Share

Bab 3. Tidak Berperasaan

Penulis: Princess Angel
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Ara masih bisa berpura-pura baik-baik saja ketika melihat sikap dingin Wei saat mereka sedang berdua. Tapi apakah dia bisa tetap seperti itu jika Wei menunjukkan sikap yang sama di hadapan orang lain?

Tapi ... walaupun takut, Ara benar-benar penasaran dan ingin memastikan bagaimana sikap Wei kepadanya ketika sedang di hadapan orang lain.

Sejak menikah mereka tidak pernah jalan bareng atau ada di tempat yang sama dalam suatu kesempatan. Jadi Ara benar-benar tidak tahu bagaimana Wei akan memperlakukannya ketika di depan orang lain.

“Baiklah ... aku akan ke sana,” kata Ara pada akhirnya.

Dia memang takut, tapi rasa ingin tahu yang lebih besar membuatnya tidak dapat menahan keinginan untuk datang ke tempat Wei dan sekretarisnya berada saat ini.

“Bagus, aku tunggu di depan KTV, jangan lama-lama,” kata Lita lega.

Tidak lama kemudian Ara sudah ada di KTV tersebut dan diantar Lita masuk ke dalam.

Pada saat yang sama Wei dan Rina baru saja keluar dari kotak KTV bersama teman mereka yang lain karena ingin makan malam di restoran yang telah mereka sepakati.

Seorang pelayan yang membawa tempat makan kosong dari kotak seberang tanpa sengaja menabrak Rina.

“Akh!” pekik Rina merasa ngeri ketika melihat lantai semakin dekat dengan wajahnya.

Wei dengan cepat menangkap pinggang Rina agar sekretarisnya itu tidak sampai jatuh ke lantai. Pada saat itulah Ara sampai di tempat yang sama.

Wei terkejut melihat kehadiran Ara di tempat itu. Namun, dengan cepat sikapnya kembali menjadi dingin dan acuh tak acuh.

Dia melepaskan Rina dan mengikuti teman-temannya yang lain berjalan ke luar.

“Tunggu ... apakah kamu tidak ingin menjelaskan sesuatu kepadaku?” tanya Ara sambil menangkap tangan suaminya dan menatapnya dengan tatapan terluka.

“Apa yang harus aku jelaskan?” tanya Wei dingin dan acuh tak acuh.

“Kamu ...,” Ara benar-benar tidak tahu lagi harus berkata apa melihat sikap suaminya saat ini.

Apakah Wei sama sekali tidak merasa bersalah kepadanya?

“Wei ... ayo, yang lain sudah menunggu,” kata Rina ketika menyadari Wei berhenti mengikuti rombongan mereka.

“Oke,” kata Wei sambil melepaskan tangannya dari Ara dan berjalan keluar bersama Rina.

Ara menatap kepergian suaminya dengan air mata yang tergenang. Mati-matian dia menahan agar air matanya tidak sampai tumpah setelah melihat sikap Wei yang begitu tidak Berperasaan.

Sementara itu, Lita yang ada di samping Ara benar-benar merasa geram melihat sikap Wei kepada Ara saat ini, tapi Lita juga tahu tidak mungkin bagi dirinya untuk ikut campur terlalu jauh pada permasalahan rumah tangga orang lain sekalipun itu adalah sahabatnya sendiri.

Rina tersenyum penuh kemenangan ketika melihat sikap dingin Wei kepada Ara.

Jadi bagaimana kalau mereka sudah menikah? Pria pujaannya ini jelas-jelas tidak memiliki perasaan sedikitpun kepada istri kecilnya itu.

“Apakah tidak masalah jika kamu bersikap seperti itu kepada istrimu?” tanya Rina pura-pura prihatin.

Wei cemberut, sebenarnya dia juga tidak ingin menyakiti Ara tapi Wei ingin istrinya itu sadar kalau pernikahan yang diatur seperti ini benar-benar sangat tidak menyenangkan.

“Tidak,” kata Wei tegas.

“Kamu tidak takut dia akan marah?”

“Dia tidak akan!” Sahut Wei yakin.

Rina mengangkat alis tidak percaya mendengar kata-kata Wei.

Bukankah istri manapun akan meledak ketika melihat suaminya jalan dengan wanita lain dan mengabaikan mereka ketika berpapasan?

