Share

3 - Membuntuti Putra

Author: Poepoe
last update Last Updated: 2025-02-03 17:20:47

“Thanks ya, Mas!” 

Marcella tersenyum lebar setelah memeluk Putra erat-erat.

“Kamu suka tasnya?” Tanya Putra, melirik ke paper bag besar yang ditenteng wanita itu

“Suka banget! Ini tas impianku sejak lama,” balas Marcella dengan nada manja.

“Syukurlah kalau begitu.”

Lantas, mereka bergandengan tangan, menyusuri selasar mall yang tak terlalu ramai.

“Kita harus segera kembali ke kantor. Ada meeting mendadak,” Putra melirik pergelangan tangannya.

“Oh, tadi bosmu yang nelpon?”

“Iya, makan siangnya kita take away aja ya, Sayang?” Pinta Putra, melempar senyum tipis.

Mau tak mau, Marcella hanya bisa mengedikkan bahunya pasrah.

Sementara itu, dari kejauhan dada Hanna terasa begitu sesak. Sedari tadi, tubuhnya gemetar hebat.

Sebisa mungkin, dia mengendalikan emosinya agar tidak menghambur dan menjambak rambut panjang wanita itu. Namun, matanya terus saja menggenang.

Langkahnya melambat saat melihat suaminya dan wanita itu masuk ke dalam restoran.

Dari luar restoran, Hanna terus memata-matai mereka.

Kepalanya panas karena sedari tadi wanita itu terus memandang suaminya dengan mesra. Tangan mereka saling berkaitan seolah tidak ada yang bisa melepasnya.

Hanna berharap semua ini mimpi.

Namun, keriuhan di sekitarnya menyadarkan dirinya bahwa ini nyata.

Putra selingkuh.

“Ti-tidak…” Hanna menggigit bibirnya keras-keras. Pipinya seketika basah.

Sambil sedikit sesenggukan, Hanna yang malang menyingkir agar tidak terlihat suaminya. Dia membiarkan Putra dan wanita itu berlalu begitu saja.

Dia tidak mau membuat keributan yang memalukan, walau hatinya terasa begitu sakit.

***

“Sepertinya Hanna marah padaku,” Putra menukas saat dirinya dan Marcella bersantai sejenak di rooftop gedung.

Putra lalu menyesap sekaleng kopi hitam dingin.

“Yah, biarkan saja,” tandas Marcella acuh setelah mengembuskan asap rokok ke udara. “Malah bagus dong. Jadi kamu enggak usah meladeni istrimu itu.”

“Tapi, dia jarang marah, Cell. Seumur-umur, Hanna enggak pernah mendiamkan aku seperti ini.” Putra menggaruk-garuk kepalanya.

Marcella menatap pria itu. Raut wajah Putra nampak gelisah. Hal itu membuat Marcella cemburu.

“Apa jangan-jangan selama ini aku terlalu dingin sama dia ya?” Tanya Putra lagi. Entah pertanyaan itu ditujukan untuk dirinya atau Marcella.

Marcella mendengus keras, mematikan rokoknya dengan kesal.

“Mana kutahu?” Balas Marcella ketus. “Sebenarnya, aku muak mendengarmu menyebut-nyebut nama Hanna. Bisa enggak sih Mas kita ngomongin hal lain?”

“Lho, kenapa kamu jadi sewot begitu?” Kening Putra mengernyit.

“Hah! Sudahlah. Lebih baik aku kembali ke ruanganku.”

“Cella, tunggu–”

Saat Putra hendak mengejar selingkuhannya itu, langkahnya langsung terhenti karena ada beberapa orang yang memperhatikannya.

Dia harus main cantik. Hubungannya dengan Marcella tidak boleh terkuak.

***

Hanna memandangi selembar kertas hasil tes kesuburan suaminya. Dahinya nampak mengerut karena dia tidak memahami tulisan-tulisan itu.

Sampai akhirnya dokter di hadapannya berdeham pelan.

