Home / Fantasi / Kebangkitan Klan Phoenix / Misi Ke Kota Orgor.

Share

Misi Ke Kota Orgor.

Author: Jimmy Chuu
last update Last Updated: 2025-03-10 19:26:30

Roric melangkah di antara puing-puing bengkel, kakinya yang pendek menginjak serpihan logam yang meleleh. Para pekerja kurcaci bergerak cepat, membersihkan sisa-sisa kerusakan dengan gerakan terlatih, seolah-olah mereka telah melakukan ini berkali-kali sebelumnya.

Beberapa menggunakan ember air, yang lain mengangkut puing-puing logam ke sudut ruangan, suara palu dan gergaji beradu dengan ritme yang teratur.

"Kau harus membayar kerusakan ini," kata Roric, suaranya dingin dan tegas, memecah kebisingan yang ada. Dia berhenti tepat di hadapan Kiran, mata birunya menatap tajam, seolah menembus jiwa sang manusia.

Kiran mengangkat sebelah alis, menantang. "Berapa banyak koin emas yang kau inginkan?"

Roric tertawa, nada bicaranya mengandung sedikit kemarahan sekaligus ejekan. "Bukan koin emas, manusia. Tenagamu yang akan membayar kerusakan ini. Kau akan menebus kesalahanmu dengan keringatmu."

Di belakang mereka, seorang kurcaci muda dengan jenggot merah muda sedang mencungkil paku logam yang
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
makin seru
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Misi Ke Kota Orgor – Bagian Dua.

    Pagi itu, cahaya matahari pertama mulai menembus jendela bengkel Kemrick, menerangi ruangan dengan kehangatan yang lembut.Kiran sudah berada di depan paron, tangannya dengan terampil mulai menempa sebilah pedang. Keringat mulai membasahi dahinya, namun gerakannya tetap stabil dan fokus, seolah-olah ia telah melakukan ini selama bertahun-tahun.Tiba-tiba, langkah kaki Roric terdengar, memecah konsentrasi Kiran. Kiran menoleh, sedikit terkejut melihat ekspresi kurcaci itu berbeda dari kemarin—tidak lagi marah, melainkan serius namun bersahabat."Kau cukup terampil untuk manusia," gumam Roric, mengamati gerakan tangan Kiran, menilai kemampuannya.Kiran tersenyum tipis, merasa sedikit lega dengan perubahan sikap Roric. "Aku belajar cepat," jawabnya, nada bicaranya penuh percaya diri.Roric mendekati, memperhatikan pedang yang sedang Kiran tempa, matanya penuh minat. "Bagus. Karena aku punya tawaran untukmu.""Tawaran?" Kiran menghentikan pekerjaannya, menatap Roric penuh minat, menunggu

    Last Updated : 2025-03-10
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Lembah Mystral.

    Perjalanan memasuki hari ketiga, lanskap di sekitar mereka berubah perlahan, menawarkan pemandangan yang berbeda. Pegunungan Rotos mulai merata, memberikan jalan bagi dataran luas yang membentang tak berujung.Langit biru yang luas menjadi kanvas, dan awan-awan putih menjadi kuas yang melukis pemandangan indah.Perbatasan antara Kekaisaran Qingchaang dan Chosa terlihat samar, hanya rerumputan yang menari lembut tertiup angin dan bebatuan yang tersebar di kejauhan, menjadi saksi bisu perjalanan mereka.Kiran merasakan perubahan energi spiritual di sekitarnya, perubahan yang halus namun jelas. Wilayah ini berbeda, penuh dengan nuansa rahasia yang menggantung di udara, seperti aroma misterius yang tak kasat mata."Kita sudah memasuki wilayah Chosa," gumamnya pada Nethon dan Malven, suaranya pelan namun penuh perhatian.Nethon mengencangkan pegangan pada tongkat sihirnya, api kecil di ujung jarinya bergetar, seolah merespon getaran misterius di udara. "Aku siap menghadapi apa pun. Aku ti

    Last Updated : 2025-03-10
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Mandrazath - Naga Hitam Terkutuk.