“Aku mengenalnya sejak kecil, jadi aku tahu sikapnya akan berbeda dari wanita lain ketika sedang menghadapi situasi seperti ini,” kata Wei lagi seolah tahu apa yang saat ini sedang Rina pikirkan.

Rina hanya tersenyum kecut ketika mendengar pembelaan Wei atas istrinya.

Setelah kejadian itu Wei benar-benar tidak lagi pulang ke rumah dan Ara sama sekali tidak mencoba untuk mencarinya.

Ara telah bertekad di dalam hatinya, jika Wei masih bersikap sama pada hari yang ditentukan, maka Ara bersedia untuk melepaskannya.

Dia akan pergi jauh dari kehidupan Wei dan berusaha melupakan semua rasa sakitnya.

“Hanya tinggal sebentar lagi ... cobalah untuk bersabar, Ara,” gumam Ara seolah menyemangati dirinya sendiri.

Pada hari ulang tahun pernikahan mereka yang ke dua, Ara membuat kue tart dan menyiapkan makan malam istimewa seperti yang dilakukannya pada malam ulang tahun pernikahan pertama mereka.

Ara juga mengirim pesan kepada Wei agar suaminya itu mau meluangkan waktu untuk merayakan hari pernikahan mereka.

Namun, seperti tahun sebelumnya, malam hari ini Wei juga tidak pulang ke rumah dan menolak panggilan dari Ara yang ingin mengingatkan tentang hari ulang tahun pernikahan mereka.

Dalam remang cahaya lilin yang berpendar, Ara menangkupkan kedua tangannya dan menaruhnya di bawah dagu.

Berkali-kali dia melihat ke arah jam di dinding dan menghela napas panjang.

“Sepertinya dia tidak akan datang,” gumam Ara sambil tersenyum pahit.

Melihat lilin yang hampir habis, Ara memotong kue ulang tahun dan menaruhnya ke samping.

“Selamat ulang tahun pernikahan Wei, maafkan jika aku bukanlah istri yang menyenangkan untukmu,” kata Ara dengan air mata berlinang.

Kemudian Ara kembali memotong kue ulang tahun dan memakannya perlahan dengan air mata yang terus bercucuran.

Ini adalah kue ulang tahun terakhir dari pernikahannya dengan Wei. Ke depannya mereka tidak akan menjadi suami istri lagi.

Walau berat, demi kebahagiaan Wei, Ara memilih untuk mengalah dan melepaskan suaminya itu agar dia bisa menikah dengan wanita yang diinginkannya.

Sementara itu Wei yang telah menolak panggilan dari Ara hanya membaca pesannya sekilas.

Dia tahu hari ini adalah ulang tahun pernikahan mereka yang kedua. Tapi Wei tidak bisa pulang karena ada beberapa pekerjaan dan pertemuan penting yang harus diselesaikannya.

“Apakah Kamu sudah siap?” tanya Wei kepada Rina ketika dia keluar dari kantornya.

“Sudah ... apakah aku perlu berganti pakaian?” tanya Rina ragu.

“Tidak perlu ... sebelum ke sana kita akan mampir ke butik dan salon kenalanku.”

Rina hanya mengangguk dan mengikuti Wei keluar dari perusahaan dan pergi dengan mobil mewah keluaran terbaru milik Wei.

Ketika sampai di butik, Rina mulai memilih pakaian yang dianggapnya paling bagus dan sesuai untuk dipakai ke acara perjamuan yang akan dihadirinya bersama Wei.

Dia tersenyum menghadap ke cermin.

Rina merasa yakin penampilannya kali ini pasti akan bisa memuaskan mata Wei.

“Bagaimana? Apakah pakaian ini bagus?” tanya Rina kepada Wei ketika ia keluar dari ruang ganti.

Wei menatap Rina kosong.

Dia membayangkan alangkah bagusnya jika gaun ini dipakai oleh Ara.

Bentuk tubuh Ara jauh lebih mempesona dari pada Rina.

“Lumayan,” sahut Wei acuh tak acuh.

Rina mengerutkan bibir ketika mendengar kata-kata dan sikap Wei yang acuh tak acuh saat melihat penampilannya.