“Jadi, bagaimana, Dok?” Tanya Hanna. “Kapan kami bisa memulai program bayi tabung itu?”

“Sebenarnya saya berharap Bu Hanna datang dengan suami Ibu.”

“Saya juga berharap begitu, Dok. Tapi suami saya sibuk,” balas Hanna, meletakkan kertas hasil tes kesuburan Putra di atas meja.

Lantas, dokter itu menatap Hanna lekat sebelum akhirnya menghela napas panjang.

Saat dokter mulai menjelaskan, kedua mata Hanna melebar. 

“Ti-Tidak mungkin…” Hanna berujar lirih sambil terkulai di atas kursi.

***

Hanna hanya bisa memandang ke luar jendela dengan tatapan kosong.

Penjelasan dokter tadi masih terus berputar-putar di kepalanya.

Namun, sesaat kemudian kejadian di mall dua hari lalu kembali menyalip pikirannya.

Bayangan Putra bersama wanita itu… pelukan mesra mereka, tatapan mereka… terus saja berkelebat di benak Hanna.

Hatinya hancur berkeping-keping. Kenapa Putra begitu tega mengkhianatinya?

Sudah berapa lama hubungan mereka berlangsung?

Siapa wanita itu?

Sudah seberapa jauh hubungan mereka? Apa mereka pernah…?

“Tidak, tidak…”

Hanna menggelengkan kepalanya. Dia tak ingin berburuk sangka seperti ini.

Namun, pertanyaan-pertanyaan itu seolah tak mau lepas dari kepalanya begitu saja.

Tiba-tiba, ponsel miliknya berdenting. Ada satu pesan masuk dari suaminya.

“Lagi-lagi lembur…” gumam Hanna setelah membaca pesan itu.

Tadinya, Hanna ingin memberi tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Putra saat dia bertemu dengan dokter tadi, tapi Hanna mengurungkan niatnya.

Ada hal yang lebih penting, pikir Hanna sambil menyipit tajam.

“Sebaiknya aku bertindak dan mengumpulkan bukti,” Hanna menggeram pelan. 

Kemudian dia langsung menghubungi seseorang.

“Halo, Andin? Boleh aku pinjam motormu?”

***

Embusan angin malam menyapu wajah Hanna. 

Motor bebek milik sahabatnya, Andin, kini melaju di tengah jalanan malam yang padat.

Sedari tadi, jantung Hanna berdetak kencang.

Sejujurnya, dia tidak ingin mendapatkan bukti bahwa suaminya selingkuh.

Bisa saja wanita itu temannya kan?

Tapi semakin Hanna menyangkal, semakin tidak masuk akal kedekatan suaminya dengan wanita itu.

Sampai akhirnya Hanna pun sampai di depan gedung Beauty Inc., tempat Putra bekerja sebagai asisten manajer operasional di sana.

Berkali-kali Hanna melirik ponselnya. Sudah pukul tujuh malam. Maka, Hanna memutuskan untuk menepi dan menunggu di pinggir trotoar.

Mata Hanna terus memperhatikan deretan mobil yang keluar dari gedung itu, sampai akhirnya dia melihat mobil suaminya!

Kacanya yang gelap tidak memungkinkan Hanna untuk melihat ke dalam.

Bergegas, Hanna mengenakan maskernya kembali, mengencangkan kaitan helm dan membuntuti mobil Putra dari belakang.

Dalam hati, perempuan itu berharap agar suaminya langsung pulang ke rumah. Kalau hal itu yang terjadi, maka dia akan memaafkan Putra, mengakhiri perang dingin dengan suaminya itu dan melupakan kejadian di mall itu.

Namun, mobil sedan hitam itu malah memutar arah, melenceng dari arah pulang.

Dada Hanna berdentum tidak karuan, tapi dia tetap fokus menjaga jarak aman dari mobilnya Putra.

Sekitar dua puluh menit kemudian, mobil suaminya memasuki pelataran parkir sebuah apartemen.

“Apartemen?” Gumam Hanna.

