Share

9 - Hanna yang Malang

Penulis: Poepoe
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-19 17:59:25

“Hanna… Anakku…” Tubuh Lidya, ibunya Hanna, lunglai di selasar rumah sakit.

Wanita setengah baya itu terus saja terisak, meratapi nasib putri tunggalnya yang mengenaskan.

Dini hari, Lidya dihubungi Putra, memberi tahu kabar buruk itu bahwa Hanna terlibat kecelakaan di jalanan yang sepi.

Polisi menduga ini tabrak lari. Sayangnya, tidak ada saksi mata maupun CCTV di daerah tersebut.

“Tenang, Ma…” Putra berusaha mengendalikan tangis ibu mertuanya yang semakin menjadi. “Kita berdoa saja agar semuanya berjalan baik.”

“Baik bagaimana? Putriku terbaring koma di dalam sana, Putra! Lagian, kenapa kamu bisa membiarkan istrimu pergi sendirian di tengah malam begitu, naik motor pula?!” Lidya menukas murka.  

Awalnya, Putra heran dari mana istrinya mendapatkan motor itu? Tetapi akhirnya diketahui bahwa motor itu milik Andin, sahabatnya Hanna.

‘Jadi, Hanna memang sudah merencanakan semua ini,’ pikir Putra dalam hati. ‘Dia memang ingin menangkap basah diriku dengan Marcella…’

“Kamu harus bertanggung jawab kalau sampai terjadi apa-apa pada Hanna!” Air mata Lidya terus turun dari pelupuk matanya. “Seharusnya kamu bisa menjaga dia, Putra. Dia anakku satu-satunya…”

“Ma-Maafkan aku, Ma… Tapi…”

“Tapi apa?” Tanya Lidya sambil sesenggukan.

Putra terdiam sejenak sebelum akhirnya angkat bicara. “Semua ini bukan salahku. Sebenarnya… Hanna bilang di hari itu dia pergi liburan dengan sahabatnya, Andin. Jadi, aku sendiri bingung kenapa tiba-tiba dia bisa mengendarai motor itu.”

Kening Lidya nampak mengerut dalam. Dia tak mengerti apa yang dimaksud menantunya.

“Putra!”

Suara seorang wanita terdengar panik dari ujung selasar. 

“Gimana keadaan Hanna?” Napas Andin begitu terengah-engah. Wajahnya terlihat pucat. “Apa yang sebenarnya terjadi pada Hanna?”

“Seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu, Ndin,” balas Putra tajam.

“Maksudmu?”

“Motor yang dipakai Hanna saat kecelakaan adalah milikmu. Untuk apa dia pinjam motormu?” desak Putra. “Dan satu lagi, dia bilang padaku bahwa di hari ini dia berlibur ke Bandung bersamamu.”

Kedua mata Andin menyipit heran. “Berlibur denganku?”

Putra mengembuskan napas pendek. “Berarti Hanna sudah berbohong padaku. Dia enggak pergi denganmu…”

“Beberapa hari ini Hanna memang meminjam motorku, tapi dia enggak menjelaskan untuk apa,” terang Andin. “Lantas, bagaimana keadaan Hanna?” Suara Andin terdengar gemetar, menatap pintu ruangan tempat sahabatnya dirawat.

“Dia kehilangan banyak darah. Tapi untungnya Hanna sudah mendapatkan transfusi darah. Hanya saja… dia masih belum sadarkan diri…” ucap Putra lirih. “Aku akan mengganti kerusakan motormu, Ndin. Tenang saja.”

Namun ucapan itu bagai angin lalu di telinga Andin.

Baginya, motor itu tidak penting. Yang terpenting adalah keselamatan sahabatnya, Hanna.

*

“Jadi, bagaimana?” Tanya Marcella cemas dari ujung telepon. 

“Hanna koma,” terang Putra saat dirinya menyingkir ke kafetaria rumah sakit, membeli secangkir kopi hitam agar dirinya terjaga.

