Abby memanggil Alex lagi dengan ragu-ragu."Ya." Alex akhirnya meresponsnya, tetapi hanya satu kata saja. Kemudian, keheningan memenuhi mobil tersebut. Abby duduk di samping kursi pengemudi dan terus melirik pria itu. Dia terlihat seperti ingin bertanya atau mengatakan sesuatu, tetapi dia takut akan makin salah dan hanya bisa diam.Saat mobil tiba di depan pintu gerbang Lee Group, Alex memandang ke arah Abby. "Keluar."Abby terdiam. Dia tidak berbicara dan hanya menatap Alex dengan mata berkaca-kaca. Alex mengernyitkan alisnya dan berkata dengan kesal, "Terserah kamu mau kembali ke apartemen atau ke mana pun. Aku harus pergi bekerja!"Ekspresi Abby terlihat sangat kecewa. "Kamu membawaku ke sini, lalu pergi begitu saja?"Alex berkata, "Jadi?"Sikap Alex terlihat dingin, sehingga Abby tidak berani membantah. "Baiklah. Alex, aku kembali ke apartemen saja."Abby memandang Alex dengan ekspresi penuh harapan. "Apa kamu akan datang malam ini? Aku benar-benar tidak ada hubungan apa pun denga
Setelah mengatakan itu, Viola melanjutkan, "Keluarga Lee butuh aliansi dan kamu butuh seorang istri yang cocok. Aku akan membantumu memilih kandidat. Jangan khawatir, kali ini Ibu pasti akan memilih dengan sungguh-sungguh, tidak akan mencarikanmu wanita kejam seperti putri Keluarga Johnson lagi!"Alex berkata, "Ibu atur saja."Setelah mengatakan itu, Alex berdiri dan pergi kembali ke kamarnya di lantai atas untuk tidur.Beberapa hari berlalu lagi. Sikap Kayne sangat tegas, dia menelepon Abby lagi untuk menanyakan bagaimana perkembangan kerja sama dengan Runner Group. Abby tidak punya pilihan dan akhirnya menandatangani kontrak dengan Runner Group. Tentu saja, orang yang bertanggung jawab dari Runner Group masih tetap sama seperti sebelumnya, tidak digantikan oleh Bella.Malam harinya, karyawan Runner Group berkumpul untuk makan malam, tetapi Bryan tidak ikut. Jika direktur perusahaan ikut acara itu, karyawannya mungkin akan merasa tidak nyaman dan tidak bisa bersenang-senang.Leon yang
Bella mengingat saat dia bertemu dan jatuh di pelukan Alex di lorong bar. Dia masih mabuk dan mengira itu hanya mimpi, seolah-olah semua kembali ke malam-malam empat tahun yang lalu, sehingga dia tidak menolak dan merespons ciuman Alex dengan patuh.Bella merasa sangat menyesal. Jika tahu akan berakhir seperti ini, dia tidak akan minum malam ini. Dia telah berusaha keras untuk bertahan hidup dan memulai hidup baru. Bella tidak ingin lagi berhubungan dan terlibat apa pun dengan pria ini lagi. Meskipun mereka berada di kota besar yang sama, dia tidak pernah berpikir untuk kembali ke sisi Alex. Namun sekarang, keduanya malah ....Bau alkohol di tubuh Alex sangat kuat. Saat ini, dia tidur dengan nyenyak dan memeluk pinggang Bella dengan erat. Meskipun ponsel Bella terus berdering, dia juga tidak terbangun.Bella ingin kabur karena dia tidak ingin menghadapi Alex. Dia menggeser tangan Alex di pinggangnya dengan hati-hati. Mereka tidur di sofa dan tubuh Alex yang besar itu membatasi gerakann
Kemudian, saat bibir mereka hampir bersentuhan, Alex mencium aroma tubuh wanita itu. Ini bukanlah aroma yang dikenalnya selama empat tahun ini, aroma yang membuatnya begitu menyukai wanita ini! Dalam sekejap, kegembiraannya tiba-tiba meredup.Alex membuka matanya. Dia melihat Abby yang sedang menunggu ciumannya dan bekas memar yang ada di tubuhnya. Otak Alex langsung berderu keras! Kenapa bisa begini?Alex pergi ke bar untuk minum-minum seperti biasanya semalam. Meski dalam keadaan mabuk, dia jelas-jelas ingat bahwa wanita yang tiba-tiba muncul di pangkuannya adalah Bella! Mereka berciuman, dan kemudian ....Tidak mungkin salah!Meskipun Bella dan Abby memiliki wajah yang hampir identik, wanita yang dia temui semalam memiliki aroma yang sudah dikenalnya selama empat tahun. Itu adalah aroma yang begitu memikat, membuat Alex ingin memiliki dan merasakan aroma yang membuatnya kehilangan kendali itu!Wanita itu pasti Bella!Namun ....Alex memicingkan matanya menatap Abby dengan penuh peno
