Home / Fantasi / Kebangkitan Klan Phoenix / Pemimpin Gladgrik.

Share

Pemimpin Gladgrik.

Author: Jimmy Chuu
last update Last Updated: 2025-03-06 15:19:07

Aula di kediaman pemimpin Kurcaci terasa dingin, seolah suhu di dalam ruangan ini sengaja dijaga rendah untuk menciptakan suasana megah dan agung.

Batu tebing yang dilapisi marmer khusus berkilau, memantulkan cahaya lampu minyak yang menggantung di dinding. Pantulan cahaya ini membuat semua orang mengeretakkan gigi, merasakan dinginnya udara yang menusuk tulang.

Di tengah aula, seorang kurcaci bertubuh tambun duduk di singgasana megah.

Janggutnya panjang, mencapai dada, dan terlihat terawat dengan baik. Dia mengenakan baju besi cemerlang, tampak dikerjakan oleh ahli terampil, memancarkan aura agung dan misterius sebagai simbol kekuasaannya.

Topi ala bangsawan yang dia kenakan tampak dibuat dengan tangan trampil, menyerupai helm perang namun juga berkesan indah dan mewah. Semua perhiasan dan pakaiannya menunjukkan statusnya sebagai pemimpin yang dihormati.

"Tuanku, ini para tamu dari dunia atas. Mereka penyihir dan Elf. Tampaknya ingin mengungkapkan permintaan pada Klan Grimbeard kami.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Di Arena – Ring of Iron.

    Cahaya obor berkilauan memantul pada dinding batu kota Ironhold, menciptakan bayangan yang bergerak seiring dengan gemeretak api. Aula pertemuan yang tadinya hening kini menjadi mencekam saat Gladgrik, pemimpin Klan Grimbeard, menatap kalung di leher Kiran dengan pandangan tercengang."Kalung sihir buatan Walrock..." desisnya, kali ini dengan nada yang lebih serius. "Tahukah kau apa artinya ini, anak muda? Walrock hanya memberikan belenggu ini pada mereka yang dianggap ancaman terbesar bagi kekuasaannya."Kiran mengangguk pelan, membenarkan. "Itulah mengapa aku membutuhkan bantuan Penempa Kemrick. Aku dengar keterampilannya melampaui penempa mana pun di Benua Ayax ini."Gladgrik terdiam sejenak, masih membelai Bintang Abadi Tursite yang berkilau di tangannya. Matanya menyipit, seolah sedang menimbang sesuatu yang berat."Kemrick memang ahli dalam menempa spiritual, tapi..." ia berhenti sejenak, "dia tidak akan menolong sembarang orang. Terutama manusia dan penyihir.""Tapi kami sudah

    Last Updated : 2025-03-07
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Kedai Gauntlet.

    Ring of Iron, Kota Ironhold.Pertarungan terus berlanjut dengan dahsyatnya. Kedua petarung berputar di arena, masing-masing mencari celah dalam pertahanan lawannya. Kurcaci itu mengandalkan kekuatan dan pertahanan baja zirahnya, sementara Kiran bergantung pada kelincahan dan kecepatannya untuk menghindar."Sebagai manusia... Kamu cukup tangguh untuk ukuran manusia," suara berat terdengar dari balik helm sang kurcaci."Dan Anda terlalu lambat untuk seorang petarung legendaris," balas Kiran, berusaha memancing emosi lawannya.Strategi itu berhasil. Dengan raungan marah, kurcaci itu menyerang membabi buta, mengayunkan gadanya dalam gerakan lebar yang kuat namun mudah dibaca. Kiran memanfaatkan celah ini, meluncur di bawah ayunan gada dan menebas ke arah tali pengikat helm sang kurcaci.CLING!Suara logam beradu terdengar nyaring. Tali helm terputus, namun kurcaci itu masih sempat memutar tubuhnya dan menghantam Kiran dengan sisi perisainya. Pukulan itu telak mengenai bahu Kiran, membuatn

    Last Updated : 2025-03-07
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Roric.

