Home / Urban / Kebangkitan Naga Perang / 405. Rendy vs Azrael

Share

405. Rendy vs Azrael

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2025-01-20 21:09:55

Rendy menggenggam Pedang Naga Dewa lebih erat, merasakan panas yang membakar dari energi naga yang kini semakin bergejolak di dalamnya. Urat-urat di lengannya menegang saat kekuatan itu mengalir liar, seperti naga yang mengaum di dalam dadanya, siap melepaskan amarahnya. Mata Rendy berkilat tajam, menatap Azrael yang berdiri di seberangnya dengan senyum yang tak tergoyahkan.

Angin di sekitar mereka berputar semakin kencang, membawa serta serpihan tanah dan debu yang beterbangan liar. Udara terasa berat, penuh dengan aura kejahatan yang menyelimuti arena. Rendy tahu, Azrael bukan hanya sekadar musuh biasa. Dia adalah kegelapan yang mengancam menelan dunia ini dalam kehancuran abadi. Jika ia gagal, tak akan ada lagi cahaya, tak akan ada lagi harapan.

"Jika itu yang kau inginkan..." suara Rendy terdengar dingin, tegas, seolah melawan guntur yang menggelegar di kejauhan. "Aku akan menghentikanmu, Azrael. Aku akan menghalangi setiap langkahmu, meski harus menghancurkan dunia ini sendir
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Kebangkitan Naga Perang   406. Rendy vs Azrael - II

    Ledakan energi mengguncang dimensi itu, menciptakan gelombang kejut yang merobek ruang di sekelilingnya. Dua kekuatan bertabrakan dalam pertarungan yang akan menentukan nasib dunia—cahaya yang mulai meredup melawan kegelapan yang kian menelan segalanya. Udara bergetar, seakan merasakan ketegangan yang membelit langit dan tanah.Rendy Wang berdiri tegak, tubuhnya gemetar bukan karena ketakutan, tetapi karena intensitas energi yang mengalir di sekitarnya. Pedang Naga Dewa dalam genggamannya berdenyut, memancarkan cahaya keemasan yang membakar kegelapan di sekelilingnya. Kilatan naga surgawi menari di bilah pedangnya, menyisakan jejak api yang menyala dalam kehampaan dimensi ini.Di hadapannya, Azrael, Penguasa Kegelapan, melayang di udara dengan aura mengerikan yang meresap hingga ke dalam tulang. Jubah hitamnya berkibar, seakan terbuat dari bayangan yang hidup. Mata merahnya berkilat tajam, seperti bara neraka yang siap melumat segalanya. Dari kedua tangannya, energi hitam mengalir, be

    Last Updated : 2025-01-20
  • Kebangkitan Naga Perang   407. Melenyapkan Azrael

    Angin dingin menyapu reruntuhan tempat pertarungan berlangsung, membawa aroma tanah basah bercampur darah yang membeku. Rendy berdiri di tengah-tengah medan itu, telapak tangannya yang gemetar menggenggam erat Pedang Naga Dewa. Mata cokelat gelapnya memandang ke arah Azrael, musuh bebuyutannya, yang tampak berdiri kokoh meski aura kegelapan di sekelilingnya mulai memudar. Tiba-tiba, suara dari dalam pedang kembali berbisik, lembut namun penuh wibawa."Jangan takut, anak muda," suara itu menggema langsung ke dalam jiwanya. "Kegelapan yang ia bawa hanyalah salah satu sisi dari energi kosmik. Pedang Naga Dewa memiliki kekuatan untuk menyeimbangkan kedua kutub ini. Yang perlu kau lakukan adalah mengarahkan niatmu pada kesempurnaan—bukan hanya sekadar kekuatan."Rendy tertegun. Suara itu seperti melahirkan keberanian baru dalam dirinya. Dadanya mulai berdenyut dengan ritme yang serasa sejalan dengan detak kehidupan di sekitar. Cahaya lembut mulai muncul dari pedang, mengalirkan energi yang

