Share

6 - Keinginan Marcella

Author: Poepoe
last update Last Updated: 2025-02-05 23:37:42

“Nak, kamu belum transfer uang bulanan Ibu ya? Jangan lupa, uang semesterannya adikmu juga harus dibayarkan bulan ini lho. Ibu sudah kehabisan uang. Harga-harga sekarang pada naik semua, belum lagi Ibu harus bayar uang arisan. Jadi, kapan kamu mau transfer, Putra?”

Nena mengoceh panjang lebar dari seberang sana.

Putra melirik ke kalender kecil yang ada di atas nakas. Dia lupa, seharusnya kemarin dia mentransfer uang bulanan untuk ibunya sekaligus uang semesteran adiknya.

“Aku transfer sekarang, Bu. Kemarin kerjaanku lagi banyak-banyaknya,” balas Putra.

“Ibumu?” Tanya Marcella tanpa bersuara. Tak bisa dipungkiri wajah wanita itu nampak jengkel saat Putra mengangguk.

Baru saja mereka hendak bergumul panas di atas ranjang, gangguan kembali datang.

Marcella lalu menghela napas keras sambil bersandar di kepala ranjang.

“Putra,” sahut Nena lagi, “soal program bayi tabung itu…”

“Kenapa soal itu, Bu?”

“Apa enggak sebaiknya kamu mempertimbangkannya lagi? Delapan puluh juta, Putra. Itu uang yang sangat banyak!”

“Tapi Ibu kan yang ngebet punya cucu,” balas Putra heran.

Terdengar helaan napas berat Nena. “Memang, tapi maksud Ibu enggak usah pakai acara bayi tabung segala, Putra. Masih mending kalau Hanna pakai uangnya sendiri. Suruh dia kerja lagi dan membiayai program bayi tabungnya itu.”

“Ya enggak bisa gitu dong, Bu. Aku kan suaminya.”

“Kalau kalian mulai program itu… apa uang bulanan Ibu bakal kamu pangkas?” Tanya Nena sedikit cemas.

“Astaga, jadi Ibu cemas soal itu?”

“Ibu sudah enggak kerja lagi, Putra. Dan hanya bisa mengandalkanmu. Adikmu juga masih membutuhkanmu. Jangan egois begitu, terlalu mementingkan kebutuhan Hanna, sementara Ibu dan adikmu ditelantarkan.”

Putra mengusap tengkuknya. “Siapa yang menelantarkan kalian? Mungkin, uang bulanan Ibu akan berkurang sedikit. Aku harus menyisihkan lebih banyak dari gajiku untuk program bayi tabung itu. Semua kan demi Ibu yang kepengen punya cucu juga.”

“Hah, Ibu enggak nyangka kalau pada akhirnya Hanna akan jadi istri yang membebanimu seperti ini. Sudahlah, Putra, kalau dia memang mandul, ceraikan saja dan nikahi wanita yang bisa memberimu keturunan. Lagi pula, kamu masih muda, karir cemerlang. Pasti banyak wanita di luar sana yang mau sama kamu.”

“Aku lagi enggak kepengen bahas soal itu, Bu. Sudah dulu ya, akan kutransfer uangnya sekarang.”

“Ada masalah apa?” Tanya Marcella penuh selidik begitu Putra memutus sambungan telepon dengan ibunya, Nena.

“Biasa, masalah bayi tabung. Ibuku enggak setuju. Mahal katanya,” Putra segera membuka m-banking di ponselnya.

“Memang mahal sih. Sayang uangnya…” balas Marcella. “Tapi seperti yang kubilang, aku selalu siap jadi penggantinya.”

“Maksudmu?” Tanya Putra tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.

“Maksudnya… kamu hamilin aku aja, Sayang…” 

“Heh?” Kedua bola mata Putra sontak melebar.

“Kenapa kamu kaget sih, Sayang. Katanya kamu cinta sama aku?”

“Ta-tapi, aku suaminya Hanna, Cella. Mana mungkin aku menghamili wanita lain??”