“Maaf, ada keperluan apa?” Seorang petugas langsung mencegat motor Hanna saat hendak masuk ke pelataran parkir apartemen itu.

“I-Ini… saya… saya mau mengantarkan makanan,” balas Hanna.

“Oh, untuk ojek online silakan langsung ke depan lobi.”

“Tapi saya mau parkir di sana.”

“Tidak bisa. Itu khusus untuk penghuni.”

“Penghuni?” Alis Hanna sontak bertautan.

“Iya, Bu. Hanya yang memiliki kartu akses saja yang bisa parkir di basement. Lagian, ibu ini kan hanya mengantar makanan saja. Jadi silakan parkir di depan lobi.”

‘Sejak kapan Mas Putra punya apartemen?’ Batin Hanna. ‘Kenapa dia menyembunyikannya dariku?’

Mata Hanna memicing, memperhatikan mobil suaminya yang menghilang dari pandangan.

Kini batin Hanna benar-benar berkecamuk. 

Sudah bisa dipastikan suaminya memiliki simpanan di apartemen itu.

Related chapters

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   4 - Di Atas Ranjang Milik Istri Sah

    “Silakan, Mas,” Hanna tersenyum ramah.Semangkuk bubur ayam hangat tersaji di hadapan suaminya.“Dan ini kopinya,” lanjut Hanna lagi.Kedua alis tebal Putra sontak terangkat. ‘Tumben.’ Batinnya.“Kamu sudah enggak marah lagi sama aku?” Tanya Putra setelah menyisip kopi buatan Hanna.“Maafkan aku ya, Mas…” Hanna membelai pundak Putra yang kini sedang mencicipi bubur buatan dirinya. “Kemarin-kemarin tuh aku lagi bad mood aja.”Putra manggut-manggut sambil memuji bubur buatan Hanna yang lezat dalam hati.“Nanti lembur lagi atau gimana? Kalau Mas lembur, aku enggak usah bikin makan malam.”“Yah… sepertinya lembur lagi, Han.”“Baiklah kalau gitu. Oh iya, Mas…”Kedua tangan Hanna kini mulai memijat bahu Putra.Entah kenapa bulu kuduk Putra seakan merinding sesaat. Ini seperti bukan kebiasaan Hanna. Putra merasa istrinya agak aneh.“Terima kasih ya, sudah bekerja keras untuk keluarga kita,” lanjut Hanna. “Maafkan aku kalau aku jadi istri yang mengecewakan untukmu.”Putra menggenggam satu tan

    Last Updated : 2025-02-05
  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   5 - Kemunculan Hanna

    Sepertinya, ini akan jadi akhir dari segalanya.Perselingkuhannya dengan Marcella bakal terungkap. Tidak mungkin Hanna percaya kalau Putra bilang wanita itu adalah rekan kerja biasa.Bagaimana mungkin seorang rekan kerja biasa ditemukan setengah telanjang di kamar mandi mereka?!Putra mengumpat kesal dari balik punggung Hanna. Karirnya bisa hancur, apalagi dirinya dan Marcella berada di satu perusahaan yang sama.“Hanna, tunggu!”Namun istrinya keburu masuk ke dalam kamar mandi.“Aku bisa jelaskan–”“Jelaskan apa, Mas?” Hanna menatap Putra dengan heran.Putra termangu. Bola matanya bergerak memandangi sekeliling kamar mandi.Kosong.“Mas? Kamu mau jelasin soal apa?” Hanna mengambil sabun cuci mukanya yang berada di atas wastafel.“I-Itu… soal…” suara Putra kini terdengar parau.“Aa!” Putra terperanjat begitu telapak tangan istrinya menempel di dahinya.“Kamu sakit, Mas? Sikapmu aneh,” tandas Hanna. “Tapi badanmu enggak panas. Apa sebaiknya aku batalkan saja liburanku dengan Andin?”“E

    Last Updated : 2025-02-05
  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   6 - Keinginan Marcella