Bab terkait

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 4. Sudah Merelakan

    Bukankah dulu Wei jatuh cinta kepadanya?‘Mengapa sekarang sikapnya sama sekali tidak menunjukkan kalau dia pernah jatuh cinta padaku?’ batin Rina bingung.Jika dia tahu Wei akan seperti ini, Rina pasti akan berpikir dua kali ketika menolak cinta Wei.Dulu Rina pikir Wei akan semakin penasaran jika ditolak oleh seorang wanita.Bukankah di novel-novel roman diceritakan kalau para pria kaya itu sangat menghargai wanita yang sulit untuk didapatkan?Setelah keluar dari butik, Rina dan Wei mampir ke salon terlebih dahulu sebelum datang ke restoran mewah tempat acara pertemuan dilangsungkan.Sepasang suami istri berkebangsaan China sudah menunggu dan tersenyum ketika Wei dan Rina datang menghampiri mereka.“Maaf menunggu lama,” kata Wei sopan.“Tidak apa, silakan duduk,” kata si pria sambil tersenyum ramah.“Oh iya, kenalkan ini sekretarisku, namanya Rina ... Rina, ini Daniel dan itu istrinya Stacy,” kata Wei setelah duduk di kursinya.“Selamat malam, Tuan, Nyonya,” sapa Rina sambil terseny

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 5. Kecelakaan Pesawat

    Ara juga sudah menulis surat permintaan maaf kepada suaminya itu atas gangguannya selama ini. Mungkin selama ini kehadirannya benar-benar sangat mengganggu bagi Wei hingga pria itu sama sekali tidak mau lagi tidur di rumahnya sendiri sejak mereka menikah .... Suara klakson mobil membangunkan lamunan Ara. Kepala pelayan dengan sigap membukakan pintu taksi untuk Ara. “Terima Kasih,” kata Ara sambil masuk ke dalam mobil. Ketika pintu mobil ditutup, Ara melihat sekali lagi ke arah rumah yang telah ditinggalinya selama dua tahun ini. Dia seolah ingin mematrinya di dalam hati, betapa banyak kenangan pahit dan air mata yang dialaminya selama tinggal di rumah ini. “Selamat tinggal, Wei ... semoga kamu bahagia,” bisik Ara tanpa suara. Sore harinya .... Wei pulang dan merasa heran ketika melihat keadaan rumah yang tampak sepi. “Tuan ....” Kepala pelayan datang menyapa. “Hmm,” sahut Wei datar. Tanpa banyak bicara Wei langsung naik ke lantai atas. Tadinya dia ingin langsung masuk ke d

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 6. Diaku Sebagai Lanara

    Wei hanya diam. Dia bangkit dari tanah dan mengelap darah di sudut bibirnya lalu kembali berjongkok di sisi makam istrinya dengan kepala tertunduk. Tidak ada keinginan dari Wei untuk membalas pukulan Arga ataupun menolak tuduhannyaDia tahu ini semua memang salahnya. Tanpa sengaja dia telah membunuh istrinya sendiri karena sikap dingin dan tidak pedulinya.Dia memang pantas untuk dipukul!Tidak ada air mata mengalir dari matanya ....Bukan berarti Wei tidak bersedih. Semua air matanya sudah terkuras habis sejak kemarin. Sekarang yang Wei rasakan hanyalah kosong dan hampa.Namun, semua itu malah membuat keluarga Ara menjadi semakin marah dan menganggap Wei sangat tidak berperasaan. Mereka mengira Wei merasa senang dan bebas atas kepergian Ara.Tidak ada lagi istri yang tidak diharapkan dan Wei bisa menikah dengan wanita manapun yang dia mau."Wei ... tolong kembalikan anak Mama," kata Eva-mama Ara- dengan air mata yang bercucuran. "Ara anak perempuan Mama satu-satunya ... tolong ..

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 7. Hasil Penyelidikan 

    Tidak ada satupun yang percaya kalau dirinya bukanlah gadis itu sekalipun Paul dan Hanna.'Mungkin ini memang jalan yang diberikan tuhan untukku, agar bisa memulai hidup baru dengan wajah yang baru,' batin Ara pasrah.Ara membayangkan wajah kedua orang tua dan kakak laki-lakinya. Dia benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan keluarganya saat mendapat kabar kecelakaan pesawat yang melibatkan dirinya saat itu.Tanpa terasa air matanya mulai mengalir deras."Mengapa kamu menangis, Sayang? Harusnya kamu merasa bahagia karena bisa selamat dari kecelakaan itu," kata Paul merasa khawatir melihat air mata Ara yang mengalir begitu derasnya. "Aku sedih memikirkan wajahku, Papa," kata Ara dengan perasaan canggung sambil menghapus air matanya."Jangan sedih sayang, kami janji akan berusaha mengembalikan penampilan terbaikmu seperti sedia kala," kata Hanna sambil memeluk Ara penuh kasih sayang.***Gundukan tanah basah itu selalu bertabur warna warni bunga yang menebarkan bau harum.