“Sudah kubilang, ceraikan saja dia. Alasannya karena enggak bisa memberikanmu keturunan.” Marcella mengedikkan bahunya dengan entang.

“Astaga, kamu sama saja dengan Ibuku.”

“Tuh kan Ibumu juga berpikiran seperti itu. Jadi, wajar dong kalau aku ngomong begitu.”

Putra hanya terdiam dan terlihat gusar.

“Kamu benar-benar mencintai Hanna?” Mata Marcella sedikit menyipit. “Kenapa kamu begitu sulit untuk melepasnya? Apa aku enggak sebaik Hanna?”

Putra mengembuskan napas pendek. “Bukan begitu. Sebenarnya… aku sudah berjanji pada mendiang ayahnya Hanna, untuk menjaga putrinya dengan baik sepanjang hidupku.”

“Namanya juga kehidupan, Sayang, selalu ada masalah yang enggak terduga. Lagian, ayahnya Hanna juga sudah enggak ada kan? Dia enggak bakalan tahu kalau kalian bercerai.”

“Tapi… ayahnya Hanna begitu mempercayaiku, Cella. Dia sampai menjual tanahnya yang seribu hektar itu demi membiayai pernikahan kami. Rumah ini serta mobil yang kami miliki adalah hasil dari uang ayahnya Hanna. Sayang, ayahnya enggak bisa menjadi wali nikah Hanna karena sebulan sebelum kami menikah, ayahnya meninggal,” terang Putra.

“Jadi, semua ini milik Hanna?”

“Bisa dikatakan begitu. Dan semenjak aku menikah dengan Hanna, rezekiku semakin lancar. Aku diterima di Beauty Inc. dan bisa dapat promosi dalam dua tahun jadi asisten manajer. Kurasa semua berkat doa-doa istriku…”

Marcella berdecak pelan. “Itu semua karena usahamu, Putra. Bukan karena wanita itu.”

“Lho, Cella. Mau kemana?”

Putra bergegas turun dari ranjang dan mengejar Marcella yang ngambek.

*

Seharian, Putra membujuk Marcella agar tidak marah padanya. Pria itu berjanji enggak akan mengungkit soal Hanna lagi di depan Marcella.

Dan saat malam menjelang, akhirnya kedua sejoli itu kembali mesra di sofa ruang tengah.

“Aku mencintaimu, Putra…” ucap Marcella, mengusap dagu Putra yang sedikit kasar. “Itu kenapa aku cemburu kalau kamu selalu memuji Hanna.”

“Aku tahu. Maafkan aku ya,” Putra mengecup kilat ujung hidung Marcella.

“Hah… Andai aku bertemu denganmu lebih dulu daripada Hanna, pasti kita sudah hidup bahagia dengan banyak anak,” mata Marcella nampak menerawang.

Putra mengusap rambut halus wanita itu. Dia tak tahu harus menjawab apa.

“Aku bahkan rela hamil dua belas kali demi kamu, Putra.”

Putra tertawa mendengarnya.

“Aku enggak pengen punya anak selusin, Sayang.”

Marcella beringsut dari dekapan Putra. “Gimana kalau kita nikah siri aja? Aku rela kok jadi istri keduamu.”

Lagi-lagi Putra tak bisa menahan keterkejutannya.

Dia pikir, awal hubungannya dengan Marcella hanya untuk bersenang-senang belaka, tanpa harus melibatkan perasaan lebih jauh. Namun nampak wanita itu menganggap hubungan mereka lebih dari itu.

Marcella mencintainya dan anehnya Putra juga merasakan hal yang sama.

“Sayang?”

“Eh, iya?”

“Kenapa jadi bengong gitu? Gimana soal usulku tadi?”

“Soal itu… kurasa boleh juga. Tapi yang pasti,” Putra mencondongkan wajahnya, “aku menginginkanmu malam ini, Sayang. Sudah enggak ada hambatan lagi.”

“Ah… Sayang… geli…” Marcella tekikik senang begitu Putra mulai menggerayangi tubuhnya. 