    “Nak, kamu belum transfer uang bulanan Ibu ya? Jangan lupa, uang semesterannya adikmu juga harus dibayarkan bulan ini lho. Ibu sudah kehabisan uang. Harga-harga sekarang pada naik semua, belum lagi Ibu harus bayar uang arisan. Jadi, kapan kamu mau transfer, Putra?”Nena mengoceh panjang lebar dari seberang sana.Putra melirik ke kalender kecil yang ada di atas nakas. Dia lupa, seharusnya kemarin dia mentransfer uang bulanan untuk ibunya sekaligus uang semesteran adiknya.“Aku transfer sekarang, Bu. Kemarin kerjaanku lagi banyak-banyaknya,” balas Putra.“Ibumu?” Tanya Marcella tanpa bersuara. Tak bisa dipungkiri wajah wanita itu nampak jengkel saat Putra mengangguk.Baru saja mereka hendak bergumul panas di atas ranjang, gangguan kembali datang.Marcella lalu menghela napas keras sambil bersandar di kepala ranjang.“Putra,” sahut Nena lagi, “soal program bayi tabung itu…”“Kenapa soal itu, Bu?”“Apa enggak sebaiknya kamu mempertimbangkannya lagi? Delapan puluh juta, Putra. Itu uang yan

    Last Updated : 2025-02-05
  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   7 - Tertangkap Basah

    Dengan sangat hati-hati Hanna memutar langkahnya dan masuk melalui pintu dapur.Sambil mengendap-endap, perempuan itu melesat bersembunyi di balik tembok pembatas antara dapur dengan ruang tengah rumahnya.Jantungnya seolah berhenti begitu dia menangkap dengan jelas perselingkuhan suaminya dengan wanita yang bernama Marcella itu.Rasanya dia ingin menangis kencang melihat tubuh telanjang kedua orang itu saling bertindih satu sama lain.Pinggul Putra menghentak-hentak sambil mendesis penuh kenikmatan. Sesekali bibir pria itu mengucapkan kata-kata nakal yang membuat Marcella nampak semakin bergairah.Tanpa ada rasa bersalah sedikit pun, wanita sialan itu terus melenguh. Lehernya yang jenjang menggantung di lengan sofa sehingga ujung-ujung rambutnya menyentuh lantai.“Tega kamu, Mas…” gumam Hanna lirih. Tak kuasa air matanya berderai jatuh.Sesak memenuhi relung dadanya. Terasa begitu menyakitkan.Selama ini Hanna berpikir Putra adalah segalanya. Perempuan itu bahkan rela melepas karirny

    Last Updated : 2025-02-19
  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   8 - Kecelakaan

    Hanna menyeringai penuh kemenangan saat menyadari bahwa raut wajah Putra dan selingkuhanya itu nampak menegang.“Hanna, jangan bertindak bodoh,” pinta suaminya dengan nada memohon. “Dengan menyebarkan rekaman itu kamu sama saja menyebar aib suami sendiri.”Rasanya Hanna ingin tertawa terbahak-bahak mendengarnya.“Menyebarkan aib? Aku bahkan bisa menyeret kalian berdua ke penjara dengan pasal perzinahan,” tandas Hanna. “Tapi kurasa aku hanya akan minta cerai darimu, Mas. Dan menyebarkan video ini supaya karir kalian berdua hancur!”“Dasar wanita sialan…” geram Marcella. Wanita itu tertatih-tatih bergerak mendekat ke Putra.“Wanita sialan?” Ulang Hanna. “Yang sialan itu dirimu, Marcella. Wanita perusak rumah tangga orang.”Tiba-tiba saja, Putra menghambur ke arah Hanna, bersimpuh di kedua kaki istrinya.Hanna agak terkesiap. Namun, genggaman tangan Putra yang begitu erat melingkar di sekitar kakinya, membuat Hanna kesulitan bergerak.“Hanna… maafkan aku,” punggung Putra mulai berguncang

    Last Updated : 2025-02-19
  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   9 - Hanna yang Malang

