Hari sudah mulai gelap ketika Yuu tiba di depan gerbang permukiman para budak. Pemuda itu jelas siap untuk menerima segala bentuk hukuman lantaran telah berani meninggalkan area tersebut tanpa izin. Hanya saja, Yuu terkejut ketika penjaga memberitahu bahwa dia dan ayahnya telah ditebus. Dalam artian, seseorang telah membeli mereka.
Langkah Yuu bergerak lebih cepat. Satu-satunya tujuannya hanyalah rumah dan berharap dapat menemukan ayahnya di sana. Lalu ketika kepanikan melanda pemuda itu, berpikir ayahnya telah dibawa pergi oleh si Pembeli, namun ketegangan yang semula menerpanya mendadak terurai. Yuu mendapati seorang pria paruh baya tengah mengumpulkan kayu bakar di samping rumah dan tersenyum ke arahnya.Pria itu melangkah mendekati Yuu. Tanpa sadar menjatuhkan potongan-potongan kayu bakar di tangan, tatkala tubuhnya bergerak cepat merengkuh puteranya."Oh, Yuu, aku pikir kau tidak akan kembali setelah pertandingan ini." Pria itu menangis keras. "Syukurlah, kau selamat."Yuu tersenyum, balas memeluk dengan erat. "Aku tidak akan mungkin pergi, Ayah." Daripada itu, Yuu mulai memikirkan hal lain. Benar, siapa yang telah menebus mereka? Menatap ayahnya, pemuda itu bertanya, "apa Ayah tahu siapa yang telah menebus kita? Apakah dia bangsawan jahat yang semena-mena?""Tidak. Mereka adalah orang yang baik." Memperlihatkan pakaian yang dia kenakan sementara Yuu baru menyadari ayahnya memakai sesuatu yang baru. "Mereka memberikan baju bagus ini," katanya, sumringah.Yuu terkejut. "Ayah, siapa mereka yang kau maksud?""Seorang gadis manis dan pria tampan. Hanya itu yang Ayah tahu, mereka berdua tidak mengungkap identitasnya."Firasat Yuu mendadak buruk. Tidak mungkin! batinnya. Isi kepala serta pikirannya seketika mengerucut hanya kepada satu arah. Ya, dua orang aneh yang beberapa waktu lalu dia temui di penginapan kota Kerajaan Ernes. Hanya mereka yang dapat Yuu bayangkan untuk saat ini, dan dia berharap bukan keduanya.Toh, bagaimana mungkin Yuu dapat kembali setelah dengan sombong mengecam bualan mengerikan mereka. Sangat tidak masuk akal bila dirinya adalah penerus sah Kerajaan Eros. Terlebih, gadis itu mengaku sebagai puteri. Normalnya, puteri mana yang ingin orang lain mengambil takhta ayahnya sendiri. Gila! Benar-benar tidak masuk akal."Kau pikir aku akan percaya! Persetan dengan Kerajaan Eros dan kalian! Berhentilah menggangguku!" Yuu mendadak teringat perkataannya sebelum meninggalkan dua orang itu tanpa berbalik.Yuu menelan ludah kasar. Meraih bahu ayahnya lalu mencengkramnya kuat. "Ayah, karena kita telah bebas, jadi sebelum kedua orang itu datang kembali, malam ini juga kita akan meninggalkan tempat ini. Kita akan mencari tempat baru.""Tetapi, Yuu—"Pemuda itu mengeraskan suara. "Ayah! Tidak ada waktu, kita harus bergerak!"Yuu sungguh tidak main-main. Malam ini juga dia berkemas meski tidak banyak barang berharga yang dia miliki. Dia telah memutuskan untuk bergerak ketika penjaga berganti tepat di pertengahan malam. Kemungkinan, para penjaga akan membiarkannya lantaran statusnya sebagai budak telah lepas. Hanya saja, Yuu tidak berharap orang lain tahu pelariannya termasuk penjaga. Mereka jelas bukan sesuatu yang dapat dipercaya.Pemuda itu tidak ingin