Tawa Marcella berubah jadi desahan berat seiring dengan sentuhan Putra yang menggila.

Tubuh bidang Putra menindih tubuhnya, membuatnya susah bernapas. Namun di saat yang bersamaan bulu-bulunya meremang.

Layar televisi itu dibiarkan menyala begitu saja, sementara dua sejoli itu mulai bergulat panas di atas sofa.

*

Selain lampu jalan yang berpendar remang, cahaya bulan di atas sana ikut menerangi malam yang gelap.

Hanna berdiri di depan rumahnya dengan angin malam yang berembus pelan yang menggerakkan helaian rambutnya.

Perlahan Hanna membuka gerbang dengan kunci duplikat miliknya. Dada berdebar tidak karuan saat dirinya kini berada di teras.

Tubuhnya seketika membeku begitu mendengar desahan dari dalam.

“Ah… Mas… terus, Mas…”

Gigi Hanna bergemeletuk menahan emosi.

Ingin rasanya dia memanggil warga dan menggerebek pasangan selingkuh ini.

Tapi, tidak. Dia harus menahan diri karena dia punya rencana lain.

Related chapters

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   7 - Tertangkap Basah

    Dengan sangat hati-hati Hanna memutar langkahnya dan masuk melalui pintu dapur.Sambil mengendap-endap, perempuan itu melesat bersembunyi di balik tembok pembatas antara dapur dengan ruang tengah rumahnya.Jantungnya seolah berhenti begitu dia menangkap dengan jelas perselingkuhan suaminya dengan wanita yang bernama Marcella itu.Rasanya dia ingin menangis kencang melihat tubuh telanjang kedua orang itu saling bertindih satu sama lain.Pinggul Putra menghentak-hentak sambil mendesis penuh kenikmatan. Sesekali bibir pria itu mengucapkan kata-kata nakal yang membuat Marcella nampak semakin bergairah.Tanpa ada rasa bersalah sedikit pun, wanita sialan itu terus melenguh. Lehernya yang jenjang menggantung di lengan sofa sehingga ujung-ujung rambutnya menyentuh lantai.“Tega kamu, Mas…” gumam Hanna lirih. Tak kuasa air matanya berderai jatuh.Sesak memenuhi relung dadanya. Terasa begitu menyakitkan.Selama ini Hanna berpikir Putra adalah segalanya. Perempuan itu bahkan rela melepas karirny

    Last Updated : 2025-02-19
  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   8 - Kecelakaan

    Hanna menyeringai penuh kemenangan saat menyadari bahwa raut wajah Putra dan selingkuhanya itu nampak menegang.“Hanna, jangan bertindak bodoh,” pinta suaminya dengan nada memohon. “Dengan menyebarkan rekaman itu kamu sama saja menyebar aib suami sendiri.”Rasanya Hanna ingin tertawa terbahak-bahak mendengarnya.“Menyebarkan aib? Aku bahkan bisa menyeret kalian berdua ke penjara dengan pasal perzinahan,” tandas Hanna. “Tapi kurasa aku hanya akan minta cerai darimu, Mas. Dan menyebarkan video ini supaya karir kalian berdua hancur!”“Dasar wanita sialan…” geram Marcella. Wanita itu tertatih-tatih bergerak mendekat ke Putra.“Wanita sialan?” Ulang Hanna. “Yang sialan itu dirimu, Marcella. Wanita perusak rumah tangga orang.”Tiba-tiba saja, Putra menghambur ke arah Hanna, bersimpuh di kedua kaki istrinya.Hanna agak terkesiap. Namun, genggaman tangan Putra yang begitu erat melingkar di sekitar kakinya, membuat Hanna kesulitan bergerak.“Hanna… maafkan aku,” punggung Putra mulai berguncang

    Last Updated : 2025-02-19
  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   9 - Hanna yang Malang