    Last Updated : 2025-01-21
  • Kebangkitan Naga Perang   408. Magis Pedang Dewa

    Setelah menghancurkan kegelapan yang hampir menelan dunia, Rendy Wang kembali ke dunia yang ia kenal. Namun, meski dunia ini tampak utuh, ada ketenangan yang tak bisa ia rasakan sepenuhnya. Ada keheningan yang mengganggu, seolah dunia ini sedang menunggu untuk menerima tugas baru yang lebih besar lagi—tugas yang tidak akan selesai hanya dengan mengalahkan satu musuh.Namun, di tengah kesunyian, suara angin yang berbisik menyambutnya. Pria tua yang telah muncul saat pertarungannya melawan Alan Smith kini berdiri di hadapannya, dengan wajah yang penuh kebijaksanaan dan tangan yang memegang pedang tua yang tampak sudah lusuh, namun penuh dengan aura kekuatan yang sangat besar."Rendy Wang," kata pria tua itu dengan suara yang dalam dan penuh kekuatan, "kau telah melampaui banyak ujian, namun perjalananmu baru dimulai. Dunia ini lebih luas daripada yang kau kira. Dan untuk melindunginya, kau harus menguasai kekuatan yang lebih besar lagi. Kekuatan yang tak hanya bergantung pada satu pedan

    Last Updated : 2025-01-21
  • Kebangkitan Naga Perang   409. Magis Pedang Dewa- II

    Rendy menarik napas panjang, membiarkan udara segar memenuhi paru-parunya sebelum perlahan menghembuskannya. Mata gelapnya terpejam, jemarinya menggenggam erat gagang Pedang Naga Dewa yang terasa hangat di tangannya. Ada aliran energi lembut namun kuat yang mengalir dari pedang itu, seolah berbisik, menunggu untuk direspon. Di bawah langit yang temaram, ia berdiri tegak, tubuhnya seperti menyatu dengan angin yang berhembus lembut di sekelilingnya.“Aku harus memusatkan niat,” gumamnya pelan, nyaris tak terdengar, namun getaran tekadnya memenuhi udara.Perlahan, ia memusatkan energi spiritualnya, menarik kekuatan dari dalam dirinya dan menghubungkannya dengan energi alam yang melingkupi tempat itu. Di kedalaman jiwanya, ia bisa merasakan sesuatu — ruh pedang yang telah lama terpendam, bukan dalam bentuk fisik, tetapi sebagai kehendak dan tekad yang tak tergoyahkan. Kehadiran itu semakin jelas saat Rendy membuka hatinya."Naga Surgawi," bisiknya dalam hati, suaranya penuh harap. "Bimbin

    Last Updated : 2025-01-21
  • Kebangkitan Naga Perang   410. Pedang-Pedang Spiritual

    Rendy merasakan keheningan yang mendalam mengelilinginya saat Shu Jin memulai pengajaran lebih lanjut. Pedang-pedang spiritual yang melayang di sekelilingnya kini mulai lebih teratur, namun ia tahu bahwa ini baru awal dari perjalanan panjangnya untuk menguasai Magis Pedang Dewa. Setiap pedang yang ia kendalikan adalah sebuah perpanjangan dari niat dan kekuatannya, namun pengendalian itu bukanlah hal yang mudah.Shu Jin mengangkat tangannya dengan perlahan, dan sebuah gelombang energi spiritual mengalir dari ujung jarinya, merasuk ke dalam pedang-pedang yang mengelilingi Rendy. “Sekarang, mari kita lanjutkan kembali dengan teknik kedua—Pedang Gabungan Bintang.”"Teknik ini adalah puncak pengendalian dalam Magis Pedang Dewa. Kamu akan mengendalikan ratusan pedang sekaligus, menggerakkannya dalam serangan terkoordinasi. Ini bukan sekadar soal jumlah pedang, tetapi soal kejelasan tujuan dan kekuatan niatmu. Gabungan Bintang berarti, setiap pedang adalah bintang yang saling berhubungan dal