mengambil risiko."Ayah, sekarang!"Yuu tidak punya pilihan selain mendorong ayahnya berjalan lebih cepat ketika mereka hendak meninggalkan pekarangan. Para penjaga mulai berganti shift, sementara malam benar-benar gelap. Hanya ada obor sebagai penerang dan selebihnya sinar bulan yang tidak begitu terang.Tetapi, Yuu tidak mengira bila sesuatu dari arah atap rumah di sisi kiri tiba-tiba menyerang ke arahnya.BRAKK!!DUAR!!Ledakan keras tidak terelakkan. Andai Yuu tidak memiliki refleks yang bagus, kemungkinan besar tubuhnya telah hancur lebur setelah terkena ledakan sebesar itu. Pekarangan benar-benar hancur, bahkan beberapa bagian depan rumah kecil mereka rusak dan terbakar."Yuu, apa yang—""Shtt!"Tubuh Yuu berguling ke arah samping. Menyeret tubuh ayahnya untuk ikut bersamanya, bersembunyi di balik tumpukan kayu milik tetangga.Di saat yang sama, orang-orang mulai keluar dari dalam rumah, bersamaan dengan penjaga yang menghambur panik menghampiri ledakan."Apa yang terjadi? Bukankah ini rumah Ervan dan Yuu?""Di mana Ervan?"Kerumunan mulai berisik. Saling melempar argumen mengenai kemungkinan yang terjadi, menambah pelik suasana hingga penjaga harus turun tangan mengatasi keributan tersebut."Jangan ada yang keluar! Pergi! Masuklah ke dalam rumah kalian!""Dasar budak sialan!" maki salah seorang penjaga."Mereka benar-benar sulit diatur!"Keadaan kembali sunyi dan hanya menyisakan lima orang penjaga yang bertugas. Kemudian, salah seorang dari mereka bergerak maju lebih dekat dengan ledakan. Obor di tangan diarahkan tepat pada titik ledakan dan betapa tercengangnya dia mengetahui ada lubang menganga di sana.Wajahnya seketika pias. "Astaga, apa yang baru saja terjadi di sini?!" serunya, panik."Ada apa?"Yang lain berjalan mendekat, namun langkah mereka mendadak terhenti ketika sesosok berjubah gelap tahu-tahu datang entah dari mana, berdiri menghadang tepat di hadapan mereka."S-siapa kau? Apa kau yang melakukan ini?" Tidak tahu mengapa tetapi petugas itu gemetar ketakutan."Pergi!" Sosok itu memberi peringatan. Suaranya dingin dan rendah."Bunuh saja dia!" kata salah satu penjaga, sembari bergerak menghunuskan pistol.Sementara Yuu di balik persembunyian, membeku ketika dalam hitungan detik mendapati kepala petugas yang hendak menyerang tahu-tahu meledak lalu kemudian ambruk. Hening sesaat. Tidak ada pergerakan tambahan dari petugas yang tersisa selain raut wajah syok bertabur ketakutan. Detik berikutnya, jeritan mereka terdengar hingga memekakkan suramnya malam bersama kepala yang meledak satu persatu.Keadaan kembali tenang. Yuu sendiri tidak mengerti begitu sadar lututnya gemetar, jelas, bahwa sosok abnormal itu tampaknya tengah mengincar dirinya. Tetapi mengapa?Sampai akhirnya, suara berat itu kembali terdengar."Keluarlah sebelum aku yang mengeluarkanmu," titahnya.Tangan Yuu kian kuat merengkuh ayahnya yang sama gemetarnya. Mati-matian menahan diri agar tidak bersuara. Tetapi, Yuu sadar cepat atau lambat mereka akan ketahuan.Yuu menggerakkan tangan memberi kode, seolah berkata kepada ayahnya, 'Aku akan keluar dan memancingnya, sementara Ayah pergi dari sini.'Ervan tentu menggeleng. Bagaimana mungkin dia meninggalkan Yuu seorang diri untuk menghadapi makhluk