“Lantas handphone-nya?”

“Rusak parah, polisi sudah menemukannya.”

“Hah… bagus. Berarti rencana kita berjalan lancar, Sayang.”

“Kamu gila, Cella!” Desis Putra. “Kamu hampir saja membunuh Hanna!” Putra berujar dengan nada berbisik.

“Dia enggak mati, Mas.”

“Tapi dia koma!” Tekan Putra lagi sambil setengah berbisik.

“Kalau aku enggak menabrak motornya, video mesum kita bakal tersebar luas. Kamu mau hal itu terjadi, hah?!” 

“Tapi bukan seperti ini caranya!” Bisik Putra lagi.

Pria itu tak habis pikir saat Marcella mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi dan menabrak motor istrinya, lalu meninggalkan Hanna yang sekarat di pinggir jalan begitu saja.

Saat itu Putra berteriak histeris, namun Marcella mengabaikannya. Wanita itu tetap melajukan mobilnya meninggalkan TKP.

“Memangnya kamu punya rencana apa? Enggak ada kan? Sudahlah, Mas. Untuk sekarang kita aman. Video itu lenyap,” tandas Marcella sambil menghela napas panjang.

“Tapi setelah Hanna sadar, dia tetap akan mengungkap perselingkuhan kita.”

Marcella mendengus cepat. “Tapi dia enggak punya bukti apa-apa, Mas. Orang enggak akan percaya begitu saja. Bilang saja dia melantur gara-gara benturan keras di kepalanya.”

“Astaga…” Putra menekan pelipisnya yang berdenyut-denyut.

“Sayangku, kita aman. Jangan sesali apa yang menimpa Hanna. Dengan keadaan Hanna yang koma, kita malah bisa bersenang-senang!”

Putra hanya termenung.

Dia merasa ini semua salah. Dia hampir saja membunuh istrinya sendiri.

“Mas?” Suara Marcella membuyarkan pikiran Putra. “Ingat, aku melakukan ini demi kita. Aku mencintaimu, Mas Putra.”

Putra hanya bisa bisa menghela napas panjang lalu memutus sambungan teleponnya begitu saja.

***

Sepuluh hari kemudian, Hanna sadar dari komanya.

Kini Hanna sudah dipindah ke ruang rawat khusus, di mana dirinya masih terbaring lemah dengan berbagai alat yang menopang kelangsungan hidupnya.

Dokter bilang Hanna mengalami kerusakan syaraf yang membuat sebagian besar tubuhnya tak bisa bergerak dengan normal, atau hampir bisa dikatakan lumpuh.

Benturan yang begitu keras juga menyisakan trauma pada Hanna, sehingga perempuan malang itu bahkan sulit untuk berbicara.

Yang Hanna bisa lakukan adalah mengedipkan matanya, tanpa bisa berbuat lebih.

Tiba-tiba saja pintu ruangan Hanna menderik terbuka.

Benturan sepatu hak terdengar mendekat ke pinggir ranjangnya.

“Selamat pagi, Hanna…” suara itu mengalun lembut namun terasa mematikan.

Marcella berdiri di sampingnya, memamerkan senyumnya yang licik.

Jemari Marcella menyentuh pipi Hanna yang dingin.

“Kasihan sekali dirimu… terbaring tak berdaya bak putri tidur. Sayangnya enggak ada pangeran yang menciummu karena pangeran itu sekarang jadi milikku…”

Detak jantung Hanna di monitor yang ada di samping ranjang bergerak cepat.

“Oh, kamu lagi marah ya?” Sahut Marcella lagi. “Detak jantungmu naik dua kali lipat.”

Lantas, wanita itu tertawa pelan. Wangi manis pun menyerbak, menusuk hidung Hanna saat Marcella mencondongkan wajahnya ke samping telinga Hanna.

