Sekumpulan pemuda berlarian penuh semangat menuju ke dalam hutan seolah sedang mengikuti lomba berburu. Beberapa di antara mereka bahkan tertawa sambil mengucapkan buruan kali ini sangat istimewa.
"Arah sana! Kita bisa mendapatkannya!"
Berbeda dengan kebahagiaan mereka, Wang Songrui–yang menjadi incaran–harus berlari meski terkatung-katung.
Lelaki itu tidak sempat memedulikan lagi penampilannya yang acak-acakkan atau luka di tubuhnya terus melebar.
Sudah beberapa hari ini dia diburu oleh orang-orang yang berkecimpung di dunia kependekaran setelah dituduh membunuh sang guru. Ketika Songrui mencoba mencari bukti dengan dukungan teman seperguruannya, dia justru mengetahui perempuan itu tiba-tiba menjadi selir raja.
Dia tidak tahu bahwa di istana sedang diadakan ritual malam pertama saat berusaha menemui temannya. Seketika, ia kembali dituduh mengacaukan malam pertama Raja.
Semua menjadi kacau.
Bahkan, Songrui kini dinyatakan sebagai penjahat besar. Warga Ibu kota pun menolak Songrui, hingga ia tak bisa makan dan minum di sana.
"Jangan ada yang membantunya!" kata salah seorang penduduk ketika Songrui mencoba keberuntungannya meminta air karena ia merasa sangat kehausan.
Songrui lantas memutuskan untuk menjauhi pemukiman dan hidup di hutan. Namun, siapa sangka ia tetap dikejar, seperti ini?
Tak lama, Songrui berhenti.
Tenaganya sudah habis. Ia pun menyandarkan tubuhnya pada batang pohon besar sembari mengatur pernapasan. Tak lupa, ia menekan bahu yang tak berhenti mengeluarkan darah.
Dalam keheningan, bunyi ranting kering dan dedaunan mendesak lelaki yang tengah sekarat itu untuk melanjutkan pelariannya.
Namun, baru saja ia melangkah, dia harus terhenti karena beberapa pemuda yang mengejarnya muncul di berbagai arah.
Mereka mengelilingi, bahkan menyudutkan Songrui ke tengah-tengah lingkaran.
“Lihatlah dirimu sekarang, Wang Songrui! Kau menjijikkan! Manusia tak tahu balas budi, sepertimu seharusnya tidak pernah ada di dunia ini!”
“Kau pikir siapa dirimu tanpa didikan gurumu. Tapi, kau malah membunuhnya?”
“Lalu, kau masih berani mengacaukan ritual pernikahan raja dengan selirnya?!”
Perkataan berantai dari murid-murid membuat Wang Songrui tertawa bodoh.
Meski raut wajah begitu pucat, tapi sorot mata begitu tajam, menunjukkan dendam dan kebencian mendalam saat mendengarkan semua perkataan mereka. Hal itu jelas membuat pemuda-pemuda itu kesal.
“Kau masih bisa tertawa!?” Salah seorang murid dari arah belakang lantas menendang Wang Songrui, hingga ia jatuh ke tanah.
“Uhuk!” Songrui kembali terbatuk dan mengeluarkan darah.
Melihat itu, mereka pun tersenyum.
“Yow! Bukankah kau dikatakan sebagai pahlawan yang tak pernah berdarah saat melawan musuh?”
Wang Songrui menarik napas dalam, berusaha tenang. Namun, kedua tangannya mengepal kuat di atas tanah.
Dengan segala upaya, dia mencoba bangkit berdiri mengandalkan kedua tangan sebagai tumpuan kekuatan untuk menopang tubuh.
Ketika sudah berhasil, Songrui pun menatap satu per satu murid yang mengelilinya.
“Aku sama sekali tidak mengenal kalian dan tak ada dendam di antara kita. Siapa yang menyuruh kalian?” tanya pria itu akhirnya.
Sayangnya, Songrui lagi-lagi ditertawakan.