    Cahaya obor redup memantul di dinding batu curam Kota Ironhold, menciptakan bayangan yang bergerak seiring langkah mereka.Udara dalam gua perut bumi terasa dingin dan lembab, tanpa embun, hanya hembusan angin bawah tanah yang membelai kulit. Suara langkah kaki menggema di lorong batu yang sempit, menciptakan irama yang menenangkan sekaligus mencekam.Skarfum dan Kiran berjalan menyusuri lorong batu yang berliku. Dinding-dinding bebatuan membentuk terowongan alami yang dimodifikasi oleh keahlian para kurcaci. Setiap langkah mereka menggema, seakan ada penghuni tak kasat mata di gua perut bumi ini sedang mengawasi setiap gerakan mereka."Bengkel Kemrick terletak di jantung kota bawah tanah," kata Skarfum, suaranya memantul di dinding batu. "Kamu akan segera melihat keajaiban para penempa terbaik Klan Grimbeard."Mereka lalu memasuki lorong yang semakin melebar, menampakkan tebing-tebing batu yang dipahat dengan keahlian luar biasa, menciptakan ruang-ruang kerja yang menyatu dengan alam

    Last Updated : 2025-03-08
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Pemutusan Belenggu Sihir.

    Setelah tur yang panjang dan mengesankan itu, Kiran merasa kagum dengan apa yang dilihatnya. "Kamu sangat ahli," puji Kiran, matanya masih berbinar dengan kekaguman.Roric tertawa, suaranya bergema lembut di ruangan. "Aku belajar dari yang terbaik," ucap Roric dengan penuh kerendahan hati, senyum tipis menghiasi wajahnya.Melihat ini, Skarfum yang sejak tadi diam, kemudian melangkah maju. "Kiran... Sebenarnya," katanya dengan seringai yang penuh arti."Ada apa, petarung Skarfum?" tanya Kiran, penasaran dengan maksud di balik seringai itu."Er... Roric. Dialah penempa Kemrick yang kamu cari."BAM!Kiran membeku. Matanya melebar menatap Roric—atau Kemrick—dengan keterkejutan total. Seolah-olah dunia di sekitarnya berhenti sejenak.+++Kiran merasa malu bercampur heran. "A-anda adalah penempa Kemrick?" tanya Kiran masih tak percaya. "Dalam bayanganku, penempa yang disebut grand master itu seorang yang tua, berjanggut panjang dan dijalin. Tubuhnya gemuk! Namun Anda..."Roric hanya tertawa

    Last Updated : 2025-03-08
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Pertemuan Dengan The Flame.

    Kiran terbaring dalam keadaan tidak sadarkan diri, terombang-ambing di antara dunia nyata dan mimpi. Kegelapan merengkuhnya seperti selimut beludru yang dingin, menciptakan sensasi hampa dan tanpa arah.Dia melayang tanpa berat, seolah terperangkap dalam dimensi yang tak bisa dipahami. Bayangan-bayangan kabur berputar perlahan di sekelilingnya, membentuk pola-pola aneh yang tak pernah ia lihat sebelumnya.“Apa ini?” batin Kiran, antara sadar dan tidak sadar. Pikirannya berkabut, tapi ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Pertama-tama, dia hanya merasakan kehangatan samar. Itu adalah titik kecil cahaya yang muncul dari kejauhan.Titik itu perlahan membesar, bergetar, dan mulai berkobar. Semakin lama, cahaya itu berubah menjadi lidah api raksasa yang bergerak hidup, seolah memiliki kesadarannya sendiri.Kiran mencoba bergerak, tapi tubuhnya terasa ringan, hampir seperti asap. Meski begitu, ada sesuatu yang menahannya di sini, mencegahnya untuk pergi. Dia hanya bisa memandang api itu, y

    Last Updated : 2025-03-09
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Misi Ke Kota Orgor.

    Roric melangkah di antara puing-puing bengkel, kakinya yang pendek menginjak serpihan logam yang meleleh. Para pekerja kurcaci bergerak cepat, membersihkan sisa-sisa kerusakan dengan gerakan terlatih, seolah-olah mereka telah melakukan ini berkali-kali sebelumnya.Beberapa menggunakan ember air, yang lain mengangkut puing-puing logam ke sudut ruangan, suara palu dan gergaji beradu dengan ritme yang teratur."Kau harus membayar kerusakan ini," kata Roric, suaranya dingin dan tegas, memecah kebisingan yang ada. Dia berhenti tepat di hadapan Kiran, mata birunya menatap tajam, seolah menembus jiwa sang manusia.Kiran mengangkat sebelah alis, menantang. "Berapa banyak koin emas yang kau inginkan?"Roric tertawa, nada bicaranya mengandung sedikit kemarahan sekaligus ejekan. "Bukan koin emas, manusia. Tenagamu yang akan membayar kerusakan ini. Kau akan menebus kesalahanmu dengan keringatmu."Di belakang mereka, seorang kurcaci muda dengan jenggot merah muda sedang mencungkil paku logam yang

    Last Updated : 2025-03-10
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Misi Ke Kota Orgor – Bagian Dua.