“Apa yang dikatakan Putra benar. Kamu wanita enggak berguna, parasit. Masih hidup saja kamu sudah menyusahkan banyak orang. Apa kamu tahu, Putra bingung tujuh keliling mencari biaya perawatanmu di RS ini? Jadi sebaiknya kamu mati saja, Hanna…”

Kedua kelopak mata Hanna berkedip cepat.

“Dengan begitu, aku bisa hidup bahagia dengan Mas Putra-ku…”

Dada Hanna nampak kembang kempis. Jemarinya bergerak-gerak. Tapi semuanya sia-sia. Dia benar-benar akan mati di tangan selingkuhan suaminya.

“Selamat tinggal, Hanna…”

Marcella menyunggingkan bibirnya yang merah seraya satu tangannya hendak menyuntikkan cairan ke selang infus Hanna.

Bab terkait

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   1 - Selingkuh

    “Ugh, Mas…”Marcella mendesah berat seraya tubuhnya yang setengah polos itu berguncang pelan di atas pangkuan Putra.Suasana kabin mobil yang pengap tak menyurutkan kedua insan itu untuk tetap bercinta dengan panas.Napas mereka menderu cepat saat kenikmatan datang, sampai-sampai mereka tak kuasa menjerit puas.Masih dengan napas terengah, Putra memeluk erat tubuh Marcella, yang hanya dibalut pakaian dalam.“Kamu benar-benar luar biasa,” puji Putra.Marcella membalas dengan senyuman tipis karena wanita itu masih ingin menikmati ledakan-ledakan kecil yang mendera tubuhnya.Rasanya sungguh menyenangkan, tapi sayangnya semua kenikmatan ini tak bertahan lama. Mereka harus segera berpisah.“Mas, bisa enggak sih kita menghabiskan waktu bersama seharian?” Marcella pindah ke kursi samping lalu mengenakan kemeja kantornya kembali.“Yah, aku juga pengennya begitu, Cella. Tapi, kamu tahu sendiri kan, pekerjaanku lagi banyak-banyaknya,” balas Putra.Bibir merah Marcella mengerucut kecewa.“Kalau

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   2 - Siapa Wanita itu?

    “Kenapa murung, Mas?” Tanya Marcella pada Putra yang sedang memandangi langit malam dari jendela kamar apartemen Marcella.Rambut wanita itu masih basah dan wangi sabun menyeruak begitu Marcella mendekati Putra.Namun, Putra masih terdiam.“Ada masalah apa sih? Kerjaan?” desak Marcella.“Bukan, Cell. Tapi soal… Hanna.”“Kenapa lagi dengan dia? Jangan-jangan dia mengetahui hubungan kita, Mas?” Tanya Marcella lagi.Putra menggeleng. “Dia pengen kerja lagi. Katanya dia mau membiayai program bayi tabung itu dengan uangnya sendiri.”Marcella menghempaskan tubuhnya yang hanya dibalut jubah mandi di samping Putra.“Lho, bagus dong, Mas. Itu artinya dia tahu diri.”“Aku enggak akan membiarkan dia kembali kerja, Cell.”“Kenapa?”“Enggak apa-apa. Sebagai suami, aku merasa bertanggung jawab penuh atas dirinya. Lagian, kata dokter dia juga enggak boleh capek.”“Huh, aku beneran iri sama istrimu. Bisa punya suami yang bertanggung jawab kayak kamu, Mas. Kapan ya aku bisa ketemu laki-laki yang mau m