    Bulan sabit, bagaikan mata pedang perak, menggantung di langit malam. Cahayanya yang redup terselubung kabut kelabu dan awan hitam yang berarak, bagaikan pasukan bayangan yang bergerak di atas lembah. Angin malam, bagaikan nafas dingin naga, berdesir di antara pepohonan, membawa serta aroma tanah basah dan ketegangan yang menusuk kalbu.Sudah semalaman Onimur, si pemanggil arwah, Panglima Perang Sang Warlock dari kaum Dark Elf, bersembunyi di balik bayang-bayang, mengintai rombongan kurcaci yang kabarnya tengah mengiringi sang pewaris Klan Phoenix—pemuda yang disebut-sebut sebagai kunci bagi kebangkitan klan mereka."Terlalu berisiko jika aku menyerang mereka sekarang, Orgor," gumam Onimur, suaranya yang rendah bergetar oleh amarah. "Pihak Chosa akan murka, dan perang akan berkobar lebih luas lagi."Onimur, penunggang Mandrazath, naga hitam terkutuk yang menjadi tunggangannya, baru saja singgah di Kota Tengzhi. Seorang pendongeng mabuk, dengan lidah yang tak terkendali, telah memboco

    Last Updated : 2025-03-11
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Pedang Bintang Melawan Kutukan Mandrazath

    ROARR!Mandrazath memekik keras, suaranya menggema membelah keheningan malam, membuat langit seolah terbakar oleh amarahnya. Dentuman naga itu mengoyak udara, disusul semburan api iblis berwarna kehitaman yang menyala-nyala, seakan ingin melahap segalanya."Kurang ajar! Sihir kelas rendah semacam itu berani menandingi dentuman naga, api terkutuk yang disertai api neraka? Tak mungkin!" Desis Onimur, sang Dark Elf, dalam kemarahan yang membara, tatapannya dipenuhi kebencian.Langit yang semula hitam pekat pada saat itu berubah menjadi terang, kebiru-biruan, seolah-olah alam semesta turut merasakan gejolak pertempuran. Onimur langsung melantunkan sebuah lagu, lagu sihir kuno yang membangkitkan roh-roh dan mengendalikan mayat-mayat hidup, kekuatan yang hanya dimiliki oleh mereka yang menguasai sihir gelap.SUIIITNada suara yang kadang tinggi melengking dan kadang rendah mengalun, terdengar tidak indah namun membuat bulu kuduk berdiri, merambat di setiap tulang. Suara itu seperti bisikan

    Last Updated : 2025-03-12
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Transformasi Sang Phoenix

    Api dari Pedang Bintang melesat dengan kecepatan luar biasa, membelah kegelapan malam yang pekat. Mantra "Ignis Morsus" yang diucapkan Kiran, menghasilkan ledakan api yang dahsyat, mengarah langsung ke Onimur dan Mandrazath, membakar udara di sekitarnya.Namun, Onimur, panglima perang Dark Elf yang licik, bukanlah lawan sembarangan. Dengan gerakan tangan yang cepat dan penuh perhitungan, ia menciptakan perisai hitam pekat, menyerap sebagian besar serangan api Kiran, meminimalkan dampaknya."Kau pikir api kecil seperti itu bisa mengalahkanku?" ejek Onimur, suaranya yang dingin dan menghina bergema di seluruh Lembah Mystral, menantang Kiran. "Kau masih terlalu hijau, bocah Phoenix! Kekuatanmu belum seberapa!"Mandrazath, naga hitam terkutuk itu, mengaum, suaranya menggetarkan bumi, mengguncang segalanya. Naga itu membuka mulutnya lebar-lebar, mengeluarkan semburan api yang jauh lebih besar dan lebih panas dari sebelumnya, sebuah gelombang kehancuran. Api hitam kebiruan itu bergerak sepe

