Hantaman tongkat kayu berderak di tengah ruangan berdinding batu. Seorang anak muda dan pria berbadan besar melancarkan serangan demi serangan untuk melumpuhkan satu sama lain. Keringat membasahi tubuh mereka berdua dalam kedinginan udara bawah tanah.Yuan dan Hongli terengah-engah kehabisan napas.“Baiklah, kurasa latihannya cukup sampai di sini. Sebaiknya kau istirahat, Yuan.”“Aku belum lelah,” anak itu masih menunjukkan ekspresi penuh semangat.“Bukan kau, tapi aku yang lelah. Kita bisa lanjutkan latihannya esok hari.”Yuan kembali meneguk minuman dari cangkir bambunya. Setelah membersihkan badannya sebentar, dia menoleh ke bawah kaki dan melihat benda hitam berkilau di lantai. Itu adalah seruling milik Fengyin. Dia mengambilnya dengan hati-hati dan mencoba memainkannya sebentar. Suara yang keluar dari seruling itu hampir tak terdengar—seperti anjing yang sedang bersin—jauh berbeda dari melodi merdu yang biasanya diciptakan Fengyin.“Bagaimana dia bisa membuat bunyi yang merdu deng
Hongli memutuskan untuk menyuruh Yuan istirahat malam ini dan melanjutkan latihan esok pagi. Dia juga ingin bertanya langsung kepada Yenn mengenai rencananya yang sebenarnya.Yuan dan Fengyin kembali ke ruangan tempat Yuan pingsan sebelumnya, ruangan dengan batu Gogonit yang banyak. Secara tak resmi, tempat itu adalah rumah bagi Saniyala dan kekasihnya. Yuan terkulai lemas di meja batu hijau, sementara Fengyin memutuskan untuk memeriksa keadaan mereka yang sakit.“Sepertinya kau lelah. Tidurlah, dan simpan tenagamu untuk besok,” kata Fengyin sambil memainkan musik lembut untuk menenangkan Yuan.“Kau belum mau tidur?”“Aku masih ingin melihat-lihat keadaan mereka yang sakit. Mungkin saja aku bisa berbuat sesuatu.”Fengyin memainkan lantunan musik bernada rendah untuk mengantar Yuan menuju tidurnya. Setelah memastikan Yuan tidur, Fengyin diam-diam pergi untuk membantu Enlai mengolah tanaman obat yang baru mereka kumpulkan.Dalam tidurnya, Yuan ternyata tidak bisa dibiarkan tenang.Suara-
“Apa aku tidak salah dengar?” Yuan gemetar mendengar ucapan Hongli. Suaranya terdengar penuh kebingungan dan ketidakpercayaan.“Aku juga tidak tahu apa-apa soal ini. Apa yang terjadi, Hongli?” Doanghai menimpali, terlihat cemas.“Aku terpaksa mengambil keputusan ini. Bunda Ketua memutuskan untuk mengusirmu jika aku tidak segera bertindak. Dia mengira kalau kau, Yuan Qiancheng, lebih banyak membawa petaka daripada berkah ke dalam suku ini. Ini tidak sesuai dengan ramalan yang terdengar. Atau seperti itulah yang dia katakan. Aku tidak berani mengatakan ini padanya, tapi aku rasa Bunda Ketua takut kepadamu.”“Takut kepadaku?” Yuan tidak bisa menahan rasa herannya. “Itu tidak masuk akal. Kenapa dia harus takut?”“Dia mungkin takut akan kekuatanmu yang begitu besar, Yuan.”“Tapi itu bukan alasan yang tepat untuk membuatku saling bunuh denganmu. Berarti latihan yang kita lakukan dari kemarin … kau sengaja menyiapkan aku untuk membunuhmu.”Hongli terdiam sejenak, menggaruk kepalanya dengan c
Yuan dan Fengyin bergerak hati-hati, mengintai sosok wanita tinggi bernama Yenn di depan mereka. Yenn tampak mencurigakan sejak pertemuan mereka di permukaan kemarin malam. Dari jauh, Enlai terlihat membawa keranjang penuh sayur-sayuran, memperhatikan gerak-gerik kedua orang yang mengendap-endap seperti pencuri.“Apa yang sedang mereka lakukan?” batin Enlai penuh rasa penasaran.Pangeran Yuan dan kekasihnya Fengyin bersandar pada dinding di samping pintu masuk goa. Mereka menatap ke arah anak tangga yang menanjak, namun Yenn sudah menghilang dari pandangan mereka.“Apa yang kalian lakukan?”Fengyin melompat kaget, “Enlai! Kau membuatku terkejut!”“Maaf, aku tidak bermaksud. Kalian sedang mengamati apa?”“Kami mengikuti Yenn,” jawab Yuan. “Sepertinya dia pergi ke permukaan lagi.”“Lagi? Apa yang dia lakukan di luar sana?”“Tidak tahu. Itulah sebabnya kami mengikuti dia.”Mereka bertiga sepakat untuk naik anak tangga menuju permukaan. Pintu masuk goa sedikit terbuka, menunjukkan bahwa se