“Kau memang tidak mengenal kami, tapi kami sangat mengenalmu! Tidak ada juga yang menyuruh kami. Hanya saja … karena kejahatanmu, dunia persilatan telah tercemar!” ucap pria bertubuh paling pendek di antara mereka.
“Membunuhmu yang sekarang sama seperti menginjak seekor semut! Tapi, kematian terlalu mudah untuk seorang pengkhianat dan pembunuh sepertimu!” tambah yang lain.
Para murid yang mengelilingi Wang Songrui pun mulai mendekat dengan tatapan licik.
Satu per satu dari mereka memulai aksi.
Tubuh Wang Songrui ditendang ke sana ke mari secara bergantian, bagai bola di tengah lapangan.
Meski hendak melawan, tapi Songrui tak bisa berbuat apa-apa. Para pemuda itu malah semakin keras menertawainya.
BUG!
Satu tendangan yang disertai tenaga dalam, akhirnya melemparkan tubuh Wang Songrui, hingga membentur batang pohon besar.Darah segar terpancar dari mulut Songrui.
Pria itu terbaring di atas tanah dengan mata membulat. Jantungnya sampai berhenti berdetak beberapa detik.
Sayangnya, ketika jantungnya mulai berdetak kembali, sakit yang luar biasa di tulang belakangnya, ia rasakan.Songrui berusaha menggerakkan tubuhnya, tetapi kedua tangannya justru dicengkeram.
Secara paksa, mereka membuat Wang Songrui berdiri dan bersandar pada batang pohon. Bahkan salah seorang murid memerintahkan untuk mengikatnya.
Dengan napas tersengal-sengal, Wang Songrui mengangkat wajah, menatap murid yang berdiri tegap di depannya. “Aku akan mengingat wajahmu….”
Diliriknya kedua murid di samping lalu arah pandangannya tertuju ke semua murid yang ada, “dan semua wajah kalian! Akan kubalas perbuatan kalian berpuluh-puluh kali lipat!”
“Ha ha ha ….”
Sayangnya, ancaman Songrui malah membuat mereka tertawa.
“Cuih!” Lelaki di depannya meludahi wajah Songrui, “Dengan kemampuanmu yang sekarang, takutnya kau tidak akan hidup sampai besok hari.”
“Wang Songrui, jangan salahkan kami. Salahkan dirimu saja yang tak punya hati! Kami hanya membantu membalaskan dendam gurumu!” tambah yang lain.
Begitu mereka selesai tertawa, seorang pemuda melangkah ke arah Songrui, lalu memperhatikan wajahnya dengan ekspresi serius.
“Harus kuakui, Wang Songrui. Meski sudah sekarat, tapi wajahmu ini….” Perkataannya terhenti. Di detik berikutnya, murid lelaki itu mengeluarkan belati yang terselip di ikat pinggang.
Sorot mata Wang Songrui tertuju ke ujung belati yang mengkilap di keremangan.
Meski dinginnya belati telah menempel di wajah, tapi sedikitpun ekspresi ketakutan tidak terlihat. Hanya tatapan dingin yang ada.“Karena wajah ini, semua murid gadis di perguruan, bahkan anak gadis para bangsawan tergila-gila padamu. Itu membuat kami kehilangan kesempatan mendapatkan perhatian mereka!”
Perlahan, ujung belati menggaris di wajah Wang Songrui.
Perihnya terasa ketika darah hangat mengalir di pipi hingga ke leher.
Bukan hanya satu sayatan, melainkan beberapa sayatan hingga seluruh wajah Wang Songrui ditutupi oleh darah.
Murid lelaki itu tiba-tiba mendekatkan mulutnya ke telinga lalu berbisik pelan. “Bukan hanya wajahku yang harus kau ingat, Wang Songrui, tapi namaku. Gaozhi, ingat itu!”
********
"Apa dia sudah mati?"
Samar-samar, Wang Songrui bisa mendengar pertanyaan tersebut meskipun ia sudah tidak sangup mengangkat kepala.
Ia dapat merasakan rasa sakit di sekujur tubuhnya.
Semalam penuh Wang Songrui dipermainkan para murid tersebut.