    Last Updated : 2025-01-21
  • Kebangkitan Naga Perang   411. Mengendalikan Pedang Naga Dewa

    Shu Jin berdiri diam, matanya tajam mengamati setiap gerakan Rendy. Selama beberapa saat, ia tak berkata apa-apa, hanya membiarkan keheningan menjadi bagian dari pelajaran. Akhirnya, dengan suara yang tenang dan penuh makna, ia berbicara, “Keinginanmu sudah ada, Rendy. Namun, kau terlalu banyak berpikir. Pedang-pedang itu harus bergerak melalui intuisi dan jiwa, bukan sekadar rencana dan strategi. Lepaskan keraguanmu, dan biarkan gerakanmu lahir dari niat sejati.”Kata-kata itu menembus hingga ke dalam hati Rendy. Ia menundukkan kepala, merenungkan kesalahan yang baru saja disadarinya. Ia terlalu terjebak dalam logika, terlalu fokus pada strategi, sehingga melupakan esensi sejati dari seni pedang ini. Perlahan, ia menarik napas dalam-dalam, membiarkan pikirannya kosong, hanya menyisakan satu tujuan yang jelas ... mengendalikan pedang-pedang itu sebagai satu kesatuan.Dalam keheningan itu, sesuatu berubah. Pedang-pedang spiritual yang melayang di sekelilingnya mulai bergerak kembali, n

    Last Updated : 2025-01-21
  • Kebangkitan Naga Perang   412. Jurus Pedang Langit Bumi

    Rendy merasakan sesuatu yang belum pernah ia alami sebelumnya—sebuah hubungan tak kasatmata yang mengikatnya dengan seluruh jagat raya. Mantra kuno yang diucapkan oleh Shu Jin mengalir bagaikan sungai cahaya ke dalam tubuhnya, menelusuri setiap jalur energi yang sebelumnya tersembunyi. Setiap suku kata mantra itu bergema dalam nadinya, menciptakan resonansi yang membangunkan kekuatan yang telah lama terkunci di dalam dirinya. Pedang Naga Dewa yang ia genggam mulai bergetar, bukan karena ketakutan, melainkan karena kesadaran. Getaran itu semakin kuat, seiring cahaya keemasan yang merembes keluar dari bilahnya, menggantikan bayangan kelam yang dulu menyelimutinya. Udara di sekitar mereka bergetar, seakan merespons perubahan yang tengah terjadi. Rendy bisa merasakan denyut kehidupan dari pedangnya, bukan lagi sekadar senjata, tetapi sebagai bagian dari dirinya—perpanjangan dari tekad dan kehendaknya. Shu Jin mengamati perubahan ini dengan sorot mata penuh kebijaksanaan. Cahaya keemasan

    Last Updated : 2025-01-21
  • Kebangkitan Naga Perang   413. Penguasa Magis Pedang Dewa

    Langit di atas mereka tampak kelam, seolah merespons energi dahsyat yang bergema di seluruh arena. Angin berhembus kencang, membawa debu dan dedaunan yang beterbangan, seakan menari bersama pedang-pedang yang melayang di udara. Shu Jin berdiri dengan tenang di tengah pusaran energi, matanya tajam, penuh ketenangan seorang ahli yang telah memahami esensi dari setiap ayunan pedang. Dengan satu gerakan anggun, Shu Jin mengangkat tangannya. Puluhan pedang spiritual yang mengitari tubuhnya bergerak dalam harmoni sempurna, mengikuti irama yang hanya bisa dirasakan oleh mereka yang telah menyatu dengan alam. Cahaya dari pedang-pedang itu berpendar, berkilauan seperti bintang-bintang yang turun dari langit malam. "Perhatikan baik-baik, Rendy," suara Shu Jin bergema di antara desiran angin. "Setiap pedang ini bukan hanya sekadar senjata. Mereka adalah perpanjangan dari jiwa, dari niat, dari keinginan yang tidak terucapkan. Jika kau bisa menyelaraskan hatimu dengan mereka, maka seranganmu aka