mengerikan tersebut. Jelas-jelas sosok itu bukan manusia biasa, tetapi Yuu bersikeras dan Ervan sama sekali tidak berkutik."Aku di sini!"Yuu mengangkat tangan waspada sembari berjalan perlahan mendekati sosok itu. Meski demikian, maniknya berusaha mencuri kesempatan untuk menemukan keberadaan ayahnya."Sepertinya kau mengincarku." Yuu menerka dan tampaknya itu benar adanya. Kendati demikian, dia sedikit lega menyadari ayahnya telah berada di tempat aman.Yuu tahu bahwa dia cukup kuat, tetapi lawan di hadapannya jelas berbeda, sama sekali tidak bisa disamakan dengan mereka di perbudakan. Levelnya terlalu jauh dan Yuu bisa merasakannya hanya dengan berdiri di pijakan yang sama dalam jarak kurang dari dua meter. Ini mengingatkannya pada Ash ketika pria itu mengamuk.Benar, aura sosok misterius tersebut mirip dengan aura membunuh milik Ash.Apa-apaan ini? Apa mereka sejenis? pikir Yuu."Aku memang datang untukmu, jadi bersiaplah untuk mati!"Yuu melebarkan mata ketika kilatan aneh mendadak muncul dari ujung jari musuh, bergerak cepat menghantam kepalanya kalau saja dia tidak segera membuang diri ke arah samping. Napas Yuu mulai naik turun. Keringat membasahi dahi serta pelipis tetapi sorot matanya terlalu tajam mengawasi.Namun, serangan berikutnya sungguh di luar dugaan. Kilatan bagai listrik itu tahu-tahu menyerang dari arah belakang sementara Yuu belum siap menghindar sepenuhnya. Refleks, Yuu masih kalah cepat."ARGH!!" Yuu berteriak keras.Pemuda itu terduduk di atas tanah, memegangi bahunya yang terbakar kemudian melepuh. Aroma daging gosong kontan merebak tercium menyiksa hidung. Yuu sendiri mendadak mual, kepalanya benar-benar pusing."ARGH!!"Sekali lagi, teriakan Yuu menggema. Tanpa belas kasih sosok itu menginjak luka di bahunya seolah tidak peduli seberapa menderitanya pemuda itu kini."Aku berbelas kasih untuk membunuhmu lebih cepat!" katanya, angkuh.Yuu jelas panik. Keringat di wajahnya kian deras mengalir saat mengetahui kilatan petir di ujung jari itu akan segera meledakkan kepalanya dalam hitungan detik.Dan ....DUAR!!DUAR!!Sesaat setelah ledakan terjadi, asap mengepul ke udara bersamaan dengan puing-puing tanah disertai serpihan bangunan. Berhamburan tak tentu arah kemudian terhempas jatuh di sekitar titik ledakan. Hanya saja, tidak ada aroma daging terbakar atau bahkan tubuh hangus milik Yuu. Menyadari hal itu, pria misterius yang masih berdiri tegak tidak jauh dari posisi di mana dia hendak mengeksekusi mati Yuu, kontan mendengkus keras. "Kau selalu saja menjadi pengganggu, Ash!" ujarnya rendah, tetapi terdengar tajam. Dia kemudian berbalik hanya untuk menemukan sosok Ash di belakang tubuhnya. Tidak ada Yuu di sana. "Di mana dia?" tanyanya, kesal.Ash tersenyum remeh. "Wah, apa sekarang kau beralih membunuh seorang bocah, Drake?" celetuk Ash, mengejek."Kau tahu betul apa yang aku incar, pengkhianat!" Suaranya naik satu oktaf.Ash justru tertawa. "Pengkhianat?" ulangnya. Tatapan Ash balik menajam. "Kalianlah pengkhianatnya, sialan!" Tidak pikir panjang, Ash maju lebih dulu, menerjang dengan ke