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 8. Sama-sama Kesepian

    Dia ingin tahu bagaimana reaksi Wei saat melihat hasil penyelidikan yang mengarah kepada Rina sebagai dalang di balik ramainya komentar netizen di foto mereka."Ini ... ini tidak mungkin, aku tidak percaya Rina mampu melakukan hal tercela seperti ini," kata Wei merasa tidak percaya kalau apa yang ada ditangannya saat ini adalah sebuah kebenaran."Sialan! Jadi kamu pikir kita semua yang bohong dan wanita itu yang benar?" tanya Arga marah."Bukan ... bukan begitu maksudku," bantah Wei cepat."Mau sampai kapan kamu terus membelanya? Jangan kamu kira aku tidak tahu kalau sebelumnya kamu pernah menyatakan cinta pada wanita itu dan ditolak! Kamu masih terobsesi padanya, 'kan?" tanya Arga sambil menyipitkan mata tidak bisa menyembunyikan kemarahannya."Tidak! Aku malah bersyukur dia telah menolak ku karena belakangan aku baru tahu kalau wanita yang aku cintai sebenarnya adalah Ara, bukan dia," jawab Wei tegas."Apa gunanya kamu mengetahui kalau kamu mencintai Ara di saat adikku itu sudah per

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 9. Permintaan Paul.

    Ara menggelengkan kepalanya dan tersenyum sedih. 'Dia tidak mungkin sedih, aku rasa dia malah bahagia mendengar berita itu karena dia jadi lebih leluasa untuk menikahi kekasihnya,' batin Ara lagi dengan hati yang berdenyut sakit hingga membuatnya tanpa sadar mengerutkan kening."Ada apa? Mengapa wajahmu tiba-tiba terlihat sedih?" tanya Luke perhatian.Dia menyadari perubahan suasana hati Ara dari wajahnya yang tiba-tiba menjadi sangat sedih dan tertekan. Luke tidak mengerti kesedihan apa yang bisa dirasakan oleh gadis secantik Ara? Dia memiliki segalanya dan orang tua yang sangat menyayanginya.'Apakah dia sedih karena orang tuanya sibuk dan tidak bisa menungguinya di sini?' batin Luke menerka-nerka.Mendengar pertanyaan Luke, Ara segera menepiskan bayangan Wei dari pikirannya."Tidak apa, aku hanya sedang teringat pada seseorang," kata Ara sambil menghela napas panjang."Siapa? Apakah kekasihmu?" tanya Luke ingin tahu."Bukan. Aku memang mencintainya, tapi dia tidak mencintaiku," ka

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 10. Pasangan Yang Mesra

    Dia benar-benar ingin bebas dari jeratan keluarga bangsawan ini. Berbagai acara yang dihadirinya dalam waktu satu bulan ini benar-benar membuatnya lelah. Ara bukan tipe orang yang bisa mengenakan topeng kapan saja di wajahnya agar tetap terlihat lemah lembut dan sopan sebagaimana perilaku para bangsawan pada umumnya. Dia terbiasa bersikap bebas dan apa adanya sejak kecil. Apalagi dia dikelilingi oleh kakak laki-lakinya dan Wei yang selalu siap sedia untuk melindunginya kapan dan dimanapun. Di keluarga ini, Ara merasa hidupnya penuh dengan tekanan. Lanara adalah putri yang terlahir dari darah campuran, antara papanya yang bangsawan dan mamanya yang orang biasa saja. Tidak sedikit saudara sepupu yang memandangnya hanya sebelah mata. "Apakah kamu tidak menyukai kehidupan seperti ini?" tanya Paul merasa heran. Bukankah kehidupan mewah dan kelas atas ini banyak menjadi impian para gadis? Mengapa gadis di hadapannya ini malah bersikap tidak peduli dan ingin cepat pergi? "Sejujurnya m