Ia dipukul, ditendang, diludahi, dan dimaki. Songrui dijadikan tempat latihan dan pelampiasan kemarahan para pemuda tersebut. Mereka baru berhenti ketika Songrui tidak bergerak lagi.
Seorang murid lantas mendekati Songrui dan mendekatkan telunjuknya ke hidung Wang Songrui. Dapat dirasakannya, napas Songrui yang mulai menghilang.
“Dia sudah sekarat. Hahaha … sebentar lagi, dia mungkin akan mati.”
“AUUUU!!!”
Raungan seekor serigala tiba-tiba terdengar. Tak lama, diikuti balasan raungan beberapa serigala. Hal ini membuat para murid waspada. Mereka sadar bahwa aroma darah Wang Songrui telah menarik perhatian hewan liar di tengah-tengah hutan.
Mereka masih ingin menyiksa Songrui dan membuatnya kehilangan nyawa. Tapi, keadaan tak memungkinkan.
Salah seorang pun mendapatkan ide keji. “Lepaskan ikatannya dan biarkan saja tubuhnya menjadi makanan hewan liar!”
“Siap!”
Perlahan, kumpulan murid itu pun pergi keluar hutan.
Meski sudah sekarat, tapi indera pendengar Wang Songrui masih berfungsi dengan benar.
Kelompok murid kejam itu pergi dan membiarkannya tergeletak di atas tanah, seolah menunggu hewan pemangsa yang meraung untuk datang menikmati tubuhnya.
Srak!
Erangan serigala terdengar tak lama setelah bunyi dedaunan kering terinjak.
Songrui pun menoleh ke samping. Samar-samar, bayangan beberapa hewan berlari mendekatinya.
Kedua taring tajam menembus lengan Songrui. Begitu cepat hewan liar telah mengerumuninya.
Walaupun telah berusaha menyingkirkan hewan liar itu, tapi bagi mereka, Songrui bagaikan daging segar yang berada di meja makan–siap disantap.
Bayangan dirinya yang dielu-elukan sebagai dewa perang muncul dalam benaknya. Susah payah dia berjuang di setiap peperangan dan membawa pulang kemenangan ternyata nasib membawa pada kematian yang memalukan seperti ini.
Terlebih lagi, ia harus meninggal dengan nama yang sangat tak baik di mata semua orang merupakan penyesalan terbesarnya.
Bayangan masa lalu itu menghilang saat merasakan daging tubuhnya terkoyak oleh taring.
“Arrgh!” Rasa sakit membuatnya menjerit kuat di tengah-tengah hutan. Semakin dia menjerit dan merintih, hewan buas semakin bersemangat menikmati tubuhnya.
Songrui berusaha tersenyum. Entah mengapa, dia merasa sedikit kelegaan. Setidaknya, di akhir kehidupannya, ia masih bisa berguna menjadi makanan untuk kawanan serigala yang lapar. Matanya menggelap dan Songrui mulai menutup mata.
“Pergi!”
Songrui sedikit terkejut ketika suara seseorang secara samar terdengar. Di detik berikut, ia merasa tak ada lagi koyakkan di tubuhnya.
“Bagaimana bisa kau masih hidup dengan keadaan seperti ini?” ucap orang yang sama.
Sayangnya, Songrui tak tahu kelanjutannya karena kesadaran Songrui perlahan menghilang.