    Last Updated : 2025-03-12
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Sebuah Luka Yang Mendalam

    Kiran merasakan panas yang aneh menjalar dari dadanya, menyebar ke seluruh tubuhnya, memberikan kekuatan yang luar biasa. Bukan rasa panas yang menyakitkan, melainkan kehangatan yang familiar—seperti yang ia rasakan saat bertemu The Flame di Hutan Ternola, kekuatan yang telah lama ia cari.Tanpa peringatan, tubuh Kiran diselimuti api, kekuatan yang luar biasa. Tablet naga di bawah kakinya hancur berkeping-keping, tidak lagi berguna, namun ia tidak jatuh, ia tetap melayang. Ia terangkat, diangkat oleh kekuatan yang tidak ia pahami, kekuatan yang tak terduga.Api itu berubah bentuk, membesar, membentuk sosok burung raksasa dengan sayap yang membentang lebar, simbol kekuatan. Kiran tidak lagi terlihat—ia telah menjadi satu dengan api itu, menjadi Phoenix - The Flame yang legendaris, kekuatan yang luar biasa.Di bawah, pertempuran terhenti, semua terdiam. Zombie-zombie berhenti menyerang, seolah-olah merasakan kekuatan yang luar biasa, tak berani bergerak. Para kurcaci menurunkan senjata

    Last Updated : 2025-03-12
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Duka di Ironhold

    Denting logam yang biasanya memenuhi Kota Ironhold, irama palu yang tak kenal lelah, kini digantikan oleh bisikan-bisikan penuh kecemasan, seperti air yang mengalir di antara bebatuan. Lorong-lorong batu yang biasanya ramai oleh aktivitas para kurcaci penempa, suara langkah kaki yang berderap, kini dipenuhi kerumunan yang berbisik-bisik, menatap rombongan yang baru tiba dengan tatapan iba, penuh duka.Kiran berjalan dengan langkah berat, setiap pijakan terasa seperti beban yang tak terhingga. Wajahnya pucat pasi, kehilangan semua warna kehidupan. Matanya merah dan bengkak, bukti tangis yang tak henti-hentinya. Di belakangnya, beberapa kurcaci yang kuat dan tegap membawa dua tandu yang ditutupi kain putih, sebuah pemandangan yang memilukan."Beri jalan! Beri jalan!" teriak Skarfum, suaranya yang biasanya lantang kini terdengar berat dan penuh kesedihan. Ia telah bertemu rombongan itu di pintu gerbang, dan kini memimpin mereka melewati kerumunan kurcaci yang semakin bertambah, sepert

    Last Updated : 2025-03-13
  • Kebangkitan Klan Phoenix   Pemakaman DI Sungai Gibna

    Tubuh Nethon terbaring di perahu pertama, dibalut jubah sutra biru tua, warna kebanggaan para penyihir api, simbol kekuatan dan semangat. Cambuk sihirnya diletakkan di atas dadanya, siap menemaninya dalam perjalanan terakhir, menjadi teman setia. Wajahnya yang tenang seolah hanya tertidur, menunggu untuk terbangun di dunia yang lebih baik, di tempat yang lebih damai.Di perahu kedua, tubuh Malven dibaringkan dengan khidmat, penuh penghormatan. Busur dan anak panahnya tersusun rapi di sampingnya, simbol keahlian dan ketangkasan. Rambut pirang keemasannya yang panjang dihiasi dengan daun-daun perak, simbol kehormatan tertinggi bagi kaum Elf, menunjukkan keagungannya. Bahkan dalam kematian, keanggunan seorang Elf tetap terpancar dari sosoknya, keindahan yang tak lekang oleh waktu.Emma berdiri di tepi sungai, tangannya menggenggam sebuah lampion kecil berbentuk bunga teratai, simbol harapan dan cinta. Air matanya jatuh ke permukaan air, seolah menciptakan riak-riak kecil yang berkilaua

    Last Updated : 2025-03-13

Latest chapter

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Di Insiden di Pintu Tambang.