"Yuu, sejak awal kau bukanlah Puteraku. Kau adalah Pangeran Kerajaan Eros yang sah seperti yang dikatakan oleh mereka berdua. Dan aku, Ervan, diperintahkan langsung oleh Raja Ryuu untuk menyelamatkanmu." Yuu tercengang ketika menyaksikan Ervan mendadak berlutut di hadapannya. "Yang Mulia, sepertinya, memang sudah saatnya Anda kembali ke tempat asal Anda," ujarnya formal, terdengar asing di telinga Yuu.Sementara kini, duduk di kamar dengan wajah pias, Yuu masih tidak habis pikir ketika kalimat itu terngiang kembali di kepalanya. Bagai terkena serangan kejut yang lebih mengejutkan ketimbang berhadapan dengan sosok pembunuh seperti Drake, pikirnya. Tidak ada dugaan sedikitpun bahwa pria yang selama ini dia anggap ayah, bukanlah benar apa yang dia harapkan.Rasanya, ini lebih menakutkan. Meremas rambut dengan kuat, Yuu mengerang dengan wajah kesal."Kau terlihat sangat frustasi." Yuu menghela napas, sesaat setelah mendengar suara Ash yang nyatanya telah berdiri sembari bersandar di kuse
Ameera menatap sendu ke luar jendela kamar yang terbuka, sementara di sana penampakan tak elok terpampang nyata. Sisa-sisa pertarungan sengit antara Drake dan Ash telah meninggalkan kerusakan yang cukup mengesankan. Bahkan jika hanya puing-puing yang terlihat, tetapi tampaknya itu tidak membuat Ameera berpaling barang sejenak. Pandangannya lurus menghunus ke arah depan tanpa peduli jika di atas tempat tidur, ada Ash yang tengah terbaring miring menghadap ke arahnya dalam raut bosan. Ini sudah 1 jam berlalu dan Ameera seolah belum terbangun dari lamunan panjang yang tak berujung. Bangkit dari pembaringannya, Ash kemudian berjalan mendekat ke arah Ameera. Dia berkata, "Hei, apa kau akan terus diam seperti ini? Kau tidak lupa, kan? Sejak satu jam yang lalu Yuu dan Ervan sudah meninggalkan tempat ini. Bukankah seharusnya kita mengejarnya?" Ketika Ash pikir Ameera mungkin tidak akan mendengarkan, sebaliknya dia cukup terkejut begitu mendengar ada respon yang berasal dari manusia mirip ma
Singgasana raja Kerajaan Eros tampak suram. Aura pekat yang membawa ketidaknyamanan benar-benar telah melingkupi seisi aula istana. Kesan temaram yang menambah kelam seolah ingin membangunkan kejahatan terbesar yang telah lama tertidur.Sementara itu, satu sosok agung yang telah menduduki takhta kerajaan dan membawanya dalam kegelapan yang nyata, tengah menopang dagu didampingi sorot datar dari atas kursi kebesarannya.Lalu, beberapa meter di bawah singgasana raja, bersimpuh lah sosok lain dalam kekhawatiran. Ada getaran di tubuhnya tak kala menyadari kemarahan tuannya telah menanti lantaran tugas yang dibebankan kepadanya sama sekali tidak dapat dijalankan dengan baik. Menunduk sembari memelankan suara untuk menarik perhatian pria berkuasa di atas sana, dia berkata, "Kali ini Hamba akan memastikan Anak itu terbunuh, Yang Mulia!"Hanya saja, satu decakan keras yang berhasil lolos dari belah bibir sang raja telah membuat hati pria itu menggigil seolah dia baru saja diterjang hawa dingi