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   3 - Membuntuti Putra

    “Thanks ya, Mas!” Marcella tersenyum lebar setelah memeluk Putra erat-erat.“Kamu suka tasnya?” Tanya Putra, melirik ke paper bag besar yang ditenteng wanita itu“Suka banget! Ini tas impianku sejak lama,” balas Marcella dengan nada manja.“Syukurlah kalau begitu.”Lantas, mereka bergandengan tangan, menyusuri selasar mall yang tak terlalu ramai.“Kita harus segera kembali ke kantor. Ada meeting mendadak,” Putra melirik pergelangan tangannya.“Oh, tadi bosmu yang nelpon?”“Iya, makan siangnya kita take away aja ya, Sayang?” Pinta Putra, melempar senyum tipis.Mau tak mau, Marcella hanya bisa mengedikkan bahunya pasrah.Sementara itu, dari kejauhan dada Hanna terasa begitu sesak. Sedari tadi, tubuhnya gemetar hebat.Sebisa mungkin, dia mengendalikan emosinya agar tidak menghambur dan menjambak rambut panjang wanita itu. Namun, matanya terus saja menggenang.Langkahnya melambat saat melihat suaminya dan wanita itu masuk ke dalam restoran.Dari luar restoran, Hanna terus memata-matai me

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   4 - Di Atas Ranjang Milik Istri Sah

    “Silakan, Mas,” Hanna tersenyum ramah.Semangkuk bubur ayam hangat tersaji di hadapan suaminya.“Dan ini kopinya,” lanjut Hanna lagi.Kedua alis tebal Putra sontak terangkat. ‘Tumben.’ Batinnya.“Kamu sudah enggak marah lagi sama aku?” Tanya Putra setelah menyisip kopi buatan Hanna.“Maafkan aku ya, Mas…” Hanna membelai pundak Putra yang kini sedang mencicipi bubur buatan dirinya. “Kemarin-kemarin tuh aku lagi bad mood aja.”Putra manggut-manggut sambil memuji bubur buatan Hanna yang lezat dalam hati.“Nanti lembur lagi atau gimana? Kalau Mas lembur, aku enggak usah bikin makan malam.”“Yah… sepertinya lembur lagi, Han.”“Baiklah kalau gitu. Oh iya, Mas…”Kedua tangan Hanna kini mulai memijat bahu Putra.Entah kenapa bulu kuduk Putra seakan merinding sesaat. Ini seperti bukan kebiasaan Hanna. Putra merasa istrinya agak aneh.“Terima kasih ya, sudah bekerja keras untuk keluarga kita,” lanjut Hanna. “Maafkan aku kalau aku jadi istri yang mengecewakan untukmu.”Putra menggenggam satu tan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   5 - Kemunculan Hanna

    Sepertinya, ini akan jadi akhir dari segalanya.Perselingkuhannya dengan Marcella bakal terungkap. Tidak mungkin Hanna percaya kalau Putra bilang wanita itu adalah rekan kerja biasa.Bagaimana mungkin seorang rekan kerja biasa ditemukan setengah telanjang di kamar mandi mereka?!Putra mengumpat kesal dari balik punggung Hanna. Karirnya bisa hancur, apalagi dirinya dan Marcella berada di satu perusahaan yang sama.“Hanna, tunggu!”Namun istrinya keburu masuk ke dalam kamar mandi.“Aku bisa jelaskan–”“Jelaskan apa, Mas?” Hanna menatap Putra dengan heran.Putra termangu. Bola matanya bergerak memandangi sekeliling kamar mandi.Kosong.“Mas? Kamu mau jelasin soal apa?” Hanna mengambil sabun cuci mukanya yang berada di atas wastafel.“I-Itu… soal…” suara Putra kini terdengar parau.“Aa!” Putra terperanjat begitu telapak tangan istrinya menempel di dahinya.“Kamu sakit, Mas? Sikapmu aneh,” tandas Hanna. “Tapi badanmu enggak panas. Apa sebaiknya aku batalkan saja liburanku dengan Andin?”“E