    Pagi itu, cahaya matahari pertama mulai menembus jendela bengkel Kemrick, menerangi ruangan dengan kehangatan yang lembut.Kiran sudah berada di depan paron, tangannya dengan terampil mulai menempa sebilah pedang. Keringat mulai membasahi dahinya, namun gerakannya tetap stabil dan fokus, seolah-olah ia telah melakukan ini selama bertahun-tahun.Tiba-tiba, langkah kaki Roric terdengar, memecah konsentrasi Kiran. Kiran menoleh, sedikit terkejut melihat ekspresi kurcaci itu berbeda dari kemarin—tidak lagi marah, melainkan serius namun bersahabat."Kau cukup terampil untuk manusia," gumam Roric, mengamati gerakan tangan Kiran, menilai kemampuannya.Kiran tersenyum tipis, merasa sedikit lega dengan perubahan sikap Roric. "Aku belajar cepat," jawabnya, nada bicaranya penuh percaya diri.Roric mendekati, memperhatikan pedang yang sedang Kiran tempa, matanya penuh minat. "Bagus. Karena aku punya tawaran untukmu.""Tawaran?" Kiran menghentikan pekerjaannya, menatap Roric penuh minat, menunggu

    Last Updated : 2025-03-10
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Lembah Mystral.

    Perjalanan memasuki hari ketiga, lanskap di sekitar mereka berubah perlahan, menawarkan pemandangan yang berbeda. Pegunungan Rotos mulai merata, memberikan jalan bagi dataran luas yang membentang tak berujung.Langit biru yang luas menjadi kanvas, dan awan-awan putih menjadi kuas yang melukis pemandangan indah.Perbatasan antara Kekaisaran Qingchaang dan Chosa terlihat samar, hanya rerumputan yang menari lembut tertiup angin dan bebatuan yang tersebar di kejauhan, menjadi saksi bisu perjalanan mereka.Kiran merasakan perubahan energi spiritual di sekitarnya, perubahan yang halus namun jelas. Wilayah ini berbeda, penuh dengan nuansa rahasia yang menggantung di udara, seperti aroma misterius yang tak kasat mata."Kita sudah memasuki wilayah Chosa," gumamnya pada Nethon dan Malven, suaranya pelan namun penuh perhatian.Nethon mengencangkan pegangan pada tongkat sihirnya, api kecil di ujung jarinya bergetar, seolah merespon getaran misterius di udara. "Aku siap menghadapi apa pun. Aku ti

    Last Updated : 2025-03-10

Latest chapter

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Di Insiden di Pintu Tambang.

    Di depan pintu Tambang kuno bernama Tambang Tartaf, di Perbukitan Fatique...Burs, Imp budak Kiran tampak berdiri dan antri di barisan kelompok penyihir, knight dan pedagang.Saat itu, Burs menajamkan telinganya, menyerap setiap informasi yang bisa ia dapatkan. Paradox Colosseum? Juara Bertahan? Ini informasi baru yang mungkin berguna bagi Tuan Kiran.Saking antusiasnya, Burs menabrak sosok di depannya - penyihir tua berwajah tidak simpatik itu."Aduh! Hei... Kamu penyihir berjerawat. Mau apa kamu merapat di punggungku? Kau ini semacam stalker? Ingin mendengar informasi dariku, ha?" Penyihir tua itu memaki Burs. Adapun Knight, kawan bicara penyihir itu, ia sudah menggenggam pedangnya, siap menebas Burs jika diperlukan.Namun karena Burs menunjukkan ekspresi bodoh, dan minta dikasihani... Kedua orang itu tidak mempermasalahkannya lagi."Maafkan aku... Maafkan aku," ucap Burs membungkuk serendah-rendahnya, seperti orang yang berhati lembut. Sikapnya menimbulkan rasa iba penyihir tua ya

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Burs - Imp Mata-Mata.

    Angin dingin menerpa sayap kelelawar Burs yang mengepak cepat. Sudah hampir setengah hari ia terbang tanpa henti, menjauhi kelompok Kiran dan tuannya yang baru. Hutan White Parrot yang gelap dan misterius perlahan-lahan mulai menipis, digantikan oleh pepohonan yang lebih jarang dan langit yang lebih terbuka."Akhirnya," gumam Burs, menyeka keringat dari dahinya yang merah. "Tuan Kiran tidak tahu betapa jauhnya Tambang Tartaf itu. Untung aku bukan Imp biasa."Burs memang bukan Imp sembarangan. Di antara kaumnya, ia terkenal memiliki stamina terbang yang luar biasa dan kemampuan mengintai yang tajam. Itulah sebabnya Kazam memilihnya sebagai mata-mata pribadi. Namun sekarang, setelah kematian tuannya yang lama, ia harus melayani tuan baru—seorang penyihir manusia yang menurutnya hebat, mampu memanggil Merak Api Gurun Atulla.Saat matahari mulai condong ke barat, Burs akhirnya mencapai penghujung Hutan White Parrot. Di hadapannya terbentang pemandangan perbukitan berbatu yang gersang—P

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Kontrak Dua Imp.