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 11. Pilihan Tepat

    "Di sana pasti sudah malam hari, apakah dia sedang memeluk kekasihnya? Apakah mereka sudah meresmikan hubungan mereka?" gumam Ara tidak dapat menyembunyikan rasa pahitnya.Ara rasa sedih, iri dan cemburu membayangkan wanita lain dalam pelukan Wei, padahal dia sendiri yang sudah menikah dua tahun dengan Wei sama sekali tidak mendapatkan kemewahan seperti itu.Ara merasa kesulitan untuk melepaskan bayangan Wei dari dalam benaknya. Pria itu seperti sudah terpatri di dalam hatinya. Walaupun dia sudah berusaha untuk melupakannya tapi bayangan pria itu selalu menghantui kemanapun dirinya pergi.Suara ponsel membuyarkan lamunannya. Ara menatap layar ponselnya untuk mengetahui siapa yang meneleponnya saat ini. Ini panggilan dari Luke."Halo?" sapa Ara tanpa semangat."Halo, apa aku mengganggumu dengan telepon ini?" tanya Luke sambil mengerutkan kening.Dia bisa mendengar suara tidak bersemangat gadis yang diteleponnya ketika menyapa dirinya."Tidak, aku hanya sedang banyak pikiran, maafkan a

Bab terbaru

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 189. Melahirkan

    Reza dan Eva diam tidak berkutik. Memang benar awalnya mereka mengira Wei tidak bisa masak dan khawatir Ara akan keracunan makanan. Mana mereka tahu kalau Wei ternyata pandai memasak makanan selezat itu.Beberapa waktu telah terlewati, berat badan Ara mulai meningkat setelah mendapatkan perawatan dari Wei. Eva dan Reza kini benar-benar bisa menarik napas lega.Wajah Ara pun lebih bersinar penuh kebahagiaan ketika usia kandungannya semakin bertambah. Dia dan Wei sudah bisa merasakan pukulan dan tendangan sang bayi di dalam kandungannya melalui permukaan perut ketika sedang diusap atau di pegang.Hubungannya dengan Paul dan Hanna pun tetap berjalan seperti biasa walaupun Hanna akhirnya mengetahui kalau dirinya bukanlah Lanara yang asli."Bagaimana kabarmu dan anak di dalam kandunganmu?" tanya Hanna penuh perhatian ketika dia menelepon Ara."Aku baik Ma, anak di dalam kandunganku juga baik," jawab Ara sambil tersenyum bahagia mendapat perhatian dari semua orang yang di kasihnya."Mama

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 188. Tidak Ada Lebih

    Wei benar-benar tidak menyangka kalau Ara akan berkata seperti itu. Tadinya dia berpikir hanya dirinya saja yang akan merasa kehilangan dan bersedih atas perpisahan ini, ternyata istrinya juga mengalami hal yang sama."Percaya tidak? kali ini Papamu tidak akan mengusir aku," kata Wei sambil tersenyum menatap ara penuh kasih."Benarkah?" tanya Ara tidak percaya."Yakin!""Apakah Papa membatalkan syarat itu?""Sepertinya begitu, semua ini karena calon anak kita," kata Wei sambil mengusap punggung bawah Ara pelan."Apakah kamu benar-benar akan dibiarkan tinggal disini bersamaku?" tanya Ara was-was.Dia benar-benar tidak yakin kalau papanya akan berubah pikiran. Setahu Ara papanya adalah orang yang konsisten dan tidak akan pernah berubah pikiran jika sudah memutuskan tentang suatu hal. Bisakah kali ini papanya membuat pengecualian karena calon cucunya yang belum lahir?"Aku akan menemanimu tinggal di sini dan memasak. Bukankah kamu ingin masakan yang aku masak?" tanya Wei sambil mencubit