    “Hanna… Anakku…” Tubuh Lidya, ibunya Hanna, lunglai di selasar rumah sakit.Wanita setengah baya itu terus saja terisak, meratapi nasib putri tunggalnya yang mengenaskan.Dini hari, Lidya dihubungi Putra, memberi tahu kabar buruk itu bahwa Hanna terlibat kecelakaan di jalanan yang sepi.Polisi menduga ini tabrak lari. Sayangnya, tidak ada saksi mata maupun CCTV di daerah tersebut.“Tenang, Ma…” Putra berusaha mengendalikan tangis ibu mertuanya yang semakin menjadi. “Kita berdoa saja agar semuanya berjalan baik.”“Baik bagaimana? Putriku terbaring koma di dalam sana, Putra! Lagian, kenapa kamu bisa membiarkan istrimu pergi sendirian di tengah malam begitu, naik motor pula?!” Lidya menukas murka. Awalnya, Putra heran dari mana istrinya mendapatkan motor itu? Tetapi akhirnya diketahui bahwa motor itu milik Andin, sahabatnya Hanna.‘Jadi, Hanna memang sudah merencanakan semua ini,’ pikir Putra dalam hati. ‘Dia memang ingin menangkap basah diriku dengan Marcella…’“Kamu harus bertanggung

    Last Updated : 2025-02-19
  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   1 - Selingkuh

    “Ugh, Mas…”Marcella mendesah berat seraya tubuhnya yang setengah polos itu berguncang pelan di atas pangkuan Putra.Suasana kabin mobil yang pengap tak menyurutkan kedua insan itu untuk tetap bercinta dengan panas.Napas mereka menderu cepat saat kenikmatan datang, sampai-sampai mereka tak kuasa menjerit puas.Masih dengan napas terengah, Putra memeluk erat tubuh Marcella, yang hanya dibalut pakaian dalam.“Kamu benar-benar luar biasa,” puji Putra.Marcella membalas dengan senyuman tipis karena wanita itu masih ingin menikmati ledakan-ledakan kecil yang mendera tubuhnya.Rasanya sungguh menyenangkan, tapi sayangnya semua kenikmatan ini tak bertahan lama. Mereka harus segera berpisah.“Mas, bisa enggak sih kita menghabiskan waktu bersama seharian?” Marcella pindah ke kursi samping lalu mengenakan kemeja kantornya kembali.“Yah, aku juga pengennya begitu, Cella. Tapi, kamu tahu sendiri kan, pekerjaanku lagi banyak-banyaknya,” balas Putra.Bibir merah Marcella mengerucut kecewa.“Kalau

    Last Updated : 2025-02-03
  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   2 - Siapa Wanita itu?

    “Kenapa murung, Mas?” Tanya Marcella pada Putra yang sedang memandangi langit malam dari jendela kamar apartemen Marcella.Rambut wanita itu masih basah dan wangi sabun menyeruak begitu Marcella mendekati Putra.Namun, Putra masih terdiam.“Ada masalah apa sih? Kerjaan?” desak Marcella.“Bukan, Cell. Tapi soal… Hanna.”“Kenapa lagi dengan dia? Jangan-jangan dia mengetahui hubungan kita, Mas?” Tanya Marcella lagi.Putra menggeleng. “Dia pengen kerja lagi. Katanya dia mau membiayai program bayi tabung itu dengan uangnya sendiri.”Marcella menghempaskan tubuhnya yang hanya dibalut jubah mandi di samping Putra.“Lho, bagus dong, Mas. Itu artinya dia tahu diri.”“Aku enggak akan membiarkan dia kembali kerja, Cell.”“Kenapa?”“Enggak apa-apa. Sebagai suami, aku merasa bertanggung jawab penuh atas dirinya. Lagian, kata dokter dia juga enggak boleh capek.”“Huh, aku beneran iri sama istrimu. Bisa punya suami yang bertanggung jawab kayak kamu, Mas. Kapan ya aku bisa ketemu laki-laki yang mau m

    Last Updated : 2025-02-03
  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   3 - Membuntuti Putra