Secercah cahaya menggantikan kegelapan. Kelopak mata Songrui yang tadinya tertutup, bergerak ke kiri dan ke kanan. Perlahan sepasang matanya terbuka. Wang Songrui sadar di bawah sinar matahari yang hangat.“Di mana ini? Apa aku sudah mati? Ada apa dengan tubuhku?”Songrui kebingungan dengan apa yang sebenarnya terjadi. Bukankah dia seharusnya sudah meninggal menjadi makanan hewan liar? Songrui mencoba mencari jawaban lewat apa yang dilihat. Namun, pemandangan beberapa lilin yang terletak di setiap sudut ruangan, tidak dapat membantunya.Begitu merasakan sesuatu yang membungkus lembut seluruh tubuhnya, Songrui berupaya untuk berdiri. Sayangnya, leher, kaki, dan badannya tak bisa digerakkan. Hanya lengan tangannya yang bisa digerakkan. Itu pun harus dengan upaya keras. Begitu berhasil, Songrui pun mengangkat tangan dan melihat bungkusan kain putih menutupi seluruh tangannya.Samar-samar, saat dirinya tak sadar, ia sempat mendengarkan bunyi mangkuk dan suara seseorang yang menyuruh
“Apa yang terjadi? Ada apa dengan wajahku?”Pantulan wajah orang lain yang ada di cermin sangat mengejutkan Songrui. Wajahnya kembali sepuluh tahun lebih muda dan bahkan lebih tampan dari dirinya di masa lalu!“Saat menemukanmu, seluruh tubuh dan wajahmu telah hancur,” jelas biksu tua perlahan, “hanya dengan menggunakan teknik rahasia yang selama ini tidak pernah kupergunakanlah, nyawamu dapat tertolong.”“Namun, ada efek samping yang harus kau tanggung. Salah satunya, adalah wajahmu.”Songrui terdiam. Dia tidak tahu apakah harus bersyukur karena mendapatkan wajah yang sesempurna ini atau harus mengeluh? Harga untuk membayar kehidupan kembali tak ubahnya hidup sebagai orang lain.“Ini seperti aku memulai hidup kembali dengan identitas baru,” gumamnya lalu menatap biksu tua itu, “Biksu Tua, teknik rahasia apa yang Anda maksudkan?”Ia tidak bisa menyembunyikan rasa penasaran akan hal yang baru saja dialaminya.Biksu Tua itu terdiam sebelum akhirnya berbicara dengan nada tegas, “Mengenai
Songrui hanya bisa mengembuskan napas panjang. Ia teringat ‘hukuman’ atas pembunuhan sang guru adalah dihapuskan semua kemampuan yang dia dapatkan dari perguruan. Pemuda itu pikir, dengan kesembuhan yang dia dapatkan dan energi yang dia rasakan dalam tubuh setelah sembuh, meridiannya ikut pulih. Ternyata, tidak. “Apa tidak ada cara lain, Biksu?” tanya Songrui mulai putus asa. “Meridianmu telah rusak. Kau sangat beruntung bisa hidup dan lolos setelah meminum ramuanku. Jadi, hiduplah dengan baik dan normal mulai sekarang sebagai orang baru.” Mendengar itu, Songrui tertawa kecil. “Sejak memutuskan untuk meminum ramuan dari biksu tua, aku telah memutuskan untuk membalas kembali semua perlakuan mereka dan membalas dendam guruku! Apa gunanya aku berjuang di ambang kematian lalu hanya ingin menikmati hidup dengan baik?” Biksu Tua itu menggelengkan kepala melihat kekeraskepalaan pemuda itu. “Xiong Rui, tidak semua bisa didapatkan dengan mudah. Kau yang sekarang, sudah bukan kau yang dul