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 187. Takut

    Kekhawatiran Eva pun menjadi kenyataan. Ara benar-benar tidak bernafsu untuk makan apapun, dia hanya memakan manisan buah tanpa dibarengi dengan nasi dan lauk-pauk. Ini mengakibatkan tubuh ara yang sudah ramping menjadi semakin kurus."Pa, apakah tidak sebaiknya kita biarkan saja Wei datang ke sini dan memasak untuk adikku?" tanya Arga sambil mengerutkan kening ketika melihat Ara dari kejauhan.Tubuh adiknya itu dari hari kehari menjadi semakin kurus. Ini benar-benar membuat Arga menjadi prihatin dan khawatir."Iya Pa, Sudahlah demi kebaikan anak dan cucu kita, sebaiknya kita mengalah saja. Batalkan syarat satu tahun tidak bertemu itu. Mama khawatir terjadi apa-apa sama Ara," kata Eva dengan mata berkaca-kaca menatap wajah suaminya.Reza menatap istri dan anak laki-lakinya dengan tatapan tidak berdaya. Dia juga sebenarnya sudah ada pikiran ke arah sana. Reza bisa melihat perkembangan kondisi Ara yang dari hari ke hari semakin lemah karena tidak mau makan. "Baiklah. Arga, kamu jemput

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 186. Ingin Masakan Wei

    "Aku ikut!" kata Arga tiba-tiba."Tidak!" sahut Eva dan Reza bersamaan."Mengapa tidak?" tanya Arga bingung."Kamu tidak lihat? Ara muntah-muntah hebat setelah melihatmu, apakah kamu ingin adikmu itu muntah terus gara-gara melihatmu?" tanya Eva sambil melotot ke arah Arga."Kamu harus menghindar dari adikmu selama tiga bulan kehamilan awal agar dia tidak terlalu tersiksa karena terus mengeluarkan makanan yang ada di perutnya."" ... " Arga tidak dapat berkata-kata mendengar apa yang orang tuanya katakan.Dia mentap kedua orang tuanya dengan tatapan menyalahkan. Bukankah semua ini karena ulah kedua orang tuanya yang ingin memisahkan adiknya dari Wei? Mengapa sekarang dia yang harus menanggung akibatnya?Dibenci tidak hanya oleh Ara tapi juga oleh calon keponakannya yang belum lahir.Di kantor, Wei tampak menatap ke luar jendela sambil memasukkan tangannya ke dalam saku celananya.Ini baru sebulan, tapi rasanya seperti se abad. Wei tidak henti berdoa agar istrinya benar-benar hamil. Ha

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 185. Tersenyum Menggemaskan

    Wuzini terdiam, setahun memang bukan waktu yang lama untuk sebuah restu, tapi masalahnya apakah keduanya tidak akan terpikat pada orang lain selama waktu yang ditentukan itu?"Mereka meminta aku dan Ara berpisah selama setahun. JIka selama setahun itu perasaan kami tidak berubah, barulah mereka akan kembali merestui hubungan kami.""Apakah kamu yakin kalau kamu dan istrimu akan bisa menjaga kesetiaan masing-masing selama satu tahun itu?" tanya Wuzini tidak yakin."Yakin."Wuzini hanya menghela napas panjang melihat tekad anak laki-lakinya untuk mendapatkan restu dari keluarga istrinya kembali. Dia hanya menepuk bahu Wei sebelum mengajak anaknya itu masuk ke dalam kantor untuk membahas masalah pekerjaan.Ara dan Arga masuk ke dalam rumah tanpa banyak bicara. Ara masih marah karena kakaknya mengajukan syarat yang begitu sulit untuknya dan Wei. Satu tahun bukanlah waktu yang sebentar, bagaimana kalau suaminya itu malah jatuh cinta pada wanita lain dan benar-benar menceraikannya?Arga me

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 184. Syarat Mendapat Restu

    Arga menyerbu masuk ke dalam kantor Wei tanpa basa basi. Dia langsung menuju Wei dan ingin menghajarnya namun, di halangi oleh Ara."Minggir!" kata Arga sambil mendelik marah ke arah adiknya."Tidak, kakak tidak boleh memukulnya!" Kata Ara keras kepala menatap kakaknya yang sedang marah."Kamu tidak tahu malu berlindung pada perempuan!" kata Arga sambil menunjuk Wei yang ada di belakang Ara." ... " Wei tidak tahu harus berkata apa untuk menjawab kata-kata Arga. Bukannya dia tidak mau berhadapan dengan kakak iparnya, tapi Ara sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk maju. Wei takut jika dia memaksa maju maka Ara akan marah kepadanya.Baginya lebih baik membiarkan Arga marah dari pada Ara yang marah kepadanya."Dia suamiku, tidak ada salahnya aku melindunginya!" kata Ara seperti induk ayam yang menjaga anak-anaknya."Tapi aku kakakmu!""Tapi kamu mau menyakiti suamiku!""Itu karena kamu!""Tidak, itu bukan karena aku, tapi karena keegoisanmu sendiri ... kamu tahu betul bagaimana

