'Sakra! Apa kau mendengar yang barusan?' tanya Pandya pada Sakra untuk memastikan.'Apa kau memang sudah menebaknya sejak awal, saat izin pada pengikutmu untuk pergi sebentar tadi?' Sakra balik bertanya.'Kau benar! Melihat gerak-gerik Guru Dharma saat dirinya kalah tadi, aku menjadi memiliki firasat buruk. Dan ternyata firasatnya tadi sangat tepat. Aku yang menyarankan mereka untuk memakai trik itu, jadi aku yang harus bertanggung jawab atas hasil selanjutnya!' sahut Pandya tegas.Sakra setuju dalam diamnya. Dia sudah hafal dengan watak Pandya, dia tidak akan tinggal diam jika pengikutnya dalam bahaya. Apalagi, hal bahaya itu terjadi karena dirinya, sudah pasti dia akan turun tangan langsung tanpa membuat pengikutnya khawatir.'Lalu, apa yang akan kau lakukan?' tanya Sakra penasaran dengan apa yang dipikirkan oleh Pandya."Entahlah! Guru Dharma tidak mengatakan apa rencananya sama sekali. Jadi, aku hanya akan memantaunya untuk saat ini. Aku akan menunggu pergerakan, dan mencoba untuk
Tiga kelompok pengikut Pandya yang lain juga berhasil lolos ke tahap 4. Pandya cukup senang dengan hasil akhir dari ujian tahap 3. Tidak ada dari kelompok di bawah naungannya yang tidak lolos, membuatnya dapat bernapas lega.Setelah seluruh ujian tahap 3 selesai, semua murid di arahkan untuk kembali berbaris di halaman utama. Sedangkan kelompok yang gagal di ujian tahap 3, langsung meninggalkan akademi dengan langkah berat.Kini mereka telah berbaris sesuai dengan kelompok masing-masing, tanpa mengikuti nomor urut seperti sebelumnya. Karena, kini nomor urut mereka akan berubah."Byakta, selamat kau telah menyusul kami semua untuk lolos ujian tahap tiga!" ucap Dipta pada Byakta yang ada di sebelahnya.Kelompok Byakta mendapat giliran bertanding paling akhir. Jadi, Pandya belum sempat mengucapkan selamat padanya, karena setelah selesai mereka langsung diminta berkumpul."Terimakasih, Pangeran! Ini semua berkat ilmu yang Pangeran bagikan kepada kami semua!" jawab Byakta dengan tulus."It
'Kau berkata seperti itu lagi, membuatku geli saja!' jawab Sakra dengan suara tidak suka.Pandya hanya tersenyum mendengar jawaban Sakra. Dia sudah bisa mengartikan maksud Sakra berkata seperti itu. Dan Pandya sendiri, tidak berniat untuk menanggapinya lagi.Semua pengikut Pandya berjalan menuju ruang pelatihan, walaupun Pandya belum memberi aba-aba sebelumnya. Sudah seperti kebiasaan untuk mereka berkumpul, setelah ujian selesai mereka akan berkumpul di ruang pelatihan milik Pandya.Sesampainya di ruang pelatihan, mereka semua berteriak meluapkan kebahagiaan. Pandya sendiri merasa sangat bangga saat melihat seluruh pengikutnya masih bertahan, dan dapat berkumpul kembali seperti ini."Setelah ini, aku akan memberi waktu bebas untuk kalian selama satu Minggu. Dan seperti biasa, aku akan melakukan pelatihan tertutup seperti sebelumnya," ucap Pandya menyela sorak kebahagiaan mereka."Apa tidak masalah jika kami beristirahat selama satu minggu, Pangeran?" tanya Faruq ragu."Apa aku tadi b
Semua pengikut Pandya mulai berpikir untuk menemukan ide untuk memenangkan tantangan yang diberikan oleh Pandya. Dengan seringaian di wajahnya, Chandra terlihat sangat percaya diri dengan ide yang sudah terpikirkan olehnya."Sepertinya aku sudah dapat ide, tentang apa yang akan membuat pangeran Pandya terkesan!" seru Chandra bersemangat."Apa itu?" tanya Inaya penasaran."Aku hanya akan memperlihatkan kelebihanku dalam hal kecepatan. Bagaimana denganmu?" Chandra balik bertanya."Entahlah, aku belum memiliki ide sama sekali. Aku merasa jika kemampuanku tidak terlalu menonjol untuk bisa diperlihatkan pada Pangeran." Inaya menjawab dengan pesimis."Pikirkanlah secara perlahan! Kita punya kelebihan masing-masing, jadi tunjukkanlah hal yang membuatmu percaya diri!" ucap Raka menyela pembicaraan mereka.Inaya cukup terkejut dengan ucapan Raka yang tiba-tiba. Tapi, akhirnya dia menganggukkan kepala setuju dengan ucapan Raka barusan."Apa kau sudah menemukan ide?" tanya Inaya yang penasaran."