    Di depan pintu Tambang kuno bernama Tambang Tartaf, di Perbukitan Fatique...Burs, Imp budak Kiran tampak berdiri dan antri di barisan kelompok penyihir, knight dan pedagang.Saat itu, Burs menajamkan telinganya, menyerap setiap informasi yang bisa ia dapatkan. Paradox Colosseum? Juara Bertahan? Ini informasi baru yang mungkin berguna bagi Tuan Kiran.Saking antusiasnya, Burs menabrak sosok di depannya - penyihir tua berwajah tidak simpatik itu."Aduh! Hei... Kamu penyihir berjerawat. Mau apa kamu merapat di punggungku? Kau ini semacam stalker? Ingin mendengar informasi dariku, ha?" Penyihir tua itu memaki Burs. Adapun Knight, kawan bicara penyihir itu, ia sudah menggenggam pedangnya, siap menebas Burs jika diperlukan.Namun karena Burs menunjukkan ekspresi bodoh, dan minta dikasihani... Kedua orang itu tidak mempermasalahkannya lagi."Maafkan aku... Maafkan aku," ucap Burs membungkuk serendah-rendahnya, seperti orang yang berhati lembut. Sikapnya menimbulkan rasa iba penyihir tua ya

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Burs - Imp Mata-Mata.

    Angin dingin menerpa sayap kelelawar Burs yang mengepak cepat. Sudah hampir setengah hari ia terbang tanpa henti, menjauhi kelompok Kiran dan tuannya yang baru. Hutan White Parrot yang gelap dan misterius perlahan-lahan mulai menipis, digantikan oleh pepohonan yang lebih jarang dan langit yang lebih terbuka."Akhirnya," gumam Burs, menyeka keringat dari dahinya yang merah. "Tuan Kiran tidak tahu betapa jauhnya Tambang Tartaf itu. Untung aku bukan Imp biasa."Burs memang bukan Imp sembarangan. Di antara kaumnya, ia terkenal memiliki stamina terbang yang luar biasa dan kemampuan mengintai yang tajam. Itulah sebabnya Kazam memilihnya sebagai mata-mata pribadi. Namun sekarang, setelah kematian tuannya yang lama, ia harus melayani tuan baru—seorang penyihir manusia yang menurutnya hebat, mampu memanggil Merak Api Gurun Atulla.Saat matahari mulai condong ke barat, Burs akhirnya mencapai penghujung Hutan White Parrot. Di hadapannya terbentang pemandangan perbukitan berbatu yang gersang—P

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Kontrak Dua Imp.

    Hutan White Parrot, setelah kematian Kazam yang Agung..."Jangan bunuh aku, jangan akhiri hidupku..." Tiba-tiba, Imp bernama Burs, makhluk kecil yang ketakutan, langsung bersujud di kaki Kiran, memohon belas kasihan."Aku mendukungmu, Tuan muda, aku akan menjadi pelayanmu," Ucap Burs si Imp, suaranya gemetar, yang langsung mencium kaki Kiran, menunjukkan kesetiaan.Melihat hal ini, ekspresi Imp yang satunya, Kon, berubah jelek, menunjukkan rasa iri. Wajahnya menjadi ungu, pertanda marah, ekspresi yang tak menyenangkan."Burs! Kamu sungguh tak punya malu, kamu menjijikkan. Seharusnya aku yang bersujud di kaki Tuan muda ini, aku yang pertama. Kamu yang pada awalnya sangat keras, mencaci kelompok Tuan muda Kiran, kini sudah lebih dahulu mencari muka, kamu munafik!"Tak mau kalah dengan Burs, Kon si Imp yang satunya ikut-ikutan bersujud di kaki Kiran, menunjukkan kesetiaan. Anehnya, mereka berdua kini sikut menyikut, saling dorong, bersikap seolah-olah takut tak diangkat sebagai master o

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Bab 60: Pertarungan Sihir Api Di Hutan White Parrot.