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   6 - Keinginan Marcella

    “Nak, kamu belum transfer uang bulanan Ibu ya? Jangan lupa, uang semesterannya adikmu juga harus dibayarkan bulan ini lho. Ibu sudah kehabisan uang. Harga-harga sekarang pada naik semua, belum lagi Ibu harus bayar uang arisan. Jadi, kapan kamu mau transfer, Putra?”Nena mengoceh panjang lebar dari seberang sana.Putra melirik ke kalender kecil yang ada di atas nakas. Dia lupa, seharusnya kemarin dia mentransfer uang bulanan untuk ibunya sekaligus uang semesteran adiknya.“Aku transfer sekarang, Bu. Kemarin kerjaanku lagi banyak-banyaknya,” balas Putra.“Ibumu?” Tanya Marcella tanpa bersuara. Tak bisa dipungkiri wajah wanita itu nampak jengkel saat Putra mengangguk.Baru saja mereka hendak bergumul panas di atas ranjang, gangguan kembali datang.Marcella lalu menghela napas keras sambil bersandar di kepala ranjang.“Putra,” sahut Nena lagi, “soal program bayi tabung itu…”“Kenapa soal itu, Bu?”“Apa enggak sebaiknya kamu mempertimbangkannya lagi? Delapan puluh juta, Putra. Itu uang yan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   7 - Tertangkap Basah

    Dengan sangat hati-hati Hanna memutar langkahnya dan masuk melalui pintu dapur.Sambil mengendap-endap, perempuan itu melesat bersembunyi di balik tembok pembatas antara dapur dengan ruang tengah rumahnya.Jantungnya seolah berhenti begitu dia menangkap dengan jelas perselingkuhan suaminya dengan wanita yang bernama Marcella itu.Rasanya dia ingin menangis kencang melihat tubuh telanjang kedua orang itu saling bertindih satu sama lain.Pinggul Putra menghentak-hentak sambil mendesis penuh kenikmatan. Sesekali bibir pria itu mengucapkan kata-kata nakal yang membuat Marcella nampak semakin bergairah.Tanpa ada rasa bersalah sedikit pun, wanita sialan itu terus melenguh. Lehernya yang jenjang menggantung di lengan sofa sehingga ujung-ujung rambutnya menyentuh lantai.“Tega kamu, Mas…” gumam Hanna lirih. Tak kuasa air matanya berderai jatuh.Sesak memenuhi relung dadanya. Terasa begitu menyakitkan.Selama ini Hanna berpikir Putra adalah segalanya. Perempuan itu bahkan rela melepas karirny

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-19
  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   8 - Kecelakaan

    Hanna menyeringai penuh kemenangan saat menyadari bahwa raut wajah Putra dan selingkuhanya itu nampak menegang.“Hanna, jangan bertindak bodoh,” pinta suaminya dengan nada memohon. “Dengan menyebarkan rekaman itu kamu sama saja menyebar aib suami sendiri.”Rasanya Hanna ingin tertawa terbahak-bahak mendengarnya.“Menyebarkan aib? Aku bahkan bisa menyeret kalian berdua ke penjara dengan pasal perzinahan,” tandas Hanna. “Tapi kurasa aku hanya akan minta cerai darimu, Mas. Dan menyebarkan video ini supaya karir kalian berdua hancur!”“Dasar wanita sialan…” geram Marcella. Wanita itu tertatih-tatih bergerak mendekat ke Putra.“Wanita sialan?” Ulang Hanna. “Yang sialan itu dirimu, Marcella. Wanita perusak rumah tangga orang.”Tiba-tiba saja, Putra menghambur ke arah Hanna, bersimpuh di kedua kaki istrinya.Hanna agak terkesiap. Namun, genggaman tangan Putra yang begitu erat melingkar di sekitar kakinya, membuat Hanna kesulitan bergerak.“Hanna… maafkan aku,” punggung Putra mulai berguncang