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 183. Algojo  

    "Kita baru berpisah tadi malam," kata Ara tidak tahu apakah harus menangis atau tertawa mendengar kata-kata Wei."Tapi buatku itu seperti sudah lama sekali," kata Wei mengerucutkan bibirnya sedih.Kebiasaan itu benar-benar buruk. Dia telah terbiasa tidur dengan istrinya, hingga ketika Ara pergi, Wei benar-benar tidak bisa tidur sampai pagi. Anehnya sampai detik ini juga matanya benar-benar cerah dan sama sekali tidak mengantuk. "Matamu ada lingkaran hitamnya, apakah tadi malam kamu tidak tidur nyenyak?" tanya Ara sambil melihat ke arah mata Wei."Aku tidak bisa tidur tanpamu," jawab Wei lebih seperti keluhan."Bagaimana kalau kamu istirahat sekarang?""Apakah kamu akan menemani aku?""Ya.""Oke," kata Wei sambil membopong tubuh istrinya masuk ke dalam kamar tempatnya biasa tidur jika bekerja lembur di kantor.Setelah membaringkan Ara, Wei juga naik ke atas kasur dan membaringkan dirinya di sebelah Ara."Mengapa kamu masih belum tidur?" tanya Ara setelah beberapa waktu berlalu Wei mas

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 182. Sangat Merindukan 

    Pagi yang cerah. Namun, suasana di perusahaan milik Wei malah terlihat suram. Semua karyawan dan staf di perusahaan itu tampak tertekan karena suasana hati sang bos sepertinya sedang tidak baik-baik saja.Tidak boleh ada kesalahan sedikitpun. Bahkan salah tanda koma dalam berkas yang akan di tanda tangani oleh Wei pun bisa membuatnya ngamuk. Joy hanya meringis ketika para staf mengeluh dan menanyakan ada apa sebenarnya dengan bos mereka. Tidak biasanya Wei bersikap seperti saat ini. Mereka benar-benar merasa tersiksa dan tertekan menghadapi sikap Wei yang tidak seperti biasanya itu."Mungkinkah Bos kita itu salah makan?" tanya salah satu staf kepada Joy."Jangan menduga yang aneh-aneh! Kerjakan saja tugas kalian dengan baik agar tidak dimarahi lagi," kata Joy sambil berlalu dari hadapan semua staf yang menemuinya.Joy sendiri tidak berani menanyakan langsung kepada Wei, apa yang menjadi masalah sebenarnya hingga dia menunjukkan sikap seperti itu."Mungkin nyonya Ara tahu apa yang s

  • Kebangkitan Istri Yang Diabaikan   Bab 181. Perpisahan 

    "Ehm ... tidakkah sebaiknya kita tanyakan saja kepada Ara, apakah dia ingin pulang mengikuti kalian atau tetap di sini?" Wuzini yang sejak awal bersikap pasif mulai mengeluarkan suaranya.Semua tatapan mata langsung tertuju kepada Ara. "Kamu harus ikut kami pulang. Papa menunggumu di rumah, dia sedang tidak sehat," kata Arga dengan nada tidak ingin di tolak."Kamu memaksanya," geram Wei."Kamu benar, aku memaksanya!""Kamu ... kamu ...."Wei merasa seperti tercekik dan tidak bisa berkata-kata ketika mendengar pengakuan Arga yang blak-blakan."Papa sakit apa, Kak?" tanya Ara mulai merasa cemas."Kamu akan tahu jika kamu pulang," jawab Arga datar.Dia tidak ingin memberitahukan kepada Ara kalau papanya hanya terserang flu biasa. Jika Ara tahu tentu saja adiknya ini tidak akan mau pulang ke rumah mereka saat ini juga. Adapun mengapa papanya tidak mau ikut adalah karena papanya sudah terlalu kesal dengan Wei dan keluarganya.Sejak berita kematian putrinya, Reza memang selalu menghindar

DMCA.com Protection Status