“Apa Ketua tidak merasakan ada yang kurang?" tanya Katrin dengan nada yang mengandung misteri.Kristin, yang baru saja menikmati suasana pesta mewah, merasa bingung. Sementara Jessy tersenyum tipis, memahami maksud tersembunyi di balik kata-kata Katrin. Berbeda dengan Kristin, yang meskipun merupakan salah satu dari Elemental Naga, dia tidak pernah terlalu dekat dengan Katrin, Jessy, atau Renata. Dia tidak tahu bahwa yang dimaksud Katrin adalah Renata, satu-satunya Elemental Naga yang belum terlihat hadir di acara Jamuan Makan Malam Naga Perang ini.Rendy, dengan senyumnya yang penuh teka-teki, berpura-pura tidak paham. "Kurang apa maksudmu?" tanyanya.Jessy terkekeh pelan. "Ketua sudah lupa atau memang sengaja pura-pura lupa?" ucapnya, menatap Rendy sambil sedikit meledek.Katrin melirik Jessy tajam, memberikan peringatan dengan suara rendah. "Hati-hati, Jessy.""Ada apa sih? Kenapa kalian berdua berbicara seolah aku tidak ada di sini?" Kristin menyela, semakin bingung dengan suasana
"Tidak ada yang boleh meninggalkanku begitu saja!" James menggeram, harga dirinya hancur oleh sikap dingin Renata yang seolah mengabaikannya sepenuhnya. Dalam sekejap, tanpa berpikir panjang, ia meraih tangan Renata, mencoba menghentikannya.BUGH!Sebuah tendangan keras menghantam tubuh James, membuatnya terlempar mundur beberapa meter. Napasnya tersengal ketika ia menyadari bahwa sosok tegap Loksa, penjaga Renata, telah berdiri di hadapannya dengan ekspresi beringas."Beraninya kau menyentuh Tuan Putri! Ingin mati, hah?!" suara Loksa menggema, penuh amarah.Renata hanya menoleh sebentar, tatapannya tak lebih dari sekilas, sebelum melanjutkan langkahnya masuk ke Restoran Equator Sunrise, tak memperdulikan James yang meringis kesakitan di tanah.“Tunggu! Kenapa kau memukulku?” teriak James, kedua tangannya memegang erat perut yang baru saja dihantam tendangan Loksa.Loksa mendekat, mengangkat tangan seakan bersiap menyerang lagi. "Aku bukan cuma akan memukulmu, tapi aku akan membunuhmu
"Ketua yakin masih ingin menyamar?" tanya Katrin Chow, tatapannya tajam, suaranya terukur namun tegas. Di sebelahnya, Jessy dan Kristin mengangguk setuju, menyuarakan kecemasan yang sama. Pertanyaan yang tidak berani ditanyakan sebelumnya telah terwakili oleh keberanian Katrin menanyakannya.Jika Naga Perang tetap bersembunyi di balik penyamarannya, tamu-tamu yang memegang Undangan Perak, Merah, dan Putih akan merasa dikecewakan. Tidak seperti pemegang Undangan Emas yang dapat berinteraksi langsung dengan Naga Perang, mereka hanya bisa menatap dari kejauhan. Kehadiran Ketua sangat dinantikan, namun ketiadaannya hanya akan menggores kekecewaan yang mendalam. Terasa sia-sia kedatangan mereka dengan harapan bisa mengenal lebih dekat sosok Naga Perang yang melegenda di seantero Khatulistiwa itu.Wajah asli Naga Perang hanya dikenal oleh segelintir orang – Klan Sembilan Naga Sakti, Empat Elemental Naga, beberapa konglomerat kelas atas, dan para Ketua Serikat Dagang. Sisanya hanya tahu nama
Rendy sama sekali tidak menduga kalau ingatan Renata bisa pulih kembali setelah dia menghapus ingatan jangka pendek mengenai janjinya terhadap gadis itu. Tujuan awalnya agar Renata semangat dan bisa pulih kembali seperti semula tapi gadis ini terlalu menganggap serius ucapannya sehingga pekerjaannya terganggu dan kesehatannya semakin terganggu. Setelah melalui pertimbangan yang matang, akhirnya Rendy memutuskan untuk melupakan cintanya terhadap Renata. Berkat kemampuan medisnya, Rendy berhasil menghapus ingatan Renata hingga saat kemunculannya, ingatan gadis ini kembali lagi. "Aku tidak pernah lupa dengan janjiku, tapi mempertimbangkan situasimu saat itu maka aku terpaksa melakukannya atas persetujuan orangtuamu." "Hah! Orangtuaku menyetujuinya? Bagaimana mungkin mereka bisa menyetujuinya?" tanya Renata dengan rasa penasaran. "Aku tetap akan menepati janjiku padamu. Hanya saja aku butuh waktu, jadi untuk sementara ingatanmu tentang hubungan kita dihapus!" "Sudahlah! Semua itu