Abby membalas, "Tapi, aku tidak menjebakmu, Alex! Saat itu kamu sendiri yang salah mengenali orang! Aku hanya terlalu menyukaimu ....""Huh!" Alex mendengus. Dia merasa sangat jijik dan menatap Abby dengan kejam. "Lalu apa yang terjadi dengan wartawan yang masuk hari ini? Abby, bukankah kamu yang merencanakan semua ini? Apa maksudmu berkata seperti itu kepada mereka tadi? Bukankah kamu hanya mau memaksakan untuk mempublikasikan hubungan kita?""Bukan begitu!" jawab Abby sambil menggeleng. Wajahnya bahkan terlihat hampir menangis. "Alex, percaya atau tidak, semua ini bukan seperti yang kamu pikirkan. Aku ketiduran setelah kamu siksa semalaman. Saat kamu bangun pagi ini, aku juga baru saja bangun! Aku tidak pernah melakukan apa pun! Aku juga tidak tahu kenapa para wartawan itu bisa masuk!"Selain itu, Abby juga mempunyai penjelasan tersendiri terhadap pernyataannya kepada para wartawan tadi. "Alex, aku mengatakan semua itu karena terpaksa. Apa kamu tidak melihat bagaimana mereka masuk ta
Alex mengerutkan alisnya. Kenapa bisa kebetulan terjadi masalah pada kamera pengawas bar? Lalu, para wartawan itu juga salah menerima informasi dan masuk ke ruangan mereka? Kalaupun semua ini memang hanya kebetulan, Alex tetap merasa bahwa Abby menjebaknya karena telah berpura-pura menjadi Bella!Pada saat itu, ponsel Alex tiba-tiba berdering. Ternyata orang yang meneleponnya adalah Viola. Alex menjawab panggilan tersebut, "Halo, Ibu.""Alex, apa yang terjadi sebenarnya? Aku lihat dari berita, kenapa Bella malah bisa bersamamu lagi? Lalu, kenapa dia jadi putri Keluarga Nodum?"Alex menyangkal, "Bukan dia!"Viola tetap tidak percaya. "Apa maksudnya bukan dia? Jelas-jelas itu adalah wajah Bella!"Alex membalas dengan nada dingin, "Wajah mereka memang mirip, tapi dia bukan Bella. Dia itu putri Keluarga Nodum!"Viola bertanya kembali dengan curiga, "Apa benar begitu?""Ibu, kamu juga sudah lihat beritanya sendiri! Memangnya kamu kira para wartawan itu akan salah dan sembarangan mengatakan
Abby adalah putri Keluarga Nodum, mana mungkin dia adalah putri kandung Tracy? Yang bisa terpikirkan oleh Alex sekarang adalah, Abby mungkin saja merupakan anak haram Kayne dan Tracy!Namun, jika bukan seperti itu, masalahnya akan menjadi lebih rumit lagi. Alex menatap Kayne lekat-lekat, tidak ingin melewatkan ekspresi apa pun dari wajah pria itu. "Maksudku, apakah Nona Abby benar-benar adalah putri kandung dari Pak Kayne dan Bu Sabrina?"Kayne langsung memaki, "Omong kosong! Kalau bukan anak kami, jadi anak siapa?"Alex menyunggingkan seulas senyuman sinis di wajahnya, lalu berkata, "Sebaiknya Anda pikirkan baik-baik lagi!"Setelah berkata demikian, dia langsung berbalik dan pergi. Kayne berdiri mematung di tempatnya karena tidak menangkap maksud Alex. Kenapa Alex bisa tiba-tiba menanyakan hal itu? Mana mungkin Abby bukan putri kandungnya?Tunggu ....Kayne kembali teringat bahwa setelah Abby dilahirkan, wajah Abby tidak terlihat mirip dengan Kayne ataupun istrinya. Bukan hanya satu o
Sebelum acara berakhir, Kayne bahkan sudah pergi. Dia buru-buru menyuruh Abby pulang, bahkan menegurnya habis-habisan! Waktu itu, dia juga bertanya tentang hubungan Abby dengan Alex. Kenapa pria ini mengatakan Abby telah menipunya! Namun, Abby malah hanya tahu menangis."Ayah, kamu tidak perlu peduli terlalu banyak. Pokoknya, Alex sudah bersedia bertunangan denganku. Dia akan bertanggung jawab! Ini kabar baik!" seru Abby. Kemudian, dia bertanya, "Kapan kamu punya waktu? Aku akan mengatur supaya kamu bertemu dengan Alex."Kayne segera menjawab, "Aku tidak mau! Sebelumnya, dia sudah memperjelas bahwa dia tidak akan bertanggung jawab dan tidak menyukaimu! Meskipun kalian menikah, kamu tidak akan bahagia. Untuk apa menantu seperti ini! Keluarga Nodum bukan keluarga sembarangan!"Abby sudah hampir menangis. Dia menimpali, "Ayah, aku benar-benar menyukainya! Aku hanya mau Alex! Dia menolak sebelumnya karena beberapa alasan, tapi sekarang dia sudah setuju. Tolong jangan mempersulitnya demi ke