    “Hanna… Anakku…” Tubuh Lidya, ibunya Hanna, lunglai di selasar rumah sakit.Wanita setengah baya itu terus saja terisak, meratapi nasib putri tunggalnya yang mengenaskan.Dini hari, Lidya dihubungi Putra, memberi tahu kabar buruk itu bahwa Hanna terlibat kecelakaan di jalanan yang sepi.Polisi menduga ini tabrak lari. Sayangnya, tidak ada saksi mata maupun CCTV di daerah tersebut.“Tenang, Ma…” Putra berusaha mengendalikan tangis ibu mertuanya yang semakin menjadi. “Kita berdoa saja agar semuanya berjalan baik.”“Baik bagaimana? Putriku terbaring koma di dalam sana, Putra! Lagian, kenapa kamu bisa membiarkan istrimu pergi sendirian di tengah malam begitu, naik motor pula?!” Lidya menukas murka. Awalnya, Putra heran dari mana istrinya mendapatkan motor itu? Tetapi akhirnya diketahui bahwa motor itu milik Andin, sahabatnya Hanna.‘Jadi, Hanna memang sudah merencanakan semua ini,’ pikir Putra dalam hati. ‘Dia memang ingin menangkap basah diriku dengan Marcella…’“Kamu harus bertanggung

    Last Updated : 2025-02-19
  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   1 - Selingkuh

    “Ugh, Mas…”Marcella mendesah berat seraya tubuhnya yang setengah polos itu berguncang pelan di atas pangkuan Putra.Suasana kabin mobil yang pengap tak menyurutkan kedua insan itu untuk tetap bercinta dengan panas.Napas mereka menderu cepat saat kenikmatan datang, sampai-sampai mereka tak kuasa menjerit puas.Masih dengan napas terengah, Putra memeluk erat tubuh Marcella, yang hanya dibalut pakaian dalam.“Kamu benar-benar luar biasa,” puji Putra.Marcella membalas dengan senyuman tipis karena wanita itu masih ingin menikmati ledakan-ledakan kecil yang mendera tubuhnya.Rasanya sungguh menyenangkan, tapi sayangnya semua kenikmatan ini tak bertahan lama. Mereka harus segera berpisah.“Mas, bisa enggak sih kita menghabiskan waktu bersama seharian?” Marcella pindah ke kursi samping lalu mengenakan kemeja kantornya kembali.“Yah, aku juga pengennya begitu, Cella. Tapi, kamu tahu sendiri kan, pekerjaanku lagi banyak-banyaknya,” balas Putra.Bibir merah Marcella mengerucut kecewa.“Kalau

    Last Updated : 2025-02-03
  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   2 - Siapa Wanita itu?

    “Kenapa murung, Mas?” Tanya Marcella pada Putra yang sedang memandangi langit malam dari jendela kamar apartemen Marcella.Rambut wanita itu masih basah dan wangi sabun menyeruak begitu Marcella mendekati Putra.Namun, Putra masih terdiam.“Ada masalah apa sih? Kerjaan?” desak Marcella.“Bukan, Cell. Tapi soal… Hanna.”“Kenapa lagi dengan dia? Jangan-jangan dia mengetahui hubungan kita, Mas?” Tanya Marcella lagi.Putra menggeleng. “Dia pengen kerja lagi. Katanya dia mau membiayai program bayi tabung itu dengan uangnya sendiri.”Marcella menghempaskan tubuhnya yang hanya dibalut jubah mandi di samping Putra.“Lho, bagus dong, Mas. Itu artinya dia tahu diri.”“Aku enggak akan membiarkan dia kembali kerja, Cell.”“Kenapa?”“Enggak apa-apa. Sebagai suami, aku merasa bertanggung jawab penuh atas dirinya. Lagian, kata dokter dia juga enggak boleh capek.”“Huh, aku beneran iri sama istrimu. Bisa punya suami yang bertanggung jawab kayak kamu, Mas. Kapan ya aku bisa ketemu laki-laki yang mau m