"Kemungkinan besar kita baru akan tiba di pintu gerbang perbatasan Ernes dan Erdamus besok pagi, Ayah." Yuu mendongak menatap langit yang nyaris gelap. Pepohonan besar dan lebat seolah menghalangi binar cahaya lolos menembus tanah hutan yang lembab. Hari bahkan masih sore, tetapi keadaan sekitar seolah menunjukkan malam telah tiba. "Mungkin ada baiknya kita membuat kemah," Yuu menambahkan.Ervan ikut mengamati sekitar kemudian mengangguk. "Kurasa kamu benar, Yuu.""Kalau begitu, biar aku yang mencari kayu bakar. Ayah bisa beristirahat dan serahkan pekerjaan ini padaku." Selebihnya Ervan hanya mengangguk dan membiarkan Yuu melakukan apapun. Pria baya itu duduk tepat di bawah pohon berbatang besar dengan daun rimbun. Menyandarkan punggung mengingat rasa lelah seolah telah merajam tulang punggung beserta tungkainya lantaran telah berjalan sejauh ini. Sembari mengamati Yuu, mendadak teringat ketika dia seusianya. Ervan pun harus bertahan hidup di hutan belantara sembari membawa sang pange
(Beberapa jam sebelum Yuu terbangun.)"Kupikir kau akan membiarkan Yuu menderita hingga dia sendiri yang memohon pertolongan?" Ash bertanya pada Ameera, ketika dia teringat perkataan gadis itu sebelum memutuskan menyusul.Bagi Ash, tidak butuh usaha dan waktu yang lama mengejar ketertinggalan, bahkan jika kedua orang itu sudah setengah perjalanan menuju perbatasan Ernes dan Erdamus.Tidak jauh dari tempat di mana Yuu dan Ervan tidur dengan api padam, Ash bersama Ameera justru bersembunyi di balik batang pohon besar sembari mengamati keduanya. Tepatnya, Ameera yang menyeret Ash melakukan petak umpat ini. Ameera tidak menoleh ke arah Ash saat dia menjawab dengan ketus, "Aku berubah pikiran," katanya, yang seketika mendapati kekehan Ash. "Jangan bersuara, atau Yuu akan tahu kita sudah berada di sini. Kamu tahu dia sangat pemarah," imbuhnya."Jika aku menjadi kau, aku tidak akan membuang waktu."Kali ini Ameera menoleh sembari melempar pelototan. "Kita tunggu sedikit lebih lama. Aku punya
Setelah sepakat bahwa Ameera akan membawa Ervan menjauh dari lokasi mereka, Yuu akhirnya mendekati Ash seperti yang diinginkan pria itu. Ash berdalih bahwa dia telah menanamkan barrier pelindung bersama Ameera sehingga musuh tidak akan mudah menemukannya. Dan sesaat, belum ada serangan lanjutan yang diluncurkan musuh sementara Ash memanfaatkannya untuk menyeret Yuu mencari persembunyian di balik batang pohon. Di sisi lain malam kian larut, pendar cahaya bulan yang berhasil lolos dari celah dedaunan terlalu sedikit, tetapi dengan begitu mendukung persembunyian keduanya.Manik Ash berkilat tertimpa bias cahaya seolah mempertajam sorot matanya mengawasi sekitar. Tidak berbeda jauh, Yuu di samping pun melakukan hal serupa seolah keduanya saling mengintai teritori masing-masing."Mungkinkah mereka telah pergi?" Yuu berbisik, setengah bergumam namun dia yakin Ash dapat mendengarnya.Terbukti ketika Ash membalas, "Tidak," ujarnya, waspada. "Tetap perhatikan sekelilingmu. Aku tahu kau memilik
"Apakah mungkin Aint juga ada di sini?"Ameera jelas sama terkejutnya. Gadis itu bahkan tidak peduli bila belati mengorok lehernya lantaran terus bergerak. Dia terdesak ingin memastikan keberadaan Aint. Jujur saja, musuh paling menakutkan adalah Aint. Ash bahkan tidak bisa berbuat banyak di depan pria itu. "Siapa Aint?" Yuu bertanya. Maniknya ikut berotasi mencoba mencari kemungkinan adanya sosok baru yang tidak dikenal. Tetapi, dia tidak menemukan siapapun, sampai ketika dia mendadak menegang begitu mendengar suara bisikan tepat di belakang telinganya. Suara yang membawa desir ketakutan penuh kengerian. "Apa kau mencariku, Bocah Naga?" Aint menyapa sembari tersenyum ramah. Hanya saja, bahkan dengan senyum tersebut Yuu tidak bisa menggerakkan tubuhnya."YUU!! MENJAUH DARI SANA!" Ash berteriak panik, berlari secepat mungkin menerjang sosok Aint di belakang Yuu sementara pemuda itu membatu di tempat saking terkejutnya. "Apa yang kau lakukan di sini, Aint?!" Ash menarik Yuu menjauh. Me