    Last Updated : 2025-01-21

Latest chapter

  • Kebangkitan Naga Perang   513. Segel Jiwa

    Azerith terdorong mundur, wajahnya kini lebih menyerupai bayangan iblis daripada manusia. Dengan tatapan penuh amarah dan kebencian, ia memutar tubuhnya. Pedang Iblis Merah ditebaskan dalam gerakan spiral yang nyaris mustahil ditangkap mata telanjang. Setiap sabetan memotong udara, menciptakan bilah-bilah energi merah gelap yang melesat seperti anak panah roh—menyasar bukan tubuh, tapi langsung pada jiwa.Namun, Rendy tak mundur.Dengan satu putaran cepat, Pedang Kabut Darah menyapu seluruh bilah serangan. Dalam sekejap, tercipta pusaran merah-putih yang menghisap dan membelokkan serangan itu, meledakkannya menjadi hujan cahaya yang luruh ke tanah seperti bintang jatuh yang kehabisan nyala.Azerith tertegun. Napasnya berat, jiwanya tergerus perlahan.Rendy berdiri di tengah pusaran cahaya yang perlahan mereda, tubuhnya luka namun tak gentar. Ia menatap lawannya—mata yang tak lagi menyimpan rasa benci, hanya keteguhan.“Aku tidak akan melawan kutukanmu dengan sihir,” gumamnya pelan namu

  • Kebangkitan Naga Perang   512. Pedang Iblis Merah Azerith

    Angin terhenti begitu saja, seperti makhluk hidup yang menahan napas. Debu menggantung di udara, tak sempat jatuh. Waktu—biasanya tak terbendung—kini seperti dipaksa berhenti, membeku dalam ketegangan yang mencekam.Dari balik semburan cahaya yang menyilaukan mata, dan langit yang retak seperti kaca dihantam palu raksasa, dua sosok berdiri. Tak sempurna. Tak utuh. Namun masih tegak—meski dunia seolah menolak keberadaan mereka.Rendy terhuyung, nafasnya tersengal seolah paru-parunya terbakar dari dalam. Darah mengalir dari pelipis dan sudut bibirnya, menggurat merah pekat di wajah yang dipenuhi luka dan debu pertempuran. Namun, cahaya merah menyala di sekeliling tubuhnya, tak padam sedikit pun. Justru semakin membara.Aura naga itu bukan lagi sekadar energi—ia menjadi bagian dari dirinya. Sisik merah menyala terbentuk dari cahaya murni, mengilap seperti batu rubi. Tanduk melengkung memanjang dari pelipisnya, sementara sayap raksasa perlahan mekar dari punggungnya, mengepak pelan seperti

  • Kebangkitan Naga Perang   511. Pertarungan Negeri Malam - II

    “Jangan menyerah!” Suara itu meluncur membelah senyap, nyaring dan penuh nyawa. Gaungnya memantul di tebing-tebing gelap Negeri Malam, menghentak dada siapa pun yang mendengarnya. Tegas. Tak tergoyahkan. “Kekuatan mereka memang besar… tapi bukan tak terbatas! Jika kita mampu bertahan, maka mereka akan tumbang—oleh kesombongan dan kekuatan mereka sendiri!”Laras berdiri terpaku. Nafasnya berat, terseret di antara angin dingin dan aroma darah yang menggantung di udara. Kepalanya menunduk perlahan, bayangan luka dan kehilangan berkecamuk di matanya. Dengan gerakan lirih, ia membuka payung ungu kesayangannya—gerakan kecil yang mengandung ribuan kutukan.“Ini sudah melewati batas…” ucapnya, suara nyaris tak lebih dari bisikan yang terbawa angin. Lalu, dengan ketenangan yang menakutkan, ia menancapkan payung itu ke tanah.KRAAAK ...Begitu ujung payung menyentuh tanah, suara retakan halus terdengar—seolah bumi sendiri merintih. Aura ungu merembes keluar dari celah tanah, melilit udara sepert