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-19

Bab terbaru

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   9 - Hanna yang Malang

    “Hanna… Anakku…” Tubuh Lidya, ibunya Hanna, lunglai di selasar rumah sakit.Wanita setengah baya itu terus saja terisak, meratapi nasib putri tunggalnya yang mengenaskan.Dini hari, Lidya dihubungi Putra, memberi tahu kabar buruk itu bahwa Hanna terlibat kecelakaan di jalanan yang sepi.Polisi menduga ini tabrak lari. Sayangnya, tidak ada saksi mata maupun CCTV di daerah tersebut.“Tenang, Ma…” Putra berusaha mengendalikan tangis ibu mertuanya yang semakin menjadi. “Kita berdoa saja agar semuanya berjalan baik.”“Baik bagaimana? Putriku terbaring koma di dalam sana, Putra! Lagian, kenapa kamu bisa membiarkan istrimu pergi sendirian di tengah malam begitu, naik motor pula?!” Lidya menukas murka. Awalnya, Putra heran dari mana istrinya mendapatkan motor itu? Tetapi akhirnya diketahui bahwa motor itu milik Andin, sahabatnya Hanna.‘Jadi, Hanna memang sudah merencanakan semua ini,’ pikir Putra dalam hati. ‘Dia memang ingin menangkap basah diriku dengan Marcella…’“Kamu harus bertanggung

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   8 - Kecelakaan

    Hanna menyeringai penuh kemenangan saat menyadari bahwa raut wajah Putra dan selingkuhanya itu nampak menegang.“Hanna, jangan bertindak bodoh,” pinta suaminya dengan nada memohon. “Dengan menyebarkan rekaman itu kamu sama saja menyebar aib suami sendiri.”Rasanya Hanna ingin tertawa terbahak-bahak mendengarnya.“Menyebarkan aib? Aku bahkan bisa menyeret kalian berdua ke penjara dengan pasal perzinahan,” tandas Hanna. “Tapi kurasa aku hanya akan minta cerai darimu, Mas. Dan menyebarkan video ini supaya karir kalian berdua hancur!”“Dasar wanita sialan…” geram Marcella. Wanita itu tertatih-tatih bergerak mendekat ke Putra.“Wanita sialan?” Ulang Hanna. “Yang sialan itu dirimu, Marcella. Wanita perusak rumah tangga orang.”Tiba-tiba saja, Putra menghambur ke arah Hanna, bersimpuh di kedua kaki istrinya.Hanna agak terkesiap. Namun, genggaman tangan Putra yang begitu erat melingkar di sekitar kakinya, membuat Hanna kesulitan bergerak.“Hanna… maafkan aku,” punggung Putra mulai berguncang

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   7 - Tertangkap Basah

    Dengan sangat hati-hati Hanna memutar langkahnya dan masuk melalui pintu dapur.Sambil mengendap-endap, perempuan itu melesat bersembunyi di balik tembok pembatas antara dapur dengan ruang tengah rumahnya.Jantungnya seolah berhenti begitu dia menangkap dengan jelas perselingkuhan suaminya dengan wanita yang bernama Marcella itu.Rasanya dia ingin menangis kencang melihat tubuh telanjang kedua orang itu saling bertindih satu sama lain.Pinggul Putra menghentak-hentak sambil mendesis penuh kenikmatan. Sesekali bibir pria itu mengucapkan kata-kata nakal yang membuat Marcella nampak semakin bergairah.Tanpa ada rasa bersalah sedikit pun, wanita sialan itu terus melenguh. Lehernya yang jenjang menggantung di lengan sofa sehingga ujung-ujung rambutnya menyentuh lantai.“Tega kamu, Mas…” gumam Hanna lirih. Tak kuasa air matanya berderai jatuh.Sesak memenuhi relung dadanya. Terasa begitu menyakitkan.Selama ini Hanna berpikir Putra adalah segalanya. Perempuan itu bahkan rela melepas karirny