    Last Updated : 2025-02-03

Latest chapter

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   9 - Hanna yang Malang

    “Hanna… Anakku…” Tubuh Lidya, ibunya Hanna, lunglai di selasar rumah sakit.Wanita setengah baya itu terus saja terisak, meratapi nasib putri tunggalnya yang mengenaskan.Dini hari, Lidya dihubungi Putra, memberi tahu kabar buruk itu bahwa Hanna terlibat kecelakaan di jalanan yang sepi.Polisi menduga ini tabrak lari. Sayangnya, tidak ada saksi mata maupun CCTV di daerah tersebut.“Tenang, Ma…” Putra berusaha mengendalikan tangis ibu mertuanya yang semakin menjadi. “Kita berdoa saja agar semuanya berjalan baik.”“Baik bagaimana? Putriku terbaring koma di dalam sana, Putra! Lagian, kenapa kamu bisa membiarkan istrimu pergi sendirian di tengah malam begitu, naik motor pula?!” Lidya menukas murka. Awalnya, Putra heran dari mana istrinya mendapatkan motor itu? Tetapi akhirnya diketahui bahwa motor itu milik Andin, sahabatnya Hanna.‘Jadi, Hanna memang sudah merencanakan semua ini,’ pikir Putra dalam hati. ‘Dia memang ingin menangkap basah diriku dengan Marcella…’“Kamu harus bertanggung

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   8 - Kecelakaan

    Hanna menyeringai penuh kemenangan saat menyadari bahwa raut wajah Putra dan selingkuhanya itu nampak menegang.“Hanna, jangan bertindak bodoh,” pinta suaminya dengan nada memohon. “Dengan menyebarkan rekaman itu kamu sama saja menyebar aib suami sendiri.”Rasanya Hanna ingin tertawa terbahak-bahak mendengarnya.“Menyebarkan aib? Aku bahkan bisa menyeret kalian berdua ke penjara dengan pasal perzinahan,” tandas Hanna. “Tapi kurasa aku hanya akan minta cerai darimu, Mas. Dan menyebarkan video ini supaya karir kalian berdua hancur!”“Dasar wanita sialan…” geram Marcella. Wanita itu tertatih-tatih bergerak mendekat ke Putra.“Wanita sialan?” Ulang Hanna. “Yang sialan itu dirimu, Marcella. Wanita perusak rumah tangga orang.”Tiba-tiba saja, Putra menghambur ke arah Hanna, bersimpuh di kedua kaki istrinya.Hanna agak terkesiap. Namun, genggaman tangan Putra yang begitu erat melingkar di sekitar kakinya, membuat Hanna kesulitan bergerak.“Hanna… maafkan aku,” punggung Putra mulai berguncang

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   7 - Tertangkap Basah

    Dengan sangat hati-hati Hanna memutar langkahnya dan masuk melalui pintu dapur.Sambil mengendap-endap, perempuan itu melesat bersembunyi di balik tembok pembatas antara dapur dengan ruang tengah rumahnya.Jantungnya seolah berhenti begitu dia menangkap dengan jelas perselingkuhan suaminya dengan wanita yang bernama Marcella itu.Rasanya dia ingin menangis kencang melihat tubuh telanjang kedua orang itu saling bertindih satu sama lain.Pinggul Putra menghentak-hentak sambil mendesis penuh kenikmatan. Sesekali bibir pria itu mengucapkan kata-kata nakal yang membuat Marcella nampak semakin bergairah.Tanpa ada rasa bersalah sedikit pun, wanita sialan itu terus melenguh. Lehernya yang jenjang menggantung di lengan sofa sehingga ujung-ujung rambutnya menyentuh lantai.“Tega kamu, Mas…” gumam Hanna lirih. Tak kuasa air matanya berderai jatuh.Sesak memenuhi relung dadanya. Terasa begitu menyakitkan.Selama ini Hanna berpikir Putra adalah segalanya. Perempuan itu bahkan rela melepas karirny