"Uhuk!!"Ameera terbatuk keras. Sangat keras hingga dadanya ikut terasa remuk. Dia meringis tatkala mencoba bangkit, sementara kesadarannya memulih usai mendapati dirinya berada di tempat yang teramat asing. Keningnya mengerut mendapati alas tidur jerami berbau apek. Dinding tanah yang lembab, bahkan beberapa di antaranya dihinggapi bulir air juga serangga berukuran kecil. Gadis Itu segera terperanjat. Bergerak mundur hingga punggungnya menempel di dinding dan memperkecil batas teritorialnya. Napasnya masih terlihat naik turun, dan karenanya, rasa sesak di dada kian menyiksa. Buru-buru dia mengusapnya, kemudian menyadari bahwa pakaian yang dia kenakan masih sama dengan kemarin. Bahkan lebih buruk. Robek di segala sisi ditambah bercak darah mengering membuat kesan horor untuk Ameera."Apa yang—akh!" Gadis itu mengerang, bergegas menyentuh sudut bibirnya yang berdenyut karena rasa perih di sana. Hingga sekelebat ingatan buruk menyeruak masuk ke dalam kepalanya. Memperjelas sebab meng
"Memangnya apa yang ingin kau katakan? Wajahmu sampai seserius itu," celetuk Ash. Langkahnya terlihat ringan, mencoba mengimbangi Yuu yang berjalan pelan di sampingnya.Tetapi, langkah Yuu yang berhenti membuat Ash mengalihkan perhatiannya. "Ada apa?" tanya Ash. Yuu menoleh dengan raut horor. "Ash ... Ameera dalam bahaya," ujarnya dengan suara parau, nyaris tercekat. Telunjuk pemuda itu mengarah ke arah pintu kamar mereka yang telah rusak poranda. Detik yang sama Ash menatap hal serupa. Yuu bahkan bisa melihat perubahan raut wajah pria itu. Perpaduan pias dan syok. Tanpa bisa dicegah, Ash telah berlari dengan langkah kilat menunju kamar. "Oh, tidak! Ameera!" teriaknya, disusul Yuu di belakang. Dada Yuu naik turun. Rasa masam di tenggorokan membuat perasaannya kian memburuk. Penampakan seisi kamar yang rusak dan ketiadaan Ameera, jelas telah memberitahu mereka bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi di tempat ini.Dengan perasaan takut, Yuu melirik Ash yang tengah berjongkok. Jemari
"Mereka sudah gila!" Ameera meringis. Tidak jauh dari tempat persembunyiannya, dia menyaksikan Ash dan Yuu tengah mempermainkan dua orang preman pasar. Dua orang yang telah mereka incar sebelumnya. Bahkan jika tubuh kedua preman sedikit lebih besar, tetapi Ameera jauh lebih prihatin kepada mereka. "Berikan semua uang yang kalian miliki!" Ash memberi satu pukulan. Tepat menghantam rahang, memaksa gigi si preman terlepas bersamaan teriakan pilu. Sementara di sebelahnya, kondisi preman lainnya tidak berbeda jauh di tangan Yuu. "Kalian merampas uang dari pedagang lemah. Kembalikan semua itu," peringat Yuu. Maniknya menghunus tajam, memberi ancaman tak main-main. Merasa tidak ada jalan, sementara lawan cukup tangguh, kedua preman saling melempar lirikan. Seolah memberi isyarat satu sama lain, bahwa menyerah adalah pilihan yang tepat. Bersamaan dengan itu, dua kantong berukuran cukup besar ditarik keluar dari dalam saku salah seorang preman. Melemparkannya serampangan hingga nyaris meny
