Semua pengikut Pandya mulai berpikir untuk menemukan ide untuk memenangkan tantangan yang diberikan oleh Pandya. Dengan seringaian di wajahnya, Chandra terlihat sangat percaya diri dengan ide yang sudah terpikirkan olehnya."Sepertinya aku sudah dapat ide, tentang apa yang akan membuat pangeran Pandya terkesan!" seru Chandra bersemangat."Apa itu?" tanya Inaya penasaran."Aku hanya akan memperlihatkan kelebihanku dalam hal kecepatan. Bagaimana denganmu?" Chandra balik bertanya."Entahlah, aku belum memiliki ide sama sekali. Aku merasa jika kemampuanku tidak terlalu menonjol untuk bisa diperlihatkan pada Pangeran." Inaya menjawab dengan pesimis."Pikirkanlah secara perlahan! Kita punya kelebihan masing-masing, jadi tunjukkanlah hal yang membuatmu percaya diri!" ucap Raka menyela pembicaraan mereka.Inaya cukup terkejut dengan ucapan Raka yang tiba-tiba. Tapi, akhirnya dia menganggukkan kepala setuju dengan ucapan Raka barusan."Apa kau sudah menemukan ide?" tanya Inaya yang penasaran."
Semua pengikut Pandya sudah mempersiapkan diri, setelah satu jam waktu persiapan yang diberikan oleh Pandya. Sedangkan Pandya yang menepati janjinya, dia kembali tepat satu jam untuk melihat kebolehan mereka masing-masing."Apa kalian sudah mempersiapkan sesuatu yang akan membuatku terkesan?" tanya Pandya memulai pembicaraan."Tentu, Pangeran!" Jawab Dipta sambil tersenyum lebar."Aku telah memikirkan dengan matang dan berlatih apa yang akan aku tampilan untuk membuat pangeran Pandya terkesan!" ucap Chandra ikut menyahut."Tidak aku sangka kalian sangat bersemangat seperti ini! Kalau begitu lebih baik kita segera mulai!" putus Pandya memulai tantangannya.Pandya mengeluarkan kotak kecil, berisi Pil Cakra dari balik pakaiannya. Dia sengaja membuka kotak itu, agar pil yang ada di dalamnya terlihat.Hal itu dia lakukan untuk memberi semangat pada para pengikutnya, agar mereka benar-benar mengeluarkan kemampuan mereka sepenuhnya. Apalagi, para pengikutnya pasti tahu jika akan sangat sulit
Chandra menelan ludah dengan kasar, pasalnya dia berencana untuk maju setelah ini. Tapi, setelah mendengar ucapan Pandya, dia menjadi tidak percaya diri lagi."Apa kalian takut? Apa nyali kalian hilang setelah mendengar ucapanmu barisan?!" tanya Pandya tepat sasaran.Tidak ada yang berani menjawab, karena nyatanya kepercayaan diri mereka semua langsung sirna. Namun, pasti jawaban mereka bukanlah yang diharapkan oleh Pandya, karena seorang pemimpin pasti berharap anggotanya memiliki mental yang kuat.Pandya menyeringai, "Tentu saja kalian harus takut! Apa lagi kemampuanku yang kalian lihat!" lanjut Pandya sambil terkekeh.Semua pengikutnya saling pandang, mereka bingung dengan apa yang dimaksud oleh Pandya. Mereka lebih bingung lagi dengan alasan Pandya tertawa, padahal suasana saat ini tidak ada yang terasa lucu sama sekali."Apa maksud Pangeran?" tanya Faruq memberanikan diri."Kalian harus takut, rasa takut itu nantinya akan menjadi tolak ukur kemampuan kalian! Kini tinggal kalian i
"Benar, Pangeran! Selain ramuan tadi, saya juga melatih tubuh saya. Karena, jika hanya mengandalkan ramuan, kekuatan serangan tidak akan maksimal." Raka menjawab sekaligus menjelaskan.Sikap Pandya sama persis seperti sebelumnya, dia menganggukkan kepala tanda mengerti dan meminta Raka untuk mundur. Dia berusaha tidak memperlihatkan ketertarikannya untuk saat ini, karena masih belum semua pengikutnya memperlihatkan kemampuan mereka.'Apa kau lihat kemampuan mereka?' tanya Pandya pada Sakra yang tidak mengajaknya bicara sejak tadi.'Tentu, apa kau pikir aku hanya tidur saja sejak tadi?!' jawab Sakra kesal karena Pandya baru mengajaknya bicara.'Maafkan aku, aku terlalu fokus melihat pertunjukan dari mereka. Apa ada yang membuatmu tertarik?' rayu Pandya sambil mengalihkan pembicaraan.Sakra terdiam, dia keluar dari sarung pedangnya sambil mendekat ke arah tubuh Raka. Sedangkan Pandya yang melihat perbuatan Sakra, hanya menyunggingkan sebuah senyuman dalam hati.'Kau pasti bisa menduga a