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   6 - Keinginan Marcella

    “Nak, kamu belum transfer uang bulanan Ibu ya? Jangan lupa, uang semesterannya adikmu juga harus dibayarkan bulan ini lho. Ibu sudah kehabisan uang. Harga-harga sekarang pada naik semua, belum lagi Ibu harus bayar uang arisan. Jadi, kapan kamu mau transfer, Putra?”Nena mengoceh panjang lebar dari seberang sana.Putra melirik ke kalender kecil yang ada di atas nakas. Dia lupa, seharusnya kemarin dia mentransfer uang bulanan untuk ibunya sekaligus uang semesteran adiknya.“Aku transfer sekarang, Bu. Kemarin kerjaanku lagi banyak-banyaknya,” balas Putra.“Ibumu?” Tanya Marcella tanpa bersuara. Tak bisa dipungkiri wajah wanita itu nampak jengkel saat Putra mengangguk.Baru saja mereka hendak bergumul panas di atas ranjang, gangguan kembali datang.Marcella lalu menghela napas keras sambil bersandar di kepala ranjang.“Putra,” sahut Nena lagi, “soal program bayi tabung itu…”“Kenapa soal itu, Bu?”“Apa enggak sebaiknya kamu mempertimbangkannya lagi? Delapan puluh juta, Putra. Itu uang yan

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   5 - Kemunculan Hanna

    Sepertinya, ini akan jadi akhir dari segalanya.Perselingkuhannya dengan Marcella bakal terungkap. Tidak mungkin Hanna percaya kalau Putra bilang wanita itu adalah rekan kerja biasa.Bagaimana mungkin seorang rekan kerja biasa ditemukan setengah telanjang di kamar mandi mereka?!Putra mengumpat kesal dari balik punggung Hanna. Karirnya bisa hancur, apalagi dirinya dan Marcella berada di satu perusahaan yang sama.“Hanna, tunggu!”Namun istrinya keburu masuk ke dalam kamar mandi.“Aku bisa jelaskan–”“Jelaskan apa, Mas?” Hanna menatap Putra dengan heran.Putra termangu. Bola matanya bergerak memandangi sekeliling kamar mandi.Kosong.“Mas? Kamu mau jelasin soal apa?” Hanna mengambil sabun cuci mukanya yang berada di atas wastafel.“I-Itu… soal…” suara Putra kini terdengar parau.“Aa!” Putra terperanjat begitu telapak tangan istrinya menempel di dahinya.“Kamu sakit, Mas? Sikapmu aneh,” tandas Hanna. “Tapi badanmu enggak panas. Apa sebaiknya aku batalkan saja liburanku dengan Andin?”“E

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   4 - Di Atas Ranjang Milik Istri Sah

    “Silakan, Mas,” Hanna tersenyum ramah.Semangkuk bubur ayam hangat tersaji di hadapan suaminya.“Dan ini kopinya,” lanjut Hanna lagi.Kedua alis tebal Putra sontak terangkat. ‘Tumben.’ Batinnya.“Kamu sudah enggak marah lagi sama aku?” Tanya Putra setelah menyisip kopi buatan Hanna.“Maafkan aku ya, Mas…” Hanna membelai pundak Putra yang kini sedang mencicipi bubur buatan dirinya. “Kemarin-kemarin tuh aku lagi bad mood aja.”Putra manggut-manggut sambil memuji bubur buatan Hanna yang lezat dalam hati.“Nanti lembur lagi atau gimana? Kalau Mas lembur, aku enggak usah bikin makan malam.”“Yah… sepertinya lembur lagi, Han.”“Baiklah kalau gitu. Oh iya, Mas…”Kedua tangan Hanna kini mulai memijat bahu Putra.Entah kenapa bulu kuduk Putra seakan merinding sesaat. Ini seperti bukan kebiasaan Hanna. Putra merasa istrinya agak aneh.“Terima kasih ya, sudah bekerja keras untuk keluarga kita,” lanjut Hanna. “Maafkan aku kalau aku jadi istri yang mengecewakan untukmu.”Putra menggenggam satu tan