    Kazam berdiri, wajahnya memerah padam, dilanda amarah yang membara. Matanya menyipit, menatap tajam ke arah Emma yang baru saja menghajar dua Imp budaknya, sebuah tindakan yang tak terduga. Kedua makhluk kecil berwarna merah itu kini tergeletak di tanah, merintih kesakitan dengan suara melengking yang memekakkan telinga, sebuah pemandangan yang memuakkan."Beraninya kau menyentuh Burs dan Kon, beraninya kau melakukan itu!" desis Kazam, suaranya sarat akan kebencian, tangannya terkepal erat hingga buku-buku jarinya memutih, menunjukkan kemarahan yang memuncak."Tidak ada yang boleh menyentuh budak-budakku, tidak ada yang berani!"Burs, Imp yang lebih kecil dengan tanduk melengkung, perlahan bangkit, mencoba berdiri. Air mata buaya mengalir di pipinya yang merah, menunjukkan kepura-puraan. "Tuan Kazam... mereka menyerang kami tanpa alasan, mereka sangat kejam," rengeknya dengan suara yang dibuat-buat, mencoba mencari simpati. "Kami hanya bertanya arah, kami tidak melakukan apa-apa, ta

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Hutan White Parrot, Hutan yang Penuh Misteri

    Dua hari telah berlalu sejak mereka meninggalkan Lembah Mystral, tempat yang menyimpan kenangan pahit. Perjalanan mereka kini membawa Kiran dan kelompoknya memasuki kedalaman Hutan White Parrot, sebuah hutan pinus abadi yang menjulang tinggi ke langit, sebuah tempat yang penuh misteri.Pohon-pohon pinus raksasa dengan batang keperakan, seperti pilar-pilar yang menjulang, berdiri kokoh, menciptakan kanopi tebal yang hampir tidak meneruskan cahaya matahari ke tanah hutan, memberikan kesan yang mencekam.Udara di Hutan White Parrot terasa berbeda, sebuah perbedaan yang jelas. Lebih dingin, lebih pekat, seolah diselimuti kabut tipis yang tak kasat mata, memberikan kesan yang aneh. Aroma getah pinus yang kuat, seperti wewangian yang khas, bercampur dengan bau tanah lembab dan jamur hutan, menciptakan wewangian khas yang memenuhi setiap tarikan napas, memberikan kesan yang unik."Hutan ini terasa aneh, ada sesuatu yang berbeda," gumam Emma, matanya waspada mengamati sekeliling, mencoba mema

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Lembah Mystral - Kenangan dan Ancaman

    Matahari perlahan tenggelam di ufuk barat, seperti bola api yang memudar, menyisakan semburat jingga kemerahan yang memudar dengan cepat di langit, memberikan kesan waktu yang berlalu.Perjalanan dari Puncak Rotos menuju Lembah Mystral memakan waktu enam jam yang melelahkan.Bayangan panjang kelompok itu terbentuk di tanah saat cahaya terakhir matahari menerangi punggung mereka, menciptakan siluet empat penunggang yang bergerak menuju Tenggara, menuju bahaya yang tersembunyi.Ketika akhirnya kegelapan malam menyelimuti langit, seperti selubung yang tak kasat mata, mereka telah mencapai pinggiran Lembah Mystral, tempat yang tak terlupakan. Bulan sabit menggantung di langit, memberikan penerangan samar, seperti mata yang mengawasi, yang memperlihatkan hamparan luas ladang gandum dan sorgum yang bergoyang pelan ditiup angin malam, memberikan kesan keindahan yang menenangkan."Kita sudah sampai, kita telah kembali," kata Kiran pelan, suaranya penuh makna, menarik tali kekang Gallileonnya