Mendengar kalimat itu, Wang Songrui tersenyum.Dia tidak sepolos yang mereka kira.Sudah pasti ini adalah jebakan dari ketiga murid itu. Meski belum pasti akan mengalahkan mereka, tapi tak akan dia biarkan dirinya dijadikan mainan seenak hati.“Serang!”Ketiga murid mulai menyerang Wang Songrui secara bersamaan.Meski beberapa kali Songrui mampu menghindar dan membalas serangan mereka, tapi dengan kemampuan tenaga dalam ketiga murid itu, Songrui mulai kewalahan.BUK! BUK! BUK!Songrui berakhir dihajar habis-habisan.Namun, ia tak mau membiarkan dirinya terluka tanpa membalas melukai salah satu dari mereka. Sayangnya, Songrui tidak bisa.“Menyerahlah. Jurus yang diajarkan guru sampahmu tak mampu mengalahkan kami.”“Hahahaha….!"“Dia pasti malu memiliki murid sepertimu!”Ketiga menertawai dan memaki Songrui.Namun, ia tak bisa menerima ketika gurunya pun dihina dengan kejam oleh mereka.Songrui yang sedari tadi menahan emosi, seketika meledak. Ia pun berdiri, menyapukan telapak tangann
Tidak ada jawaban dari Biksu Tua.Lama menunggu jawaban, akhirnya Wang Songrui memberanikan diri mengangkat wajah.Hanya ada ekspresi datar di wajah sang biksu. “Xiong Rui, menjadi muridku bukanlah hal yang mudah. Ada syarat yang tak akan sanggup kau lakukan.”Deg!Songrui terkejut mendengar ucapan lelaki tua itu. Namun, tekadnya tak luntur.Dengan tegas, Songrui pun membalas, “Aku sanggup!”Ekspresi datar sang biksu tidak menghilang sembari berkata, “Beristirahatlah. Setelah kau pulih, aku menunggumu untuk menepati perkataanmu!******Sepanjang mata memandang, hanya lautan rerumputan hijau menyapa.Angin sejuk bertiup pelan. Udara yang dihirup menyegarkan saluran pernapasan.Wang Songrui pun memantapkan langkah ke depan, mendekati biksu tua yang berdiri membelakanginya.Biksu tua lantas membalikkan badan lalu mengibaskan lengan, beriring perisai disekitar tubuh Wang Songrui mengelilinginya.“Hanya dengan membersihkan hati dan menjernihkan pikiran, kau akan kuterima sebagai muridku.”
Mata Wang Songrui terbuka lebar. Ia tampak begitu panik. “Kenapa? Apa aku melakukan kesalahan?” Biksu tua itu menggeleng. “Bukan,” ucapnya tegas, “menjadikanmu muridku, hanya akan menghalangi tujuanmu. Jadi, aku akan merekomendasikanmu di salah satu perguruan, kau akan diterima di sana.” Wang Songrui terdiam. Cukup lama ia berpikir, bahkan tidurnya pun tak nyenyak. Namun, akhirnya Songrui tetap berangkat ke perguruan yang dimaksudkan biksu tua. Dalam perjalanan, rasa semangat kembali timbul meski Songrui harus melewati hutan, sungai, hingga berhari-hari. Namun setelah sampai di sana, bayangan perguruan yang selama ini dipikirnya adalah perguruan berkualitas ternyata hanyalah angan-angan. “Apa benar ini tempatnya?” Mata Songrui memperhatikan bangunan tembok yang sudah tua dan retak di dinding. Apalagi, saat hendak mengetuk pintu gerbang, ternyata pintu tak terkunci. Begitu masuk ke dalam, bahkan tak ada satu pun yang menyambut kedatangannya. WUSS!Kepulan asap di bagian belak
“Jadi … jangan berani mengganggunya saat sedang tidur. Yang jadi masalah adalah, dia suka tidur di tempat yang tidak akan bisa kamu duga.”Belum sempat Wang Songrui bertanya, jawaban dari Haoyoun telah membuatnya kecewa. Setelah dia melewati masa kritis dan berkesempatan hidup lagi, tidak pernah Songrui merasa frustasi seperti ini.Ada apa dengan biksu tua sampai membuatnya masuk ke perguruan luar biasa aneh ini?Rasanya, ia ingin marah. Namun, mengingat kebaikan biksu tua, rasanya tak mungkin pria itu hanya mempermainkannya. Perlahan, Songrui menarik napas. Alih-alih marah, dia justru bertanya dengan tenang, “Lalu, bagaimana ketiga guru mengajari kalian?”Untungnya, Kakak keduanya ini tampak masih antusias menjelaskannya. Dia bahkan menatap Songrui dengan tatapan berbinar. “Jangan khawatir, beberapa hari lagi semua guru akan berkumpul di aula untuk memberikan pelatihan. Kebetulan karena ada ketambahan satu murid, mereka pasti akan senang.”Brak!Percakapan mereka terhenti ketika m