Pagi-pagi sekali Yuu telah terjaga. Dia bahkan bisa melihat pemandangan langka; Ash tertidur dengan mulut terbuka, sementara Ameera tengkurap bak buaya. Ini jelas bukan suasana pagi yang Yuu harapkan setelah kemarin malam matanya sulit terpejam. Menghela napas, ingatan Yuu mulai kembali memutar perkataan Ameera. Mencari empat potongan sayap naga kuno yang bahkan tidak pernah lagi terdengar keberadaannya setelah sekian abad, tentu bukan hal yang mudah. Sementara Yuu mengaitkan semua hal yang telah dia lalui, nyatanya, kehidupannya berubah banyak hanya dalam waktu singkat. Membuat Yuu merasa aneh. Hanya saja, semua telah terjadi dan dia harus bertahan. Tidak! Dia harus bertambah kuat!Yuu mengamati Ash yang terlihat tenang dalam tidur, lantas kemudian mendengkus dengan sebal. "Sialan! Bedebah ini bahkan bisa tidur lelap, sementara aku sama sekali tidak bisa memejamkan mata." "Oh, Yuu, kau sudah bangun?" Yuu seketika terperanjat, sama sekali tidak menduga bahwa Ameera akan terbangun.
"Apa itu monster baru buatan Ayahku?" "Kemungkinan besar, itu benar. Tetapi, di satu sisi aku merasa ragu." Ash mengernyit. Memikirkan kembali pertarungan yang dia lakukan sore tadi. Terasa janggal dan terlalu banyak celah. Yuu yang mendengar refleks menjauh dari api unggun, bergerak mendekati Ash dan Ameera. "Apa maksudmu?" "Jika dibandingkan dengan semua pemburu yang diperintahkan oleh Fredrick dan Aint, kali ini yang terlemah. Aku jadi skeptis ini kiriman dari mereka." Yuu dan Ameera mendadak menelan ludah. Paling lemah katanya? Yang benar saja?"Kau yakin? Padahal aku sudah berusaha semampuku. Mereka bahkan tidak mati saat aku melubangi perutnya." Yuu terlihat kesal. Merasa terhina saat Ash dengan enteng berkata monster itu lemah sementara dia harus berjuang mengalahkan salah satunya. Ash terkekeh mengejek. "Jika begitu, maka kau yang lemah. Begitu saja kau kalang kabut." Yuu berdecak, tetapi tidak mampu membantah. Selama beberapa bulan terakhir kemampuannya memang menumpul
Melarikan diri. Tidak ada yang lebih penting dari itu setelah melihat pria berkepala kerbau menyeringai, seolah dia baru saja mendapati makan malamnya. Berjalan cepat menghampiri ketiga orang di depan dengan hembusan kasar dari lubang hidungnya. Menerjang mereka dengan langkah berat yang seakan membawa penghakiman. Ameera mengeratkan remasan tangannya. Dia genggam lengan Yuu dan Ash di saat yang sama, membawa rasa takutnya dengan napas tertahan. Semakin dekat sosok dengan kepala kerbau, semakin berkeringat pula keningnya. Sementara Ash, bergegas maju menghadang dengan raut kaku. Benih waspada mendadak mengakar di benaknya. Belum pernah ada yang memburunya dengan makhluk yang satu ini.Ash mendorong Ameera pelan, sembari memberi peringatan ke arah Yuu. "Bawa Ameera menjauh! Aku akan menyusul!" Ameera menjerit, tatkala tombak runcing di tangan musuh terangkat nyaris melubangi kepala Ash. "Tidak!" Hendak berlari ke arah pria itu tetapi Yuu menariknya mundur. Cukup kasar. "Gadis bodoh!