Yuan berlatih giat dari pagi hingga malam bersama Hongli. Dalam dua hari latihan, kemajuan yang ditunjukkannya sangat signifikan. Gerakan-gerakan rumit yang diajarkan oleh pemimpin Ner’iatu tersebut tampaknya sudah dikuasai dengan sangat mudah oleh Yuan, seakan-akan dia sudah menguasai teknik-teknik tersebut sejak lama.“Luar biasa,” puji Hongli, “kau belajar dengan cepat. Semua gerakan-gerakan sulit yang bahkan untuk orang asli Ner’iatu sendiri bisa dengan mudah kau kuasai.”“Aku juga terkejut. Semua teknik yang kau ajarkan padaku, entah kenapa terasa sangat familiar. Tubuhku cepat beradaptasi seakan aku pernah melakukan ini sebelumnya. Aku seperti Deja vu.”“Seorang Saniyala memang harus menguasai teknik bertarung kami, karena pada dasarnya kau adalah bagian dari Ner’iatu itu sendiri. Aku semakin yakin kau adalah orang yang diramalkan.”“Semoga saja itu benar,” ujar Yuan dengan penuh harapan.“Baiklah, kita istirahat sejenak. Aku mulai kelelahan,” kata Hongli sambil menghapus kering
Guozhi melayangkan pandangan ke sekitar begitu debu menghilang sepenuhnya. Dia dan seluruh pasukan berbaju zirah kehijauan ala Wuyan berdiri di depan mesin bor besar yang baru saja meledakkan pintu masuk goa.“Wow, ternyata Yenn benar. Ada peradaban manusia di bawah sini,” kata Guozhi dengan takjub. “Dan lihat semua batu Gogonit itu, berserakan di mana-mana. Ini seperti tambang emas.”“Apakah dia baru saja bilang Yenn?” Tanya Yuan pada diri sendiri.Lelaki dengan muka licik itu berjalan maju untuk melihat lebih dekat pemukiman warga. “Ngomong-ngomong di mana wanita itu? Aku tidak melihatnya. Apakah ada di antara kalian yang bernama Yenn Hao Shan?”Wanita yang dipanggil itu muncul dari bilik dinding batu ruangannya dengan wajah dingin. Dia menengadah penuh percaya diri dan berjalan mendekati Guozhi.“Ah, ini dia. Kemarilah. Ayo ambil hadiahmu, jangan malu,” ujar Guozhi dengan nada ceria.“Apa-apaan ini, Yenn?” seru Hongli, merasa terkejut. “Apa kau mengkhianati sukumu sendiri?”Yenn tid
Suasana peperangan kian menjadi intens. Mayat-mayat bergelimpangan memenuhi goa tempat pemukiman Ner’iatu berada. Hongli masih dalam keadaan sekarat saat ini.“Fengyin, cepat kau bawa Hongli ke tempat aman.”Gadis itu sempat ragu meninggalkan Yuan di medan perang dengan dua pisau di kedua tangannya. Tapi tak banyak yang bisa dilakukan Fengyin dalam keadaan ini. Menuruti perintah kekasihnya itu adalah satu-satunya pilihan.Guozhi merasa sangat percaya diri dengan semua perlengkapan yang mereka bawa untuk menggempur pasukan Ner’iatu langsung di rumah mereka sendiri. Walau terlihat ceroboh dan tak berperasaan, gerakan pria itu tidak bisa dibilang amatiran. Dengan lihainya dia mengayunkan pedang seperti berdansa di tengah pertempuran bermandikan darah.Doanghai susah payah melawan dirinya dengan semua teknik yang dia kuasai. Pedang dan pisau mereka berdentang seolah berbunyi paling keras saking intens-nya pertempuran mereka berdua. Walau secara persenjataan, pisau milik Doanghai jauh lebi
Luka di perut Hongli telah dibalut rapi dengan kain oleh Fengyin. Pendarahan yang dia terima akhirnya bisa berhenti. Dia memutuskan untuk keluar dari persembunyian dan melihat apa yang terjadi di medan perang.Mata pria itu terbelalak seperti hendak keluar begitu melihat Yuan berhadapan dengan tiga makhluk raksasa yang berbentuk seperti cacing dengan kepala naga."Apa ... apa yang terjadi di sini? Kenapa Trondallo itu bisa bangkit dari tidurnya?" Suara Hongli bergetar, tak percaya.Beberapa orang Ner’iatu coba memperingatkan Yuan dari jauh untuk segera pergi menyelamatkan diri. Fengyin dan Hongli sudah berlari ke tengah lapangan berusaha membawa pergi bocah itu.Tapi Yuan tahu betul apa yang dia lakukan. Dia mengangkat tangan ke arah mereka berdua sebagai tanda untuk tidak mendekat lebih jauh.“Yuan cepat pergi dari sana!” Fengyin berteriak.Yuan mengangkat tinggi pisau hijaunya yang bergetar dalam frekuensi tinggi. Ketiga monster itu menggeram hebat. Dinding-dinding batu kembali berge