    Hutan White Parrot, setelah kematian Kazam yang Agung..."Jangan bunuh aku, jangan akhiri hidupku..." Tiba-tiba, Imp bernama Burs, makhluk kecil yang ketakutan, langsung bersujud di kaki Kiran, memohon belas kasihan."Aku mendukungmu, Tuan muda, aku akan menjadi pelayanmu," Ucap Burs si Imp, suaranya gemetar, yang langsung mencium kaki Kiran, menunjukkan kesetiaan.Melihat hal ini, ekspresi Imp yang satunya, Kon, berubah jelek, menunjukkan rasa iri. Wajahnya menjadi ungu, pertanda marah, ekspresi yang tak menyenangkan."Burs! Kamu sungguh tak punya malu, kamu menjijikkan. Seharusnya aku yang bersujud di kaki Tuan muda ini, aku yang pertama. Kamu yang pada awalnya sangat keras, mencaci kelompok Tuan muda Kiran, kini sudah lebih dahulu mencari muka, kamu munafik!"Tak mau kalah dengan Burs, Kon si Imp yang satunya ikut-ikutan bersujud di kaki Kiran, menunjukkan kesetiaan. Anehnya, mereka berdua kini sikut menyikut, saling dorong, bersikap seolah-olah takut tak diangkat sebagai master o

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Bab 60: Pertarungan Sihir Api Di Hutan White Parrot.

    Kazam berdiri, wajahnya memerah padam, dilanda amarah yang membara. Matanya menyipit, menatap tajam ke arah Emma yang baru saja menghajar dua Imp budaknya, sebuah tindakan yang tak terduga. Kedua makhluk kecil berwarna merah itu kini tergeletak di tanah, merintih kesakitan dengan suara melengking yang memekakkan telinga, sebuah pemandangan yang memuakkan."Beraninya kau menyentuh Burs dan Kon, beraninya kau melakukan itu!" desis Kazam, suaranya sarat akan kebencian, tangannya terkepal erat hingga buku-buku jarinya memutih, menunjukkan kemarahan yang memuncak."Tidak ada yang boleh menyentuh budak-budakku, tidak ada yang berani!"Burs, Imp yang lebih kecil dengan tanduk melengkung, perlahan bangkit, mencoba berdiri. Air mata buaya mengalir di pipinya yang merah, menunjukkan kepura-puraan. "Tuan Kazam... mereka menyerang kami tanpa alasan, mereka sangat kejam," rengeknya dengan suara yang dibuat-buat, mencoba mencari simpati. "Kami hanya bertanya arah, kami tidak melakukan apa-apa, ta

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Hutan White Parrot, Hutan yang Penuh Misteri

    Dua hari telah berlalu sejak mereka meninggalkan Lembah Mystral, tempat yang menyimpan kenangan pahit. Perjalanan mereka kini membawa Kiran dan kelompoknya memasuki kedalaman Hutan White Parrot, sebuah hutan pinus abadi yang menjulang tinggi ke langit, sebuah tempat yang penuh misteri.Pohon-pohon pinus raksasa dengan batang keperakan, seperti pilar-pilar yang menjulang, berdiri kokoh, menciptakan kanopi tebal yang hampir tidak meneruskan cahaya matahari ke tanah hutan, memberikan kesan yang mencekam.Udara di Hutan White Parrot terasa berbeda, sebuah perbedaan yang jelas. Lebih dingin, lebih pekat, seolah diselimuti kabut tipis yang tak kasat mata, memberikan kesan yang aneh. Aroma getah pinus yang kuat, seperti wewangian yang khas, bercampur dengan bau tanah lembab dan jamur hutan, menciptakan wewangian khas yang memenuhi setiap tarikan napas, memberikan kesan yang unik."Hutan ini terasa aneh, ada sesuatu yang berbeda," gumam Emma, matanya waspada mengamati sekeliling, mencoba mema

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Lembah Mystral - Kenangan dan Ancaman