“Bangsat kau, Rendy!” teriak James, suaranya menggelegar memenuhi ruangan. Wajahnya memerah, seperti babi yang tersudut. “Dasar menantu tak berguna! Beraninya kau mempermainkanku? Kau nggak suka kalau Cindy pergi denganku? Aku yang akan tidur dengannya pertama kali, bukan kau!”Setiap kata yang keluar dari mulut James terasa semakin kotor, seperti racun yang merembes dari bibirnya, membuat darah Rendy mendidih. Awalnya, ia masih mencoba menjaga ketenangan, berusaha meredakan amarah James dengan senyum yang kaku. Tapi saat Cindy dilecehkan, sesuatu dalam diri Rendy meledak.PLAK!Tamparan itu mendarat begitu keras di wajah James, tanpa ada peringatan. Udara seakan membeku sejenak, dan gema suara tamparan itu masih terasa di telinga mereka berdua. James terpaku, matanya terbelalak. Wajahnya yang memerah semakin panas, bekas telapak tangan Rendy langsung terlihat jelas di pipinya."Jaga bicaramu atau kurobek mulutmu!" suara Rendy terdengar tajam, berdesir di udara. Matanya merah, bukan h
"Ternyata benar kalau kamu yang duduk di Ruang Jamuan Makan Emas! Apa Katrin memintamu untuk menyamar jadi Naga Perang? Kemana Naga Perang yang sebenarnya?" tanya Cindy. Bahkan Cindy sendiri juga tidak percaya kalau Rendy adalah Naga Perang yang sebenarnya.Rendy yang terkenal sebagai Naga Perang, ternyata memiliki kesulitan untuk menghadapi Cindy bahkan dia tidak mampu bicara untuk menjawab dengan lugas pertanyaan sederhana yang diajukan oleh Cindy."Aku yang memintanya untuk menyamar sebagai Naga Perang! Kebetulan wajah Rendy mirip dengan Naga Perang yang berhalangan datang untuk Jamuan Makan Malam di Equator Sunrise malam ini!"Suara Katrin memecah ketegangan antara Rendy dan Cindy.Cindy terdiam sejenak, mencoba mencerna kata-kata Katrin yang begitu mengejutkan. “Jadi, Rendy menyamar sebagai Naga Perang atas persetujuanmu, dan Naga Perang yang asli setuju dengan rencana ini?” tanyanya dengan nada tidak percaya. “Bagaimana mungkin?”Rendy tetap diam, matanya tak sanggup menatap Cin
Rendy melangkah mantap menuju area eksklusif Jamuan Makan Malam Emas di Restoran Equator Sunrise. Cahaya lampu kristal berkilauan di atas kepala, menciptakan bayangan dramatis di lantai marmer hitam yang seolah memantulkan aura kemewahan setiap langkahnya. Di depannya, barisan bodyguard berbadan besar berdiri kaku, menciptakan barikade tak tertembus, membedakan ruang jamuan eksklusif itu dari pengunjung restoran lainnya. Mereka menjaga ketat akses hanya untuk tamu-tamu khusus, menggarisbawahi betapa mewahnya acara malam ini.Namun sebelum Rendy mencapai barisan penjaga itu, suara tajam yang tak asing lagi menggema dari belakangnya, menghentikan langkahnya seketika."Rendy!"Suara Vera Huang, ibu mertuanya, mengoyak suasana tenang malam. Penuh amarah dan ketegangan, seakan setiap kata meluncur dengan niat menusuk. Punggung Rendy terasa kaku sejenak, namun ia tetap menjaga ekspresi tenangnya. Perlahan, dia berbalik, menatap Vera dengan senyum tipis yang sudah terlatih untuk menenangkan