Semua pengikut Pandya sudah mempersiapkan diri, setelah satu jam waktu persiapan yang diberikan oleh Pandya. Sedangkan Pandya yang menepati janjinya, dia kembali tepat satu jam untuk melihat kebolehan mereka masing-masing."Apa kalian sudah mempersiapkan sesuatu yang akan membuatku terkesan?" tanya Pandya memulai pembicaraan."Tentu, Pangeran!" Jawab Dipta sambil tersenyum lebar."Aku telah memikirkan dengan matang dan berlatih apa yang akan aku tampilan untuk membuat pangeran Pandya terkesan!" ucap Chandra ikut menyahut."Tidak aku sangka kalian sangat bersemangat seperti ini! Kalau begitu lebih baik kita segera mulai!" putus Pandya memulai tantangannya.Pandya mengeluarkan kotak kecil, berisi Pil Cakra dari balik pakaiannya. Dia sengaja membuka kotak itu, agar pil yang ada di dalamnya terlihat.Hal itu dia lakukan untuk memberi semangat pada para pengikutnya, agar mereka benar-benar mengeluarkan kemampuan mereka sepenuhnya. Apalagi, para pengikutnya pasti tahu jika akan sangat sulit
Chandra menelan ludah dengan kasar, pasalnya dia berencana untuk maju setelah ini. Tapi, setelah mendengar ucapan Pandya, dia menjadi tidak percaya diri lagi."Apa kalian takut? Apa nyali kalian hilang setelah mendengar ucapanmu barisan?!" tanya Pandya tepat sasaran.Tidak ada yang berani menjawab, karena nyatanya kepercayaan diri mereka semua langsung sirna. Namun, pasti jawaban mereka bukanlah yang diharapkan oleh Pandya, karena seorang pemimpin pasti berharap anggotanya memiliki mental yang kuat.Pandya menyeringai, "Tentu saja kalian harus takut! Apa lagi kemampuanku yang kalian lihat!" lanjut Pandya sambil terkekeh.Semua pengikutnya saling pandang, mereka bingung dengan apa yang dimaksud oleh Pandya. Mereka lebih bingung lagi dengan alasan Pandya tertawa, padahal suasana saat ini tidak ada yang terasa lucu sama sekali."Apa maksud Pangeran?" tanya Faruq memberanikan diri."Kalian harus takut, rasa takut itu nantinya akan menjadi tolak ukur kemampuan kalian! Kini tinggal kalian i
"Benar, Pangeran! Selain ramuan tadi, saya juga melatih tubuh saya. Karena, jika hanya mengandalkan ramuan, kekuatan serangan tidak akan maksimal." Raka menjawab sekaligus menjelaskan.Sikap Pandya sama persis seperti sebelumnya, dia menganggukkan kepala tanda mengerti dan meminta Raka untuk mundur. Dia berusaha tidak memperlihatkan ketertarikannya untuk saat ini, karena masih belum semua pengikutnya memperlihatkan kemampuan mereka.'Apa kau lihat kemampuan mereka?' tanya Pandya pada Sakra yang tidak mengajaknya bicara sejak tadi.'Tentu, apa kau pikir aku hanya tidur saja sejak tadi?!' jawab Sakra kesal karena Pandya baru mengajaknya bicara.'Maafkan aku, aku terlalu fokus melihat pertunjukan dari mereka. Apa ada yang membuatmu tertarik?' rayu Pandya sambil mengalihkan pembicaraan.Sakra terdiam, dia keluar dari sarung pedangnya sambil mendekat ke arah tubuh Raka. Sedangkan Pandya yang melihat perbuatan Sakra, hanya menyunggingkan sebuah senyuman dalam hati.'Kau pasti bisa menduga a
Tidak terasa waktu berjalan dengan sangat cepat. Tantangan yang dibuat oleh Pandya berakhir saat jam makan malam hampir tiba. Mereka bergegas menuju asrama masing-masing untuk sekedar membersihkan badan, sebelumnya aba-aba makan malam terdengar.Mereka semua berjalan beriringan sambil bercanda gurau di jalan menuju asrama. Dan menjadi pusat gurauan tentu saja Inaya yang berhasil memenangkan tantangan yang dibuat oleh Pandya.Inaya yang mudah kesal, membuat murid lain semakin bersemangat untuk menggodanya."Arrrgh…, sepertinya wajahku menua! Air dalam tubuhku semakin tersedot!" ucap Raka sambil memegangi wajahnya berpura-pura ketakutan."Inaya pasti kau kan yang menyedot air di dalam tubuh Raka?!" tanya Rajendra mendukung akting Raka."Huh! Wajahmu tanpa harus aku ambil airnya, sudah berkerut dari sananya!" dengusan Inaya sambil membalas gurauan Raka."Hahahaha…" semua tertawa secara serentak mendengar jawaban Inaya.Namun gurauan-gurauan yang lain terus bergantian, yang diselingi tawa