Kedua pasang mata tertegun melihat dua titik putih dan satu titik putih yang ada di atas ketiga dadu masing-masing. “Hebat!” Haoyun menggeleng takjub lalu melirik ke arah sang guru yang masih terpaku sambil menahan tawa dan berucap, “Guru … kau? Kau kalah!” Ekspresi sang guru saat ini menyiratkan bahwa sangat mustahil dia dikalahkan oleh seorang bocah yang baru beranjak dewasa. “Bagaimana kau bisa menebaknya?” tanya sang guru memandang serius. Songrui menundukkan wajahnya, merendahkan diri. “Terima kasih karena guru sudah bermurah hati mengizinkanku menebaknya terlebih dahulu. Jika tidak, maka kemenangan ini tentu akan menjadi milik guru,” jawabnya dengan senyum kecil di sudut bibir. "Hahahaha...." Sang guru memaksakan tawa mendengar ucapan Songrui. Pria itu bahkan melambaikan tangan ke depan seolah mengabaikan kekalahannya. “Tidak masalah. Sebagai seorang guru, tentu saja aku tidak boleh mempersulit calon muridku. Benar bukan, Haoyun?” tanyanya melemparkan pandangan ke arah Haoy
Awalnya Songrui tak percaya sedikitpun perkataan Hua Rong. Namun saat wanita itu memberitahukan bahwa selama ini ingatannya sengaja disegel oleh guru Liu Yaoshan, Songrui mulai meragukan kepercayaannya sendiri.Ia teringat kejadian masa lalu di saat kedua orang tuanya yang merupakan seorang jenderal sedang ditugaskan oleh kaisar sebelumnya untuk membinasakan sebuah kerajaan.Semua yang dikatakan Hua Rong jika dikaitkan dengan masa lalu memang sangat masuk akal.Apalagi saat Hua Rong dibawa guru Liu Yaoshan masuk ke dalam perguruan, bertepatan setelah kedua orang tuanya memenangkan pertempuran.“Guru Liu Yaoshan, kaisar dan semua orang yang ada di kerajaan ini pantas mendapatkan balasan!”“Terutama kau, Songrui!”“Aku ingin membunuhmu dengan tanganku sendiri!”Songrui terdiam menatap Hua Rong.Sepasang mata yang dipenuhi dendam, persis seperti dirinya dulu yang dipenuhi dendam atas kematian sang guru.Wuushh!Dalam diamnya, Hua Rong berlari dengan tangan yang memegang lurus sebilah peda
Jiwa jahat menghajarnya hingga terlempar jauh.Racun di dalam tubuh benar-benar membuat Songrui lemah.Semua orang yang sadar kembali menyatukan kekuatan mereka dan serentak menyerang ke arah jiwa jahat.Namun usaha mereka berakhir sia-sia. Bahkan para guru yang berupaya menyegel jiwa jahat berakhir sama seperti Songrui.“Xiongrui-xiongrui, aku sudah muak dengan permainan lemah seperti ini!”Usai berucap jiwa jahat memulai ritual.“Biar aku tunjukan padamu, seperti apa kekuatan dewa sebenarnya!”Ngiiing!Jiwa jahat mengulurkan kedua tangannya ke depan.Sepasang mata Songrui terbelalak!Jiwa jahat mulai menyerap semua energi di dalam tubuh semua orang.Satu persatu orang yang diserap energinya berjatuhan di tanah bagai mayat kering.Hal ini membangkitkan emosi Songrui.Keadaan memaksanya untuk menghentikan tindakan jiwa jahat.Wuuushhh!Sliing!Ia melayangkan pedang penghakiman hingga berhasil memutus aliran ritual penyerapan dari jiwa jahat.Tak menyangka tindakan Songrui justru mempro