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   6 - Keinginan Marcella

    “Nak, kamu belum transfer uang bulanan Ibu ya? Jangan lupa, uang semesterannya adikmu juga harus dibayarkan bulan ini lho. Ibu sudah kehabisan uang. Harga-harga sekarang pada naik semua, belum lagi Ibu harus bayar uang arisan. Jadi, kapan kamu mau transfer, Putra?”Nena mengoceh panjang lebar dari seberang sana.Putra melirik ke kalender kecil yang ada di atas nakas. Dia lupa, seharusnya kemarin dia mentransfer uang bulanan untuk ibunya sekaligus uang semesteran adiknya.“Aku transfer sekarang, Bu. Kemarin kerjaanku lagi banyak-banyaknya,” balas Putra.“Ibumu?” Tanya Marcella tanpa bersuara. Tak bisa dipungkiri wajah wanita itu nampak jengkel saat Putra mengangguk.Baru saja mereka hendak bergumul panas di atas ranjang, gangguan kembali datang.Marcella lalu menghela napas keras sambil bersandar di kepala ranjang.“Putra,” sahut Nena lagi, “soal program bayi tabung itu…”“Kenapa soal itu, Bu?”“Apa enggak sebaiknya kamu mempertimbangkannya lagi? Delapan puluh juta, Putra. Itu uang yan

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   5 - Kemunculan Hanna

    Sepertinya, ini akan jadi akhir dari segalanya.Perselingkuhannya dengan Marcella bakal terungkap. Tidak mungkin Hanna percaya kalau Putra bilang wanita itu adalah rekan kerja biasa.Bagaimana mungkin seorang rekan kerja biasa ditemukan setengah telanjang di kamar mandi mereka?!Putra mengumpat kesal dari balik punggung Hanna. Karirnya bisa hancur, apalagi dirinya dan Marcella berada di satu perusahaan yang sama.“Hanna, tunggu!”Namun istrinya keburu masuk ke dalam kamar mandi.“Aku bisa jelaskan–”“Jelaskan apa, Mas?” Hanna menatap Putra dengan heran.Putra termangu. Bola matanya bergerak memandangi sekeliling kamar mandi.Kosong.“Mas? Kamu mau jelasin soal apa?” Hanna mengambil sabun cuci mukanya yang berada di atas wastafel.“I-Itu… soal…” suara Putra kini terdengar parau.“Aa!” Putra terperanjat begitu telapak tangan istrinya menempel di dahinya.“Kamu sakit, Mas? Sikapmu aneh,” tandas Hanna. “Tapi badanmu enggak panas. Apa sebaiknya aku batalkan saja liburanku dengan Andin?”“E

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   4 - Di Atas Ranjang Milik Istri Sah

    “Silakan, Mas,” Hanna tersenyum ramah.Semangkuk bubur ayam hangat tersaji di hadapan suaminya.“Dan ini kopinya,” lanjut Hanna lagi.Kedua alis tebal Putra sontak terangkat. ‘Tumben.’ Batinnya.“Kamu sudah enggak marah lagi sama aku?” Tanya Putra setelah menyisip kopi buatan Hanna.“Maafkan aku ya, Mas…” Hanna membelai pundak Putra yang kini sedang mencicipi bubur buatan dirinya. “Kemarin-kemarin tuh aku lagi bad mood aja.”Putra manggut-manggut sambil memuji bubur buatan Hanna yang lezat dalam hati.“Nanti lembur lagi atau gimana? Kalau Mas lembur, aku enggak usah bikin makan malam.”“Yah… sepertinya lembur lagi, Han.”“Baiklah kalau gitu. Oh iya, Mas…”Kedua tangan Hanna kini mulai memijat bahu Putra.Entah kenapa bulu kuduk Putra seakan merinding sesaat. Ini seperti bukan kebiasaan Hanna. Putra merasa istrinya agak aneh.“Terima kasih ya, sudah bekerja keras untuk keluarga kita,” lanjut Hanna. “Maafkan aku kalau aku jadi istri yang mengecewakan untukmu.”Putra menggenggam satu tan