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Perpisahan di Puncak Rotos

    Angin dingin berhembus kencang di Puncak Gunung Rotos, membelai wajah mereka dengan sentuhan es. Awan-awan kelabu bergerak cepat di langit, seperti kawanan serigala yang berlari, seolah terburu-buru menghindari badai yang akan datang, memberikan kesan yang mencekam.Di gerbang Pintu menuju Kota Ironhold, di tepi tebing yang menjulang, Kiran, Emma, Pigenor, dan Chen berdiri menghadap tiga kurcaci yang telah menemani mereka selama beberapa hari terakhir, menjadi saksi perpisahan.Skarfum, Roric, dan Gladgrik—tiga kurcaci dengan perawakan dan karakter berbeda, namun dipersatukan oleh satu harapan: kesuksesan misi pencarian Orchid Altaalaite, permata yang akan mengubah segalanya."Perjalanan ke Tambang Tartaf tidak akan mudah, kalian harus bersiap," kata Gladgrik, suaranya berat dan serius, seperti gema di pegunungan. Janggut panjangnya bergerak tertiup angin, memberikan kesan kebijaksanaan."Kalian harus melewati Lembah Mystral lagi, tempat di mana Onimur dan Mandrazath menyerang kawan

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Orchid Altaalaite

    Ketegangan perlahan mereda, seperti badai yang berlalu, meninggalkan langit yang lebih cerah. Emma menurunkan Pedang Air, senjata itu berubah menjadi butiran air yang jatuh ke lantai batu sebelum menghilang sepenuhnya, kembali ke wujud aslinya.Matanya masih menyiratkan kemarahan, namun kata-kata Kiran, yang penuh kebijaksanaan, telah menyadarkannya, menghentikan amarahnya."Bicaralah," kata Kiran kepada Roric, suaranya masih tegang, namun lebih terkendali, mencoba menenangkan diri. "Apa tujuanmu datang kemari, apa yang kau inginkan?"Roric menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri setelah nyaris kehilangan nyawa, sebuah pengalaman yang mengerikan. Ia melangkah masuk ke dalam ruangan dengan hati-hati, masih waspada terhadap Emma yang menatapnya tajam, penuh curiga."Aku datang dengan berita," ujar Roric, suaranya serius, "dan sebuah tawaran, sebuah kesempatan."Pigenor mengangkat alis, menunjukkan rasa ingin tahunya, tertarik dengan apa yang akan dikatakan Roric. "Berita ap

  • Kebangkitan Klan Phoenix   Duka yang Membekas di Ironhold

    Malam semakin larut di Kota Ironhold, kegelapan merangkul lorong-lorong batu yang kokoh. Obor-obor di sepanjang jalan, yang biasanya menyala terang, kini mulai meredup, seolah ikut merasakan kesedihan yang mendalam. Kiran, Emma, Chen, dan Pigenor berjalan dalam diam, langkah mereka berat dan penuh kesedihan, melewati jalan-jalan yang kini sepi setelah upacara pemakaman yang menyayat hati di kedalaman Sungai Gibna, tersembunyi di perut bumi, tempat peristirahatan terakhir.Mereka tiba di penginapan, tempat mereka biasa berbagi tawa dan cerita. Ruangan itu terasa lebih luas sekarang, lebih kosong, tanpa kehadiran Nethon dan Malven, dua sahabat yang telah pergi. Dua tempat tidur di sudut ruangan masih rapi, selimutnya terlipat sempurna, seolah menunggu pemiliknya kembali, sebuah pengingat yang menyakitkan.Emma duduk di tepi tempat tidurnya, menatap kosong ke arah lantai batu yang dingin, pikirannya melayang jauh. Chen berdiri di dekat dinding, tubuhnya tegak namun pikirannya masih m

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status