    “Thanks ya, Mas!” Marcella tersenyum lebar setelah memeluk Putra erat-erat.“Kamu suka tasnya?” Tanya Putra, melirik ke paper bag besar yang ditenteng wanita itu“Suka banget! Ini tas impianku sejak lama,” balas Marcella dengan nada manja.“Syukurlah kalau begitu.”Lantas, mereka bergandengan tangan, menyusuri selasar mall yang tak terlalu ramai.“Kita harus segera kembali ke kantor. Ada meeting mendadak,” Putra melirik pergelangan tangannya.“Oh, tadi bosmu yang nelpon?”“Iya, makan siangnya kita take away aja ya, Sayang?” Pinta Putra, melempar senyum tipis.Mau tak mau, Marcella hanya bisa mengedikkan bahunya pasrah.Sementara itu, dari kejauhan dada Hanna terasa begitu sesak. Sedari tadi, tubuhnya gemetar hebat.Sebisa mungkin, dia mengendalikan emosinya agar tidak menghambur dan menjambak rambut panjang wanita itu. Namun, matanya terus saja menggenang.Langkahnya melambat saat melihat suaminya dan wanita itu masuk ke dalam restoran.Dari luar restoran, Hanna terus memata-matai me

    Last Updated : 2025-02-03
  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   4 - Di Atas Ranjang Milik Istri Sah

    “Silakan, Mas,” Hanna tersenyum ramah.Semangkuk bubur ayam hangat tersaji di hadapan suaminya.“Dan ini kopinya,” lanjut Hanna lagi.Kedua alis tebal Putra sontak terangkat. ‘Tumben.’ Batinnya.“Kamu sudah enggak marah lagi sama aku?” Tanya Putra setelah menyisip kopi buatan Hanna.“Maafkan aku ya, Mas…” Hanna membelai pundak Putra yang kini sedang mencicipi bubur buatan dirinya. “Kemarin-kemarin tuh aku lagi bad mood aja.”Putra manggut-manggut sambil memuji bubur buatan Hanna yang lezat dalam hati.“Nanti lembur lagi atau gimana? Kalau Mas lembur, aku enggak usah bikin makan malam.”“Yah… sepertinya lembur lagi, Han.”“Baiklah kalau gitu. Oh iya, Mas…”Kedua tangan Hanna kini mulai memijat bahu Putra.Entah kenapa bulu kuduk Putra seakan merinding sesaat. Ini seperti bukan kebiasaan Hanna. Putra merasa istrinya agak aneh.“Terima kasih ya, sudah bekerja keras untuk keluarga kita,” lanjut Hanna. “Maafkan aku kalau aku jadi istri yang mengecewakan untukmu.”Putra menggenggam satu tan

    Last Updated : 2025-02-05
  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   5 - Kemunculan Hanna

    Sepertinya, ini akan jadi akhir dari segalanya.Perselingkuhannya dengan Marcella bakal terungkap. Tidak mungkin Hanna percaya kalau Putra bilang wanita itu adalah rekan kerja biasa.Bagaimana mungkin seorang rekan kerja biasa ditemukan setengah telanjang di kamar mandi mereka?!Putra mengumpat kesal dari balik punggung Hanna. Karirnya bisa hancur, apalagi dirinya dan Marcella berada di satu perusahaan yang sama.“Hanna, tunggu!”Namun istrinya keburu masuk ke dalam kamar mandi.“Aku bisa jelaskan–”“Jelaskan apa, Mas?” Hanna menatap Putra dengan heran.Putra termangu. Bola matanya bergerak memandangi sekeliling kamar mandi.Kosong.“Mas? Kamu mau jelasin soal apa?” Hanna mengambil sabun cuci mukanya yang berada di atas wastafel.“I-Itu… soal…” suara Putra kini terdengar parau.“Aa!” Putra terperanjat begitu telapak tangan istrinya menempel di dahinya.“Kamu sakit, Mas? Sikapmu aneh,” tandas Hanna. “Tapi badanmu enggak panas. Apa sebaiknya aku batalkan saja liburanku dengan Andin?”“E