Ha ha ha!Jiwa jahat muncul di udara!Tak lama setelah kemunculannya sekian banyak sosok hitam bermata merah memenuhi wilayah sekitar benteng perbatasan.“Xiongrui, kali ini kau tak akan bisa melindungi mereka!” seru jiwa jahat dengan suara yang terdengar mengerikan.Usai berucap jiwa jahat mengulurkan tangannya ke depan—memerintahkan semua sosok hitam menyerang.Kesempatan ini juga digunakan pangeran kedua belas memerintahkan pasukannya menyerang serentak.Para guru dan murid menyatukan kekuatan dan membentuk formasi untuk menyerang balik sekian banyak bayangan hitam yang ada di sekitar mereka.Begitu juga jenderal dan prajuritnya yang berada di dalam benteng berjuang keras menyerang setiap bayangan hitam yang datang menyerang.Sementara Songrui menggunakan kesempatan ini untuk berhadapan dengan jiwa jahat.Namun pangeran kedua belas ikut membantu jiwa jahat dan menyerang Songrui.Meski begitu, pangeran kedua belas yang terluka bukanlah tandingan Songrui.Syuut!Brukh!Serangan terakh
“Xiongrui?”“Kali ini trik apalagi yang kau gunakan?”Di tengah keheningan, Songrui menjawab dengan suara lantang.“Aku ingin bernegosiasi denganmu!”“Ha ha ha!”“Cih!” pangeran meludah ke samping dengan wajah remeh, “negosiasi katamu?”“Dengan kemampuan pasukanku kau bahkan tak mampu mengalahkanku, Xiongrui!”Songrui terdiam, memberikan jeda bagi pangeran untuk tersenyum hingga situasi menjadi hening.“Sepertinya ingatan pangeran begitu buruk….”Songrui melanjutkan dengan mengeluarkan pedang penghakiman.“Kalau begitu, anggap saja aku tidak pernah mengatakannya!” lanjutnya santai lalu bersiap mengayunkan pedang.“Baik!” sosor pangeran.Songrui diajaknya mendekat.Di tengah-tengah kerumunan, beberapa prajurit dengan cepat menyediakan tempat duduk lengkap dengan meja yang di atasnya tersedia cangkir dan kendi.Iapun turun dari tunggangan dan dengan berani menerima ajakkan itu.“Aku bisa membantu pangeran kedua belas untuk mendapatkan keinginanmu!”Tawaran Songrui diacuhkan. Pangeran bah
Entah sudah berapa lama ia berdiri di sana—memandang lautan semut hitam di kejauhan, hingga kedatangan murid pertama dan Haoyun mengalihkan pandangannya.“Apa yang kau pikirkan, Xiongrui?”Songrui menarik napas panjang.“Tidak ada, Kak.”Melihat ekspresi Songrui, murid pertama segera menarik lengannya dan menekankan jari di nadi pergelangan tangan.Usai melepaskan pergelangan tangan Songrui, murid pertama berucap, “Xiongrui, kamu mungkin bisa melawan takdirmu, tapi kamu tak bisa melawan apa yang seharusnya ditakdirkan terjadi.”“Dik Xiongrui, aku sudah mendengarnya dari Kakak pertama,” sambung Haoyun memandang dalam, “jangan khawatir, kamu memiliki kami berdua. Ikuti saja apa kata hatimu yang menurutmu benar.”Melihat Haoyun, Songrui teringat akan bayangan burung legendaris.“Kak Haoyun, kalian berdua menyembunyikan sesuatu dariku?”Kedua kakaknya terdiam sejenak.“Setiap manusia dilahirkan ke dunia dengan tugasnya masing-masing. Akupun yakin dengan latar belakang kalian berdua pasti m
Kreeek!Baru saja mendengar Xiongrui berucap, pintu gerbang benteng segera terbuka!“Dik Xiongrui!” seru Haoyun berlari keluar dari pintu gerbang.“Dik Xiongrui, Kakak pertama kau?….” Haoyun menatap ke arah murid pertama, “kenapa bisa begini?”“Jangan pedulikan aku, cepat bawa kami masuk!” sela murid pertama mengalihkan situasi.Begitu masuk ke dalam benteng, Haoyun segera membawa mereka menemui jenderal.Namun di depan ruang peristirahatan, mereka dicegat.Pengawal pribadi jenderal keluar dan meminta Songrui dan kedua kakaknya untuk segera menemui jenderal.Sedangkan yang lain menunggu di luar.Begitu masuk ke dalam ruangan, jenderal yang tadinya terbaring segera dipapah pengawal pribadi, duduk di tempat tidurnya.“Pendekar Xiongrui, lama tidak berjumpa! Syukurlah ... kami punya harapan untuk mempertahankan benteng perbatasan!” ucap jenderal tersenyum penuh semangat.“Jenderal, kakakku adalah seorang tabib, biarkan dia memeriksa keadaanmu dulu,” sambung Songrui melirik ke arah murid p