  • Kebangkitan Naga Perang   510. Pertarungan Negeri Malam

    Langit Negeri Malam seakan telah robek.Azerith melesat keluar dari kawah api yang ia ciptakan sendiri. Tubuhnya diselimuti aura hitam pekat, berkilauan seperti logam cair yang mendidih. Sayap iblis terbuka lebar di punggungnya—bukan sayap biasa, tapi sayap yang terbuat dari bayangan penderitaan ribuan jiwa. Di belakangnya, dua mata raksasa tanpa kelopak muncul di langit, menatap ke segala arah.“Rendy…” suara Azerith menggema seperti jeritan dari dasar neraka, “Aku sudah mati... berkali-kali... untuk negeri ini. Tapi ayah kami—ayahku—dibunuh olehmu. Kau dan ambisimu untuk perdamaian, hanya menyisakan pembantaian!”Rendy tak menjawab. Sorot matanya tajam, dan api merah dari Pedang Kabut Darah makin membara. Aura spiritual di sekeliling tubuhnya membentuk cincin cahaya merah tua yang berdenyut seirama dengan detak jantungnya.“Kau ingin kebenaran, Azerith?” seru Rendy, melayang perlahan maju. “Bukankah aku sudah bilang kalau ayahmu ingin menghancurkan dunia dan bersekutu dengann kekuata

  • Kebangkitan Naga Perang   509. Kehebatan Empat Penjuru Angin

    Tak jauh dari situ, Lintang mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi. Tongkat itu memancarkan cahaya biru langit, lalu menyala terang seperti bintang meledak.“Wahai semesta! Beri aku kekuatan!”Lintang menghentak tanah dengan ujung tongkat. Seketika, dari bawah tanah muncul jaring akar-akar bercahaya yang menjulur dan menyambar para prajurit tanpa jiwa, menarik mereka masuk ke dalam bumi yang menganga. Suara jeritan mengerikan bergema ketika tubuh-tubuh itu ditelan tanah.Tiga prajurit melompat dari sisi kanan—Lintang memutar tongkatnya, mengubahnya menjadi cambuk cahaya. Dengan gerakan cepat dan presisi, cambuk itu membelit leher dan tangan lawan-lawannya, lalu ditarik ke satu arah hingga mereka saling bertabrakan dan meledak menjadi abu.*****Dari atas reruntuhan, melayanglah Lily, gaunnya mengepak, kipas giok di tangan kanannya terbuka perlahan.“Jangan meremehkan kelembutan…”Ia mengibaskan kipas sekali. Angin yang keluar bukan sekadar angin—ia adalah gelombang serangan berbentuk kelo

  • Kebangkitan Naga Perang   508. Kekuatan Naga Perang

    Rendy tak bergeming. Ia melangkah ke depan, dan setiap langkahnya seperti membangunkan tanah yang tertidur. Aura panas merambat dari tubuhnya, membuat udara di sekitarnya bergetar samar. Lalu, suara hatinya menggema—keras, tegas, mengguncang lebih dari sekadar suara.“Aku tidak takut pada mereka!” serunya, dan dalam sekejap, tubuhnya diselimuti oleh cahaya merah yang membakar. Dari balik punggung dan dadanya, muncul siluet seekor naga—merah membara, melingkar seperti pusaran petir yang hendak menerkam. Matanya menyala, dan setiap sisiknya memantulkan kilatan kekuatan purba.Lintang membeku. Matanya membelalak tak percaya. Di sebelahnya, Laras mundur satu langkah, tubuhnya bergetar hebat.“Mustahil…” bisiknya dengan suara tercekat. “Ras Naga sudah punah… jutaan tahun yang lalu…”Rendy menatap lurus ke mata Azerith. Tak ada keraguan. Tak ada gentar. Hanya kepercayaan yang tak tergoyahkan.“Ini bukan tentang balas dendam,” katanya pelan, namun suaranya mengandung kekuatan yang tak bisa di