    Last Updated : 2025-02-05

Latest chapter

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   9 - Hanna yang Malang

    “Hanna… Anakku…” Tubuh Lidya, ibunya Hanna, lunglai di selasar rumah sakit.Wanita setengah baya itu terus saja terisak, meratapi nasib putri tunggalnya yang mengenaskan.Dini hari, Lidya dihubungi Putra, memberi tahu kabar buruk itu bahwa Hanna terlibat kecelakaan di jalanan yang sepi.Polisi menduga ini tabrak lari. Sayangnya, tidak ada saksi mata maupun CCTV di daerah tersebut.“Tenang, Ma…” Putra berusaha mengendalikan tangis ibu mertuanya yang semakin menjadi. “Kita berdoa saja agar semuanya berjalan baik.”“Baik bagaimana? Putriku terbaring koma di dalam sana, Putra! Lagian, kenapa kamu bisa membiarkan istrimu pergi sendirian di tengah malam begitu, naik motor pula?!” Lidya menukas murka. Awalnya, Putra heran dari mana istrinya mendapatkan motor itu? Tetapi akhirnya diketahui bahwa motor itu milik Andin, sahabatnya Hanna.‘Jadi, Hanna memang sudah merencanakan semua ini,’ pikir Putra dalam hati. ‘Dia memang ingin menangkap basah diriku dengan Marcella…’“Kamu harus bertanggung

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   8 - Kecelakaan

    Hanna menyeringai penuh kemenangan saat menyadari bahwa raut wajah Putra dan selingkuhanya itu nampak menegang.“Hanna, jangan bertindak bodoh,” pinta suaminya dengan nada memohon. “Dengan menyebarkan rekaman itu kamu sama saja menyebar aib suami sendiri.”Rasanya Hanna ingin tertawa terbahak-bahak mendengarnya.“Menyebarkan aib? Aku bahkan bisa menyeret kalian berdua ke penjara dengan pasal perzinahan,” tandas Hanna. “Tapi kurasa aku hanya akan minta cerai darimu, Mas. Dan menyebarkan video ini supaya karir kalian berdua hancur!”“Dasar wanita sialan…” geram Marcella. Wanita itu tertatih-tatih bergerak mendekat ke Putra.“Wanita sialan?” Ulang Hanna. “Yang sialan itu dirimu, Marcella. Wanita perusak rumah tangga orang.”Tiba-tiba saja, Putra menghambur ke arah Hanna, bersimpuh di kedua kaki istrinya.Hanna agak terkesiap. Namun, genggaman tangan Putra yang begitu erat melingkar di sekitar kakinya, membuat Hanna kesulitan bergerak.“Hanna… maafkan aku,” punggung Putra mulai berguncang

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   7 - Tertangkap Basah

    Dengan sangat hati-hati Hanna memutar langkahnya dan masuk melalui pintu dapur.Sambil mengendap-endap, perempuan itu melesat bersembunyi di balik tembok pembatas antara dapur dengan ruang tengah rumahnya.Jantungnya seolah berhenti begitu dia menangkap dengan jelas perselingkuhan suaminya dengan wanita yang bernama Marcella itu.Rasanya dia ingin menangis kencang melihat tubuh telanjang kedua orang itu saling bertindih satu sama lain.Pinggul Putra menghentak-hentak sambil mendesis penuh kenikmatan. Sesekali bibir pria itu mengucapkan kata-kata nakal yang membuat Marcella nampak semakin bergairah.Tanpa ada rasa bersalah sedikit pun, wanita sialan itu terus melenguh. Lehernya yang jenjang menggantung di lengan sofa sehingga ujung-ujung rambutnya menyentuh lantai.“Tega kamu, Mas…” gumam Hanna lirih. Tak kuasa air matanya berderai jatuh.Sesak memenuhi relung dadanya. Terasa begitu menyakitkan.Selama ini Hanna berpikir Putra adalah segalanya. Perempuan itu bahkan rela melepas karirny