    Matahari perlahan tenggelam di ufuk barat, seperti bola api yang memudar, menyisakan semburat jingga kemerahan yang memudar dengan cepat di langit, memberikan kesan waktu yang berlalu.Perjalanan dari Puncak Rotos menuju Lembah Mystral memakan waktu enam jam yang melelahkan.Bayangan panjang kelompok itu terbentuk di tanah saat cahaya terakhir matahari menerangi punggung mereka, menciptakan siluet empat penunggang yang bergerak menuju Tenggara, menuju bahaya yang tersembunyi.Ketika akhirnya kegelapan malam menyelimuti langit, seperti selubung yang tak kasat mata, mereka telah mencapai pinggiran Lembah Mystral, tempat yang tak terlupakan. Bulan sabit menggantung di langit, memberikan penerangan samar, seperti mata yang mengawasi, yang memperlihatkan hamparan luas ladang gandum dan sorgum yang bergoyang pelan ditiup angin malam, memberikan kesan keindahan yang menenangkan."Kita sudah sampai, kita telah kembali," kata Kiran pelan, suaranya penuh makna, menarik tali kekang Gallileonnya

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Perpisahan di Puncak Rotos

    Angin dingin berhembus kencang di Puncak Gunung Rotos, membelai wajah mereka dengan sentuhan es. Awan-awan kelabu bergerak cepat di langit, seperti kawanan serigala yang berlari, seolah terburu-buru menghindari badai yang akan datang, memberikan kesan yang mencekam.Di gerbang Pintu menuju Kota Ironhold, di tepi tebing yang menjulang, Kiran, Emma, Pigenor, dan Chen berdiri menghadap tiga kurcaci yang telah menemani mereka selama beberapa hari terakhir, menjadi saksi perpisahan.Skarfum, Roric, dan Gladgrik—tiga kurcaci dengan perawakan dan karakter berbeda, namun dipersatukan oleh satu harapan: kesuksesan misi pencarian Orchid Altaalaite, permata yang akan mengubah segalanya."Perjalanan ke Tambang Tartaf tidak akan mudah, kalian harus bersiap," kata Gladgrik, suaranya berat dan serius, seperti gema di pegunungan. Janggut panjangnya bergerak tertiup angin, memberikan kesan kebijaksanaan."Kalian harus melewati Lembah Mystral lagi, tempat di mana Onimur dan Mandrazath menyerang kawan

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Orchid Altaalaite

    Ketegangan perlahan mereda, seperti badai yang berlalu, meninggalkan langit yang lebih cerah. Emma menurunkan Pedang Air, senjata itu berubah menjadi butiran air yang jatuh ke lantai batu sebelum menghilang sepenuhnya, kembali ke wujud aslinya.Matanya masih menyiratkan kemarahan, namun kata-kata Kiran, yang penuh kebijaksanaan, telah menyadarkannya, menghentikan amarahnya."Bicaralah," kata Kiran kepada Roric, suaranya masih tegang, namun lebih terkendali, mencoba menenangkan diri. "Apa tujuanmu datang kemari, apa yang kau inginkan?"Roric menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri setelah nyaris kehilangan nyawa, sebuah pengalaman yang mengerikan. Ia melangkah masuk ke dalam ruangan dengan hati-hati, masih waspada terhadap Emma yang menatapnya tajam, penuh curiga."Aku datang dengan berita," ujar Roric, suaranya serius, "dan sebuah tawaran, sebuah kesempatan."Pigenor mengangkat alis, menunjukkan rasa ingin tahunya, tertarik dengan apa yang akan dikatakan Roric. "Berita ap

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Duka yang Membekas di Ironhold

    Malam semakin larut di Kota Ironhold, kegelapan merangkul lorong-lorong batu yang kokoh. Obor-obor di sepanjang jalan, yang biasanya menyala terang, kini mulai meredup, seolah ikut merasakan kesedihan yang mendalam. Kiran, Emma, Chen, dan Pigenor berjalan dalam diam, langkah mereka berat dan penuh kesedihan, melewati jalan-jalan yang kini sepi setelah upacara pemakaman yang menyayat hati di kedalaman Sungai Gibna, tersembunyi di perut bumi, tempat peristirahatan terakhir.Mereka tiba di penginapan, tempat mereka biasa berbagi tawa dan cerita. Ruangan itu terasa lebih luas sekarang, lebih kosong, tanpa kehadiran Nethon dan Malven, dua sahabat yang telah pergi. Dua tempat tidur di sudut ruangan masih rapi, selimutnya terlipat sempurna, seolah menunggu pemiliknya kembali, sebuah pengingat yang menyakitkan.Emma duduk di tepi tempat tidurnya, menatap kosong ke arah lantai batu yang dingin, pikirannya melayang jauh. Chen berdiri di dekat dinding, tubuhnya tegak namun pikirannya masih m

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status