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   3 - Membuntuti Putra

    “Thanks ya, Mas!” Marcella tersenyum lebar setelah memeluk Putra erat-erat.“Kamu suka tasnya?” Tanya Putra, melirik ke paper bag besar yang ditenteng wanita itu“Suka banget! Ini tas impianku sejak lama,” balas Marcella dengan nada manja.“Syukurlah kalau begitu.”Lantas, mereka bergandengan tangan, menyusuri selasar mall yang tak terlalu ramai.“Kita harus segera kembali ke kantor. Ada meeting mendadak,” Putra melirik pergelangan tangannya.“Oh, tadi bosmu yang nelpon?”“Iya, makan siangnya kita take away aja ya, Sayang?” Pinta Putra, melempar senyum tipis.Mau tak mau, Marcella hanya bisa mengedikkan bahunya pasrah.Sementara itu, dari kejauhan dada Hanna terasa begitu sesak. Sedari tadi, tubuhnya gemetar hebat.Sebisa mungkin, dia mengendalikan emosinya agar tidak menghambur dan menjambak rambut panjang wanita itu. Namun, matanya terus saja menggenang.Langkahnya melambat saat melihat suaminya dan wanita itu masuk ke dalam restoran.Dari luar restoran, Hanna terus memata-matai me

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   2 - Siapa Wanita itu?

    “Kenapa murung, Mas?” Tanya Marcella pada Putra yang sedang memandangi langit malam dari jendela kamar apartemen Marcella.Rambut wanita itu masih basah dan wangi sabun menyeruak begitu Marcella mendekati Putra.Namun, Putra masih terdiam.“Ada masalah apa sih? Kerjaan?” desak Marcella.“Bukan, Cell. Tapi soal… Hanna.”“Kenapa lagi dengan dia? Jangan-jangan dia mengetahui hubungan kita, Mas?” Tanya Marcella lagi.Putra menggeleng. “Dia pengen kerja lagi. Katanya dia mau membiayai program bayi tabung itu dengan uangnya sendiri.”Marcella menghempaskan tubuhnya yang hanya dibalut jubah mandi di samping Putra.“Lho, bagus dong, Mas. Itu artinya dia tahu diri.”“Aku enggak akan membiarkan dia kembali kerja, Cell.”“Kenapa?”“Enggak apa-apa. Sebagai suami, aku merasa bertanggung jawab penuh atas dirinya. Lagian, kata dokter dia juga enggak boleh capek.”“Huh, aku beneran iri sama istrimu. Bisa punya suami yang bertanggung jawab kayak kamu, Mas. Kapan ya aku bisa ketemu laki-laki yang mau m

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   1 - Selingkuh

    “Ugh, Mas…”Marcella mendesah berat seraya tubuhnya yang setengah polos itu berguncang pelan di atas pangkuan Putra.Suasana kabin mobil yang pengap tak menyurutkan kedua insan itu untuk tetap bercinta dengan panas.Napas mereka menderu cepat saat kenikmatan datang, sampai-sampai mereka tak kuasa menjerit puas.Masih dengan napas terengah, Putra memeluk erat tubuh Marcella, yang hanya dibalut pakaian dalam.“Kamu benar-benar luar biasa,” puji Putra.Marcella membalas dengan senyuman tipis karena wanita itu masih ingin menikmati ledakan-ledakan kecil yang mendera tubuhnya.Rasanya sungguh menyenangkan, tapi sayangnya semua kenikmatan ini tak bertahan lama. Mereka harus segera berpisah.“Mas, bisa enggak sih kita menghabiskan waktu bersama seharian?” Marcella pindah ke kursi samping lalu mengenakan kemeja kantornya kembali.“Yah, aku juga pengennya begitu, Cella. Tapi, kamu tahu sendiri kan, pekerjaanku lagi banyak-banyaknya,” balas Putra.Bibir merah Marcella mengerucut kecewa.“Kalau

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status