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   6 - Keinginan Marcella

    “Nak, kamu belum transfer uang bulanan Ibu ya? Jangan lupa, uang semesterannya adikmu juga harus dibayarkan bulan ini lho. Ibu sudah kehabisan uang. Harga-harga sekarang pada naik semua, belum lagi Ibu harus bayar uang arisan. Jadi, kapan kamu mau transfer, Putra?”Nena mengoceh panjang lebar dari seberang sana.Putra melirik ke kalender kecil yang ada di atas nakas. Dia lupa, seharusnya kemarin dia mentransfer uang bulanan untuk ibunya sekaligus uang semesteran adiknya.“Aku transfer sekarang, Bu. Kemarin kerjaanku lagi banyak-banyaknya,” balas Putra.“Ibumu?” Tanya Marcella tanpa bersuara. Tak bisa dipungkiri wajah wanita itu nampak jengkel saat Putra mengangguk.Baru saja mereka hendak bergumul panas di atas ranjang, gangguan kembali datang.Marcella lalu menghela napas keras sambil bersandar di kepala ranjang.“Putra,” sahut Nena lagi, “soal program bayi tabung itu…”“Kenapa soal itu, Bu?”“Apa enggak sebaiknya kamu mempertimbangkannya lagi? Delapan puluh juta, Putra. Itu uang yan

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   5 - Kemunculan Hanna

    Sepertinya, ini akan jadi akhir dari segalanya.Perselingkuhannya dengan Marcella bakal terungkap. Tidak mungkin Hanna percaya kalau Putra bilang wanita itu adalah rekan kerja biasa.Bagaimana mungkin seorang rekan kerja biasa ditemukan setengah telanjang di kamar mandi mereka?!Putra mengumpat kesal dari balik punggung Hanna. Karirnya bisa hancur, apalagi dirinya dan Marcella berada di satu perusahaan yang sama.“Hanna, tunggu!”Namun istrinya keburu masuk ke dalam kamar mandi.“Aku bisa jelaskan–”“Jelaskan apa, Mas?” Hanna menatap Putra dengan heran.Putra termangu. Bola matanya bergerak memandangi sekeliling kamar mandi.Kosong.“Mas? Kamu mau jelasin soal apa?” Hanna mengambil sabun cuci mukanya yang berada di atas wastafel.“I-Itu… soal…” suara Putra kini terdengar parau.“Aa!” Putra terperanjat begitu telapak tangan istrinya menempel di dahinya.“Kamu sakit, Mas? Sikapmu aneh,” tandas Hanna. “Tapi badanmu enggak panas. Apa sebaiknya aku batalkan saja liburanku dengan Andin?”“E

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   4 - Di Atas Ranjang Milik Istri Sah

    “Silakan, Mas,” Hanna tersenyum ramah.Semangkuk bubur ayam hangat tersaji di hadapan suaminya.“Dan ini kopinya,” lanjut Hanna lagi.Kedua alis tebal Putra sontak terangkat. ‘Tumben.’ Batinnya.“Kamu sudah enggak marah lagi sama aku?” Tanya Putra setelah menyisip kopi buatan Hanna.“Maafkan aku ya, Mas…” Hanna membelai pundak Putra yang kini sedang mencicipi bubur buatan dirinya. “Kemarin-kemarin tuh aku lagi bad mood aja.”Putra manggut-manggut sambil memuji bubur buatan Hanna yang lezat dalam hati.“Nanti lembur lagi atau gimana? Kalau Mas lembur, aku enggak usah bikin makan malam.”“Yah… sepertinya lembur lagi, Han.”“Baiklah kalau gitu. Oh iya, Mas…”Kedua tangan Hanna kini mulai memijat bahu Putra.Entah kenapa bulu kuduk Putra seakan merinding sesaat. Ini seperti bukan kebiasaan Hanna. Putra merasa istrinya agak aneh.“Terima kasih ya, sudah bekerja keras untuk keluarga kita,” lanjut Hanna. “Maafkan aku kalau aku jadi istri yang mengecewakan untukmu.”Putra menggenggam satu tan