Rendy berhenti sejenak, memandang dingin ke arah James yang berlutut di lantai, sementara di belakangnya, Vera Huang masih terbaring kesakitan, dengan raut wajah yang dipenuhi amarah dan kepahitan. Apa yang telah terjadi? Kenapa dua pengusaha Khatulistiwa ini bisa berada di atas lantai dengan situasi yang cukup mengenaskan? Ada baiknya kita kembali ke beberapa jam sebelumnya ...."CINDY!" teriakan Vera kembali bergema, kali ini lebih nyaring, mencoba menarik perhatian putrinya sekali lagi. Namun, tatapan tamu undangan kini hanya menyiratkan rasa sinis dan ketidakpedulian. Mereka datang malam ini untuk melihat wujud Naga Perang yang sesungguhnya, sosok yang selama ini hanya beroperasi di balik layar. Tapi, apa yang telah dilakukan oleh Vera? Ia telah merusak kesempatan ini dengan dramanya yang tak berujung.Cindy mendesah pelan, wajahnya tak lagi menyembunyikan kekesalan yang lama terpendam. "Ma, sudah cukup!" katanya tegas. "Aku harap Mama sudah siap kehilangan posisimu sebagai Presi
Dalam keheningan yang hanya diisi suara dengungan komputer, Jessy menatap layar dengan penuh konsentrasi. Cahaya biru dari monitor memantul di wajahnya yang tegang, memperlihatkan garis-garis kelelahan yang tersembunyi di balik sorot matanya yang tajam. Jari-jarinya menari di atas keyboard, sesekali berhenti untuk meneliti setiap baris kode dengan seksama. Rendy berdiri di belakangnya, tubuhnya tegang seperti kawat yang ditarik kencang, matanya tak berkedip menatap layar holografik yang terus berubah di hadapan mereka."Aku menemukannya," bisik Jessy, suaranya bergetar oleh ketegangan yang nyaris tak tertahankan. "Ada lokasi yang tersembunyi dalam sistem mereka... Ini bukan sekadar markas biasa, Ketua. Ini pusat dari segalanya."Rendy mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras. Ada api yang menyala di matanya, kemarahan yang selama ini ia pendam akhirnya menemukan bentuknya. "Di situlah ibuku disekap?" tanyanya dengan suara yang nyaris bergetar.Jessy menoleh padanya, menatap dalam-dal
Di balik kerlip lampu dan gemerlap modernitas Red Lotus Club and Resort, Rendy melangkah dengan penuh ketegasan, namun di balik mata dinginnya tersimpan segudang kenangan. Di tengah kekacauan hidupnya—konflik dengan Cindy dan keputusannya untuk mencari kebenaran tentang ibunya—hanya satu hal yang selalu ia rindukan yaitu kehadiran Jessy Liu.Jessy, wanita yang telah lama menjadi bagian dari hidupnya, kini duduk di sebuah ruangan rahasia di balik dinding resort yang mewah. Di sana, di antara deretan monitor dan kode-kode digital yang menari, ia mungkin bisa menyusun petunjuk-petunjuk yang akan membongkar rahasia Kekuatan Tertinggi. Setiap detik tanpa Rendy terasa begitu lama baginya. Rindu yang selama ini tersembunyi di balik ketenangan profesional kini terpancar jelas saat ia melihat pintu terbuka perlahan."Ketua," panggilnya dengan nada lembut penuh harap, suaranya seakan melunakkan segala kegamangan. Saat Rendy melangkah mendekat, hatinya sejenak luluh oleh kehadiran wanita yang ta
Rendy tidak lagi menghiraukan Vera Huang. Wanita itu baginya bukan lagi seorang mertua, melainkan hanya semut yang bisa ia injak kapan saja jika ia mau. Matanya menatap kosong ke depan, tapi pikirannya dipenuhi kemarahan yang mendidih. Hatinya telah beku. Jika Cindy lebih memilih ibunya, maka ia akan pergi—mereka akan bercerai. Sesederhana itu."Masih ada hal yang lebih penting daripada mengurusi seorang mertua yang tidak berarti!" gumamnya, suara rendahnya nyaris seperti geraman. "Aku harus mencari tahu di mana ibuku yang ditahan oleh Kekuatan Tertinggi."Ia melangkah menuju gudang garasi, membuka pintu dengan sedikit tenaga. Derit engsel yang berkarat memenuhi udara, menyambutnya dengan suasana yang muram. Di dalam, skuter bututnya masih berdiri dengan setia, lapisan debu tipis menyelimutinya. Tanpa ragu, ia menyalakan mesin tua itu, suara bisingnya langsung menggema di seantero garasi.Baru saja ia hendak memutar gas, suara langkah kaki yang terburu-buru menghentikannya."Ren...!"