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   3 - Membuntuti Putra

    “Thanks ya, Mas!” Marcella tersenyum lebar setelah memeluk Putra erat-erat.“Kamu suka tasnya?” Tanya Putra, melirik ke paper bag besar yang ditenteng wanita itu“Suka banget! Ini tas impianku sejak lama,” balas Marcella dengan nada manja.“Syukurlah kalau begitu.”Lantas, mereka bergandengan tangan, menyusuri selasar mall yang tak terlalu ramai.“Kita harus segera kembali ke kantor. Ada meeting mendadak,” Putra melirik pergelangan tangannya.“Oh, tadi bosmu yang nelpon?”“Iya, makan siangnya kita take away aja ya, Sayang?” Pinta Putra, melempar senyum tipis.Mau tak mau, Marcella hanya bisa mengedikkan bahunya pasrah.Sementara itu, dari kejauhan dada Hanna terasa begitu sesak. Sedari tadi, tubuhnya gemetar hebat.Sebisa mungkin, dia mengendalikan emosinya agar tidak menghambur dan menjambak rambut panjang wanita itu. Namun, matanya terus saja menggenang.Langkahnya melambat saat melihat suaminya dan wanita itu masuk ke dalam restoran.Dari luar restoran, Hanna terus memata-matai me

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   2 - Siapa Wanita itu?

    “Kenapa murung, Mas?” Tanya Marcella pada Putra yang sedang memandangi langit malam dari jendela kamar apartemen Marcella.Rambut wanita itu masih basah dan wangi sabun menyeruak begitu Marcella mendekati Putra.Namun, Putra masih terdiam.“Ada masalah apa sih? Kerjaan?” desak Marcella.“Bukan, Cell. Tapi soal… Hanna.”“Kenapa lagi dengan dia? Jangan-jangan dia mengetahui hubungan kita, Mas?” Tanya Marcella lagi.Putra menggeleng. “Dia pengen kerja lagi. Katanya dia mau membiayai program bayi tabung itu dengan uangnya sendiri.”Marcella menghempaskan tubuhnya yang hanya dibalut jubah mandi di samping Putra.“Lho, bagus dong, Mas. Itu artinya dia tahu diri.”“Aku enggak akan membiarkan dia kembali kerja, Cell.”“Kenapa?”“Enggak apa-apa. Sebagai suami, aku merasa bertanggung jawab penuh atas dirinya. Lagian, kata dokter dia juga enggak boleh capek.”“Huh, aku beneran iri sama istrimu. Bisa punya suami yang bertanggung jawab kayak kamu, Mas. Kapan ya aku bisa ketemu laki-laki yang mau m

  • Kebangkitan Istri yang Kau Khianati   1 - Selingkuh

    “Ugh, Mas…”Marcella mendesah berat seraya tubuhnya yang setengah polos itu berguncang pelan di atas pangkuan Putra.Suasana kabin mobil yang pengap tak menyurutkan kedua insan itu untuk tetap bercinta dengan panas.Napas mereka menderu cepat saat kenikmatan datang, sampai-sampai mereka tak kuasa menjerit puas.Masih dengan napas terengah, Putra memeluk erat tubuh Marcella, yang hanya dibalut pakaian dalam.“Kamu benar-benar luar biasa,” puji Putra.Marcella membalas dengan senyuman tipis karena wanita itu masih ingin menikmati ledakan-ledakan kecil yang mendera tubuhnya.Rasanya sungguh menyenangkan, tapi sayangnya semua kenikmatan ini tak bertahan lama. Mereka harus segera berpisah.“Mas, bisa enggak sih kita menghabiskan waktu bersama seharian?” Marcella pindah ke kursi samping lalu mengenakan kemeja kantornya kembali.“Yah, aku juga pengennya begitu, Cella. Tapi, kamu tahu sendiri kan, pekerjaanku lagi banyak-banyaknya,” balas Putra.Bibir merah Marcella mengerucut kecewa.“Kalau

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status