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   3 - Membuntuti Putra

    “Thanks ya, Mas!” Marcella tersenyum lebar setelah memeluk Putra erat-erat.“Kamu suka tasnya?” Tanya Putra, melirik ke paper bag besar yang ditenteng wanita itu“Suka banget! Ini tas impianku sejak lama,” balas Marcella dengan nada manja.“Syukurlah kalau begitu.”Lantas, mereka bergandengan tangan, menyusuri selasar mall yang tak terlalu ramai.“Kita harus segera kembali ke kantor. Ada meeting mendadak,” Putra melirik pergelangan tangannya.“Oh, tadi bosmu yang nelpon?”“Iya, makan siangnya kita take away aja ya, Sayang?” Pinta Putra, melempar senyum tipis.Mau tak mau, Marcella hanya bisa mengedikkan bahunya pasrah.Sementara itu, dari kejauhan dada Hanna terasa begitu sesak. Sedari tadi, tubuhnya gemetar hebat.Sebisa mungkin, dia mengendalikan emosinya agar tidak menghambur dan menjambak rambut panjang wanita itu. Namun, matanya terus saja menggenang.Langkahnya melambat saat melihat suaminya dan wanita itu masuk ke dalam restoran.Dari luar restoran, Hanna terus memata-matai me

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   2 - Siapa Wanita itu?

    “Kenapa murung, Mas?” Tanya Marcella pada Putra yang sedang memandangi langit malam dari jendela kamar apartemen Marcella.Rambut wanita itu masih basah dan wangi sabun menyeruak begitu Marcella mendekati Putra.Namun, Putra masih terdiam.“Ada masalah apa sih? Kerjaan?” desak Marcella.“Bukan, Cell. Tapi soal… Hanna.”“Kenapa lagi dengan dia? Jangan-jangan dia mengetahui hubungan kita, Mas?” Tanya Marcella lagi.Putra menggeleng. “Dia pengen kerja lagi. Katanya dia mau membiayai program bayi tabung itu dengan uangnya sendiri.”Marcella menghempaskan tubuhnya yang hanya dibalut jubah mandi di samping Putra.“Lho, bagus dong, Mas. Itu artinya dia tahu diri.”“Aku enggak akan membiarkan dia kembali kerja, Cell.”“Kenapa?”“Enggak apa-apa. Sebagai suami, aku merasa bertanggung jawab penuh atas dirinya. Lagian, kata dokter dia juga enggak boleh capek.”“Huh, aku beneran iri sama istrimu. Bisa punya suami yang bertanggung jawab kayak kamu, Mas. Kapan ya aku bisa ketemu laki-laki yang mau m

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   1 - Selingkuh

    “Ugh, Mas…”Marcella mendesah berat seraya tubuhnya yang setengah polos itu berguncang pelan di atas pangkuan Putra.Suasana kabin mobil yang pengap tak menyurutkan kedua insan itu untuk tetap bercinta dengan panas.Napas mereka menderu cepat saat kenikmatan datang, sampai-sampai mereka tak kuasa menjerit puas.Masih dengan napas terengah, Putra memeluk erat tubuh Marcella, yang hanya dibalut pakaian dalam.“Kamu benar-benar luar biasa,” puji Putra.Marcella membalas dengan senyuman tipis karena wanita itu masih ingin menikmati ledakan-ledakan kecil yang mendera tubuhnya.Rasanya sungguh menyenangkan, tapi sayangnya semua kenikmatan ini tak bertahan lama. Mereka harus segera berpisah.“Mas, bisa enggak sih kita menghabiskan waktu bersama seharian?” Marcella pindah ke kursi samping lalu mengenakan kemeja kantornya kembali.“Yah, aku juga pengennya begitu, Cella. Tapi, kamu tahu sendiri kan, pekerjaanku lagi banyak-banyaknya,” balas Putra.Bibir merah Marcella mengerucut kecewa.“Kalau

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status