tahu jika apa yang mereka sedang mereka bicarakan merupakan sesuatu yang sensitif."Jadi, kau sudah tahu terlebih dahulu sebelum berita itu menyebar?!" tanya Agha dengan rahang yang mengeras."Aku mendengarnya secara langsung dari Pandya. Awalnya, aku sedikit meragukan hal itu, tapi keponakanku itu memiliki banyak hal yang mengejutkan. Membuatku kini mempercayai apapun yang dia katakan," terang Akandra sambil menghela napas kasar.Agha mengangguk-anggukkan kepalanya tanda setuju. Sejak awal, memang kedatangan Pandya sudah membuat akademi yang tenang menjadi gempar dalam sekejap. Jadi, dia paham dengan apa yang Akandra pikirkan tentang keponakannya itu."Lalu, kau sudah tahu siapa dalang dari perbuatan itu? Apa yang para murid bicarakan benar?"tanya Agha memastikan dengan tatapan ragu."Dalang utama memang Pangeran Prama, tapi
Tinggal 3 hari sebelum ujian tahap 3 dimulai. Pandya yang sudah sejak seminggu melatih strategi kelompoknya, mulai merasakan perubahan yang cukup menjanjikan. Sedangkan untuk kelompok lain di bawah naungannya, sudah dia berikan arahan untuk cara pelatihan dan strategi menyesuaikan kekuatan dan kemampuan masing-masing anggotanya.Pandya menyemangati anggotanya di tengah-tengah pelatihan, dengan tatapan tajam dan wibawa yang memenuhi ruangan. "Kekuatan kalian sudah cukup banyak berkembang. Dan kemampuan kalian jauh meningkat dibanding sebelumnya! Waktu terus berjalan dan ujian kita semakin mendekat. Kita harus memastikan bahwa kita siap untuk menghadapinya! Kita telah bekerja keras selama dua bulan terakhir ini, dan sekarang saatnya untuk menunjukkan hasil kerja keras kita!""Baik, Pangeran!" teriak semua anggotanya serentak.Pandya melanjutkan, "Karena kalian semua sudah memahami teknik sebelumnya, dan sudah melebihi harapanku. Setelah ini kita akan mempelajari teknik terakhir, sebag
Kelompok Tibra siap untuk melangkah maju, dan menaiki area pertarungan dalam ujian tahap tiga. Mereka merasa sangat percaya diri, dan dengan alasan yang jelas. Kelompok ini terdiri dari para pendekar yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Mereka sudah mempelajari tenaga dalam dan ilmu bela diri sejak kecil, jadi kemampuan masing-masing dari mereka tidak perlu diragukan lagi.Hari ini, mereka akan menghadapi guru bernama Giatra, yang dikenal sebagai salah satu guru dengan kemampuan tingkat tinggi yang memiliki kemampuan yang diakui."Kalian semua lihatlah! Perhatikan baik-baik karena pertarungan ini akan sangat menarik!" ucap Tibra percaya diri sambil menyeringai kepada murid-muridnya yang lain.Walaupun akan banyak murid yang tidak suka dengan ucapannya barusan, tapi nyatanya kesombongan Tibra didukung dengan kemampuannya yang cukup luar biasa. Jadi, tidak akan ada satupun murid yang akan mempermasalahkan bagaimanapun sikap Tibra.. "Baiklah, kita akan mulai ujian tahap 3 dengan