Vera menggertakkan giginya, rahangnya mengeras sementara napasnya memburu. Matanya menyala penuh kebencian, seperti bara api yang siap melalap habis apa pun di hadapannya. Dengan suara yang lebih tajam dari pisau belati, ia berdesis, "Aku tidak akan membiarkan ini terjadi! Huang Corporation tidak akan runtuh hanya karena seorang pria yang dulu kupandang sebelah mata! Kau bukan Naga Perang... Semua ini hanya kebetulan belaka."Rendy tetap berdiri dengan tenang, sikapnya tegap bagai gunung yang tak tergoyahkan oleh badai. Sorot matanya dingin, penuh ketegasan yang tak terbantahkan. "Sudah kubilang, Vera, ini baru permulaan. Kau pikir aku akan berhenti di sini? Tidak. Aku akan memastikan kau merasakan kehancuran yang lebih menyakitkan daripada sekadar kehilangan investasi. Kau telah mempermainkan hidupku, dan sekarang, aku yang akan menentukan nasibmu."Wajahnya yang dulu dikenal lemah lembut kini menampakkan ketegasan yang mengerikan. Rendy bukan lagi pria yang bisa diabaikan begitu saj
Di tengah ruangan yang remang, bayangan senja menari di dinding-dinding mewah, Vera mengeluarkan dengusan penuh ejekan. Matanya yang tajam dan dingin menembus kegelapan, seolah memancarkan bara amarah. Dengan suara yang menyeruak, ia mencaci,"Menolak? Hah! Kamu pikir dirimu siapa? Hanya seorang pecundang yang bahkan tidak mampu membeli dasi layak, berani menantangku!"Rendy, berdiri tegap bagaikan patung besi di tengah badai, menatap balik tanpa setitik ragu. Tatapannya yang tajam dan dingin menantang, seolah berkata bahwa ia telah lelah menjadi korban hinaan. Suaranya rendah namun menggema dengan kepastian, "Aku sudah muak dipandang rendah. Jika aku mengaku sebagai Naga Perang, maka aku memang Naga Perang! Dan jika kau memaksaku menceraikan Cindy demi keuntunganmu sendiri, kau akan merasakan penyesalan yang meendalam!"Rendy sudah habis kesabaran dengan sikap arogan Vera yang selalu menghinanya.Tawa sinis Vera pecah, melayang ke udara seperti asap pahit, "Oh, jadi sekarang kau meng
HA-HA-HA ...!!!Tawa itu meledak di udara, menggetarkan ruangan dengan gaungnya yang menusuk telinga. Vera Huang menepuk-nepuk pahanya, seolah ucapan yang baru didengarnya adalah lelucon paling konyol yang pernah ada."Ha-ha-ha! Astaga, Rendy! Aku tahu kamu ini miskin dan tidak berguna, tapi aku sungguh tidak menyangka kamu juga pintar membual!" katanya dengan nada mengejek, matanya menyipit penuh penghinaan.Rendy mengepalkan tangan, kuku-kukunya hampir menembus kulit telapak tangannya sendiri. Napasnya berat, dadanya naik turun dengan penuh amarah. "Aku tidak berbohong! Aku memang Naga Perang yang akan menarik seluruh investasi Wang Industries dari Huang Corporation! Aku sudah muak hidup seperti ini, tanpa kejelasan dan tanpa harga diri!" suaranya bergetar, bukan karena ketakutan, tapi karena tekad yang sudah tak bisa dibendung lagi"Mentang-mentang nama margamu sama dengan nama perusahaan Grade A, terus kamu klaim kalau itu perusahaanmu? Hah! Sungguh lucu dan tak masuk akal!" sind