Tidak terasa waktu berjalan dengan sangat cepat. Tantangan yang dibuat oleh Pandya berakhir saat jam makan malam hampir tiba. Mereka bergegas menuju asrama masing-masing untuk sekedar membersihkan badan, sebelumnya aba-aba makan malam terdengar.Mereka semua berjalan beriringan sambil bercanda gurau di jalan menuju asrama. Dan menjadi pusat gurauan tentu saja Inaya yang berhasil memenangkan tantangan yang dibuat oleh Pandya.Inaya yang mudah kesal, membuat murid lain semakin bersemangat untuk menggodanya."Arrrgh…, sepertinya wajahku menua! Air dalam tubuhku semakin tersedot!" ucap Raka sambil memegangi wajahnya berpura-pura ketakutan."Inaya pasti kau kan yang menyedot air di dalam tubuh Raka?!" tanya Rajendra mendukung akting Raka."Huh! Wajahmu tanpa harus aku ambil airnya, sudah berkerut dari sananya!" dengusan Inaya sambil membalas gurauan Raka."Hahahaha…" semua tertawa secara serentak mendengar jawaban Inaya.Namun gurauan-gurauan yang lain terus bergantian, yang diselingi tawa
Suara di sekitar area ruang pelatihan terdengar lebih tenang dibanding biasanya. Walaupun suara setiap ruangan sudah dilindungi dengan sihir, tapi suara pintu yang terbuka dan tertutup tetap terdengar dan biasanya hal itu membuat suara yang cukup nyaring. Sangat berbeda dengan saat ini, yang tidak terdengar suara pintu terbuka maupun tertutup satupun.Saat Pandya memasuki ruang pelatihan, seluruh pengikutnya sudah menunggu untuk mendengarkan arahan terakhirnya sebelum dia melakukan pelatihan tertutup. Di wajah mereka terlihat jelas jika mereka memberi semangat kepada Pandya, walaupun ada rasa sedikit kesedihan karena akan kembali ditinggal sosok pemimpin untuk sementara. Tapi, mereka menutupi perasaan itu dengan cukup baik."Apa kalian sudah memahami arahanku sebelumnya?" tanya Pandya yang sudah berdiri dihadapan para pengikutnya.Sebelumnya Pandya sudah berpamitan dan memberi arahan kepada para pengikutnya, karena dia akan kembali menjalani pelatihan tertutup. Dia tidak memberitahuka
BAAAATS!Satu gerakan yang sangat tegas, dengan digabung dengan kuda-kuda di tahap awal membuatnya semakin kuat. Bahkan, dengan usaha yang tidak terlalu besar, bisa membuat gerakan yang menimbulkan getaran yang terasa hingga jarak jauh sekalipun.Pandya sudah mengulang semua gerakan itu hingga ratusan kali. Dan setiap dia mengulanginya, dia merasakan perubahan yang menjadikan gerakannya semakin sempurna."Otot-otot di sekujur tubuhku seperti menjerit karena mencapai batas, tapi aku masih ingin mengulanginya beberapa kali lagi!" ucap Pandya dengan peluh keringat membanjiri sekujur tubuhnya.'Waktumu masih panjang, tidak ada salahnya kau mengistirahatkan semua ototmu dulu. Lagipula, kenapa kau tampak begitu tergesa-gesa?' tanya Sakra yang heran dengan sikap Pandya."Entahlah, aku hanya merasa khawatir tentang segalanya. Menyibukkan diriku dengan pelatihan ini, bisa membuatku sedikit melupakan semuanya." Pandya menggeletakkan tubuhnya sambil terlentang menghadap atap ruang pelatihan.Sak
Ratusan tahun yang lalu, sosok Tuan Catra Arkantama sangat terkenal dengan julukan pendekar nomor satu yang dimilikinya. Dengan pedang Sahasra Kaditula sebagai simbol kekuatan, dia menumbangkan semua musuh-musuhnya dengan percaya diri.Dan hal itu pula yang membuat kebencian dari pemilik kekuatan besar yang lain menjadi semakin berkobar. Bahkan dari klan, aliansi serta ajaran dari berbagai padepokan, menggabungkan kekuatan mereka untuk menjatuhkannya serta merubuhkan julukan yang dimilikinya. Diawali dengan teror pembunuh bayaran, kemudian sayembara hingga penyanderaan anggota keluarganya. Namun, Tuan Catra tetap berdiri tegak dan kokoh tanpa ada yang bisa menumbangkannya.Hingga di umurnya yang hampir menginjak seratus tahun, tubuhnya tidak tergerus oleh waktu. Tapi sayangnya, usia manusia tidak bisa terus dipertahankan, entah kekuatan sebesar apapun yang dimilikinya.Sebelum Akhir hidupnya, Tuan Catra melatih keturunannya agar bisa mewarisi seluruh kemampuan yang dia miliki. Tapi,