“Pangeran kedua belas kembali menyerang!”“Syukurlah aku bertemu dengan Tuan pendekar, tolonglah kami Tuan!”Songrui menoleh ke arah para guru, ia tahu bahwa perguruan Yuancheng tidak akan mengambil risiko bergabung dalam masalah kerajaan. Tapi karena hal ini berhubungan dengan pangeran kedua belas Songruipun menjelaskan secara singkat.“Pangeran kedua belas memiliki pasukan tak terkalahkan yang sangat persis dengan pasukan yang dikendalikan oleh jiwa jahat.”Semua guru saling melemparkan pandangan satu sama lain.Meski di awal mereka sempat berbisik merundingkan sesuatu, tapi pada akhirnya mereka setuju untuk membantu.“Karena hal ini telah berhubungan dengan jiwa jahat, maka perguruan Yuancheng lebih tak boleh membiarkannya!”Perjalanan dilanjutkan kembali menuju ke benteng perbatasan.Namun belum lama menempuh perjalanan, sekian banyak orang yang terluka terkulai lemah.Mereka yang terluka meminta agar ditinggalkan karena hanya menambah beban, tapi Songrui tidak setuju akan hal itu.
“Tidak apa-apa, Kak. Sebentar lagi akan pulih.”Sayangnya perkataan Songrui dibantah murid pertama dengan tegas hingga Songrui terbungkam.DEG!Ia kembali mengingat perkataan Bingwen yang tidak selesai.Setiap kata yang terngiang di telinganya membuat perasaan Songrui semakin cemas jika apa yang ia pikirkan ternyata benar.“Kak, apa tidak ada cara lain untuk menyembuhkannya?” tanya Songrui dengan tatapan kosong.“Pedang yang melukaimu telah diolesi racun milik jiwa jahat!”Sorot mata murid pertama menatap dalam mata Songrui sambil memegang pundaknya.“Xiongrui, aku tidak akan membiarkan kau dimanfaatkan oleh jiwa jahat itu!”Perkataan murid pertama membangkitkan harapan Songrui.Sambil menahan sakit ia tersenyum kecil, “apa Kakak sudah punya solusinya?”Murid pertama terdiam sejenak. Perlahan ia bergerak duduk bersila di depan Songrui.“Masalah sudah seperti ini, mau atau tidak aku tetap harus melakukannya!” tutur murid pertama lalu bersiap melakukan ritual.Kedua tangan murid pertama
“Gu-guru! Bu-bukan aku—”“Kau membunuh guru, Wang Songrui!”Sepasang mata yang berkaca-kaca itu teralihkan ketika melihat bayangan wajah orang lain muncul dari belakang kepala sang guru.Bo Bingwen menatap Songrui dengan senyum puas.Tsk!Lagi tubuh sang guru didorong kuat oleh Bo Bingwen hingga menembus tubuh sendiri.Di saat yang sama sosok bayangan hitam menggunakan kesempatan itu keluar dari dalam tubuh guru Liu Yaoshan dan berhasil melarikan diri.“Aku sudah membantumu melakukan apa yang tak sanggup kau lakukan,” ucap Bingwen dengan suara pelan.“Songrui, bagaimanapun kau sama denganku!”“Tanganmu juga telah tercemar! Kau telah melukai tubuh guru!”“Ha ha ha!”Sreet!Pedang penghakiman ditarik kembali.Bedukh!“Guru!” seru Songrui merangkul tubuh sang guru yang baru terjatuh ke tanah.Sayangnya waktu sangat singkat.Tubuh sang guru menghilang bagai debu dalam rangkulan Songrui.Guru!“Guru!”Teriakkan Songrui pecah memanggil-manggil gurunya.Sepasang mata menyedihkan meratap di ud