Tanpa ragu, Rendy Wang melangkah maju, tubuhnya masih berlumuran debu pertempuran. Portal dimensi di hadapannya berputar liar, cahaya biru kehijauan berpendar seperti ombak liar. Setelah mengalahkan Zhang Wei dan menyelamatkan Negeri Langit dari kehancuran, ia tahu ini adalah satu-satunya jalan pulang. Dengan satu tarikan napas, ia melangkah masuk.Saat portal menutup di belakangnya, kegelapan langsung menyergap. Kesadarannya menghilang.Ketika membuka mata, aroma kayu tua dan udara dingin menyeruak ke hidungnya. Dia mengenali tempat ini—kamar sempit di rumah Keluarga Huang, Paradise Hill, Kota Buitenzorg. Dinding-dinding kayu masih sama, catnya mengelupas di beberapa tempat, dan kasur tipis di bawahnya berderit saat ia bangkit."Sepertinya kamar ini memang gerbang antar dimensi," gumamnya. "Setiap kali kembali ke Khatulistiwa, selalu melalui tempat ini."Sebelum sempat berpikir lebih jauh, suara nyaring menusuk telinganya."Untuk apa lagi pengangguran itu pulang ke rumah?" suara cemp
Pagi itu, sinar matahari menembus tirai sutra jendela kamar, mengusap wajah Rendy Wang yang perlahan terbangun. Ia membuka matanya, mendapati ruangan yang begitu akrab—suasana mewah Resort Red Lotus Resort and Club yang pernah ia kunjungi sebelumnya. Meski begitu, ada keanehan yang menyelinap ke dalam ingatannya, seolah waktu telah mengubah segalanya. Aroma lavender dan kayu manis yang lembut menyatu dengan semilir angin dari balkon, mengiringi kebingungan yang menggelayuti pikirannya.Saat tangannya meraba permukaan lembut sprei sutra, ia mendapati sosok di sampingnya. Punggung putih mulus Renata, istrinya kah? Benar-benar mengundang kehangatan sekaligus teka-teki. Dalam keheningan pagi itu, Renata terbangun dan menatap Rendy dengan tatapan penuh tanya."Kak Rendy, sudah bangun?" suaranya serak namun penuh keakraban, mengisi ruangan dengan nuansa kenangan.Rendy mengerutkan dahi, matanya menyusuri sosok Renata yang kini tampak lebih dewasa, lebih matang. "Renata... kenapa kita di sin
Langit masih bergetar hebat setelah kehancuran Zhang Wen. Namun, sebelum Rendy Wang sempat bernapas lega, Negeri Langit bergetar kembali. Dari reruntuhan medan perang, aura kegelapan yang lebih kelam muncul. Udara di sekeliling membeku, dan langit yang sebelumnya mulai cerah kembali diselimuti awan hitam pekat."Tidak... Ini tidak mungkin..." gumam Rendy, merasakan tekanan yang jauh lebih dahsyat dibandingkan yang ditimbulkan oleh Zhang Wen.Dari balik kabut hitam, muncul sosok berbalut jubah gelap dengan mata merah menyala. Energinya begitu besar hingga membuat tanah di sekelilingnya merekah. Sosok itu tertawa kecil, suaranya menggema seperti berasal dari dunia lain."Rendy Wang... kau mungkin telah mengalahkan Zhang Wen, tapi kegelapan sejati tak akan pernah bisa dihancurkan oleh cahaya sekecil milikmu. Aku adalah Kegelapan Abadi, pemilik sejati kegelapan di alam semesta ini!"Rendy menggertakkan giginya. Ia sudah mengerahkan seluruh kemampuannya dalam pertempuran melawan Zhang Wen,