  • Kebangkitan Naga Perang   507. Rahasia Keluarga Tanoto

    Kilatan petir terakhir mencabik langit, menyambar reruntuhan yang hangus di belakang Azerith. Sekilas, cahaya itu memahat siluet sosoknya yang menjulang tinggi, berdiri laksana dewa penghancur dengan pedang terangkat ke langit. Dari bilah senjata itu, lidah-lidah api neraka melompat liar, memekik dalam nyala yang bukan hanya membakar udara, tapi juga jiwa. Tangisan lirih bergema dari logamnya—jeritan ribuan roh yang terperangkap di dalam, merintih antara harapan akan kebebasan… atau kehancuran abadi.Sheila tersentak. Tumitnya bergeser ke belakang, satu langkah kecil yang nyaris tak terdengar. Bukan ketakutan yang membuatnya mundur, tapi sesuatu yang lebih kompleks—kesadaran akan kekuatan yang berdiri di hadapannya.“Rendy…” bisiknya, tangan refleks terangkat. Tapi sebelum ia bergerak lebih jauh, sebuah tangan menggenggam pergelangannya.“Jangan,” ujar Rendy pelan, suaranya rendah tapi tegas, nyaris seperti bisikan petir sebelum badai.Tatapannya tertuju penuh pada Azerith, dan di mata

  • Kebangkitan Naga Perang   506. Satria Tanpa Jiwa

    Azerith melangkah maju, jubahnya berkibar perlahan seiring gerakannya. Suhu ruangan turun drastis. Nafas menjadi uap putih.“Itu semua hanya... umpan. Seleksi alam, Sheila. Dunia Bawah tidak butuh simpati. Ia menuntut kekuatan. Yang lemah... hilang. Yang kuat... bertahan. Itu hukum satu-satunya di sini.”Ia berhenti tepat di depan Sheila. Mereka hanya dipisahkan oleh helai napas.“Tapi kau... masih terlalu naif untuk mengerti.”Sheila menggertakkan gigi, menahan amarah. Tapi matanya tidak berpaling.“Kau bukan Tuhan, Azerith. Dan aku di sini... untuk menjatuhkan dewa palsu.”Langkah Rendy menggema di antara debu dan reruntuhan menara tua. Bayangan dari nyala obor menari di wajahnya yang tegang, rahangnya mengeras. Matanya tajam, penuh kemarahan yang tak bisa lagi ditahan.“Kau menyebut kehancuran sebagai seleksi?” suaranya memotong keheningan seperti kilatan petir. “Kau buang anak-anak, wanita, dan turis tak berdosa hanya untuk eksperimen sosial?”Angin mendesis, membawa aroma tanah ba

  • Kebangkitan Naga Perang   505. Azerith - Pewaris Negeri Malam

    Dua malam telah berlalu sejak aliansi antara Rendy dan Sheila terbentuk—sebuah kesepakatan rapuh yang ditandai dengan percikan api kebencian masa lalu dan bara tekad akan pembalasan. Malam ini, langit Negeri Malam tampak lebih kelam dari biasanya, seolah bintang pun enggan menatap apa yang akan terjadi.Delapan sosok berdiri tegak di pelataran batu obsidian di depan Menara Tanpa Bayangan—bangunan menjulang dengan dinding berkilau hitam pekat yang tampak hidup, berdenyut halus seperti nadi monster kuno yang sedang tertidur. Cahaya bulan pun lenyap begitu menyentuh permukaannya, seakan tertelan oleh lapisan spiritual yang tak mengenal pantulan.Rendy berdiri paling depan. Nafasnya terlihat dalam kepulan dingin malam, tapi keringat hangat membasahi tengkuknya. Di sisinya, Sheila tampak tenang, namun sorot matanya tajam seperti bilah belati yang disembunyikan di balik senyuman.Empat Penjuru Angin mengitari mereka dalam formasi setengah lingkaran, menjaga dua orang di belakang: para saksi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status