"Sial! Ameera tolong aku, dia sekarat!"Teriakan Ash berhasil membangunkan Ameera dari lamunan. Sejak awal dia hanya bersembunyi sembari mengamati jalannya pertarungan di balik batang pohon. Dia tentu tidak berpikir bahwa Ash dan Yuu dapat membuat Aint mundur, dan karenanya reaksi pertama yang gadis itu tunjukkan hanya terdiam beku seolah baru saja mendapati hal mengejutkan sepanjang hidupnya.Menyadari bahwa masalah tidak akan selesai hanya dengan perginya Aint, Ameera bergegas menghampiri Ash. Masalah yang sekarang jauh lebih besar, pikirnya.Hanya saja, sepasang manik gadis itu kontan melebar saat menemukan Ash tengah membanting tubuh Yuu ke tanah berulang kali. Sangat kasar bahkan terkesan ingin membunuh pemuda itu. "Keparat bodoh! Apa yang kau lakukan?!" maki Ameera, menarik jubah yang dikenakan Ash guna menjauhkannya dari Yuu yang tidak sadarkan diri."Aku hanya mencoba membangunkannya," ucapnya, hendak membela diri ketika menjumpai pelototan gadis itu. Kendati demikian, tangan
SAAT SEKARANG .......Menyeringai, Aint menatap Yuu dan Ash bergiliran. Bibirnya yang kemerahan pun berkedut memunculkan garis senyum penuh ejekan. Aint berkata, "Jadi, siapa di antara kalian yang akan maju terlebih dahulu?" Dia menggeleng sejenak, masih mengejek. "Oh, apa mungkin kalian ingin menyerang bersamaan? Apapun itu, silahkan saja," ujarnya.Sementara itu, kepalan tangan Yuu menguat seiring berakhirnya pancingan Aint. Hanya saja, Ash yang kini berpindah di sebelahnya mencoba memberi isyarat untuk tenang. Ash menggeleng sembari menatap Yuu lekat seolah mereka dapat berkomunikasi dengan itu. Sampai kemudian, Ash berteriak sangat keras. "SEKARANG!" Seraya melempar serangan kilat hingga memaksa Aint mengambil langkah mundur meski pendek, tetapi itu cukup mengecoh. Meraih kesempatan, Yuu di sisi lain menerjang dari arah belakang usai menarik langkah memutar. Menyusun rencana dan mengaktifkan gelombang panas yang dihasilkan tubuhnya lantas meluncurkannya tepat ke arah Aint.
"A-ayah?"Rasa-rasanya, Yuu tengah bermimpi buruk sekarang. Mimpi menakutkan yang selalu ingin dia hindari bagaimanapun caranya. Hanya saja, ketika melihat tubuh kaku Ervan jatuh mengenaskan tidak jauh darinya, seolah cukup menyadarkannya bahwa ini bukan ilusi. "Apa yang kau lakukan pada Ayahku?" Yuu berbisik. Suaranya bergetar sementara tubuhnya merosot turun ke tanah. Air mukanya benar-benar terlihat pias. Perpaduan sempurna antara syok dan tak habis pikir. Aint yang melihat keguncangan pemuda itu justru tidak bereaksi seperti yang selalu dia lakukan. Raut wajahnya datar sampai ketika dia bangkit dari posisi duduknya. Lalu dengan kemampuannya, dia memindahkan tubuh kaku Ervan tepat di hadapan Yuu. Pemuda itu lantas melebarkan mata penuh kesedihan. "Bawalah dia dan berhenti terlihat menyedihkan. Lawan aku, Bocah Naga!" ujarnya, tak ada simpati. Napas Yuu berhembus lebih cepat. Keringat dingin membasahi nyaris semua wajah dan lehernya. Bibirnya bergetar saat berkata, "Dia bahkan ti