Ally tertawa, kaget dengan tanggapan Abby. "Kenapa nggak mau tes DNA kalau kamu yakin aku bukan kakakmu, penipu?" tanya Ally. Abby terdiam, wajahnya merah padam. Dia hanya bisa menatap dengan marah, balik berkata, "Nggak perlu. Buat aku sudah jelas, kamu bukan kakakku!" Abby tampak ingin menambahkan sesuatu lagi, tetapi terhenti.Pada saat itu, Sabrina, yang sedang berbaring di rumah sakit, menyela dengan nada tidak senang, "Abby, ada apa dengan kamu? Dia memang Ally, anak Mama. Mama nggak mungkin salah mengenalinya!" Sabrina menambahkan, "Seharusnya kamu senang kakakmu pulang. Kenapa kamu malah bersikap seperti ini?"Dalam situasi tersebut, Kayne, sebagai kepala keluarga, dengan tatapan tajam dan nada keras memperingatkan Abby, "Sudah cukup, Abby! Atau jika tidak, Papa usir kamu!” Dengan pulangnya Ally, kondisi Sabrina tampak membaik. Dia juga tampak semakin bersemangat. Sabrina meminta Kayne untuk segera membawa dirinya pulang dari rumah sakit untuk berkumpul dengan putrinya.Di
Jari-jari Sabrina bergerak-gerak. Kelopak matanya bergetar menunjukkan ia berjuang untuk terjaga. Ally memperhatikan ini. Kayne juga melihat perubahan tersebut dan dengan perasaan haru mendekati Sabrina, sambil terbata berkata, "Sabrina, kamu sadar, ‘kan?" Dengan kegirangan dia menambahkan, "Ayo, buka mata dan lihat, anak kita sudah pulang!"Sabrina perlahan membuka matanya dan saat melihat Ally, air matanya langsung mengalir. Dengan suara lemah yang penuh dengan kebahagiaan yang tak tersembunyikan, ia bertanya, "Ally, itu kamu?" "Apa anakku sudah pulang? Atau ini cuma mimpi?" Ally menggeleng, menahan air mata dan menjawab, "Ini nyata, Mama. Aku sudah pulang, anakmu Ally ada di sini!" Sabrina mulai menangis, air matanya mengalir deras. "Ally, Mama tahu kamu belum meninggal!" ucapnya. "Sejak kecelakaanmu, Mama selalu berusaha menahan tangis karena aku merasa kamu masih hidup!" Sabrina menyembunyikan tangisnya selama ini, menangis diam-diam agar tidak terdengar. Dia membasahi ban
Alex merasa sangat sakit hati ketika melihat Ally bersama Jerry. Bayangan Ally yang bermesraan dengan Jerry di kantor terus menghantui pikirannya. “Uhuk!”Alex tiba-tiba terbatuk darah karena rasa sakit yang tak tertahankan.Sementara itu, Jerry membawa Ally kembali ke rumah keluarga Nodum di Kota Yules. Ally merasa aneh ketika melihat rumah yang asing namun terasa akrab. Hatinya bergejolak dengan rasa sakit yang halus di dadanya.Jerry memegang tangan Ally dan berkata, "Ini rumahmu. Meskipun orang tuamu nggak setuju kita bersama, tapi mereka sangat menyayangimu. Tapi, jauhi adikmu, Abby." Jerry mencurigai Abby bertanggung jawab atas kecelakaan Ally. Saat Ally kecelakaan, hanya Jerry dan Abby yang ada di lokasi kejadian. Mengiyakan, Ally hendak merespon ketika seorang pelayan di vila itu melihatnya dari kejauhan dan terkejut. Pelayan tersebut, Bi Jum, yang telah merawatnya sejak kecil, segera mendekati dan dengan mata berkaca-kaca serta tangan gemetar, memegang tangan Ally, "Ini No
Benny memberikan pandangan tajam. Pada saat itu, aura yang ia pancarkan dan kata-katanya tentang menampar Abby sama sekali bukan candaan. Abby jelas kesal.Dia menegur Benny, "Heh, kamu harus ngerti. Aku yang seharusnya kamu panggil Kakak!"Benny mengernyit, bingung. "Maksudmu apa?"Ia menoleh mencari penjelasan dari Tracy, "Mama, apa maksudnya?"Di dalam benak Benny, ia tahu Mamanya tidak pernah akrab dengan Bella sang Kakak, tapi selalu bersikap lembut kepada Abby. Semua yang terdengar dalam pertengkaran itu membuat Benny berspekulasi ….Benny tak percaya pada pikirannya sendiri, dia bertanya pada Tracy, "Mama, apa yang sebenarnya terjadi di sini? Benar dia anak kandung Mama?"Sebelum Tracy menjawab, Benny buru-buru menyatakan, "Meski itu benar, aku nggak mau ngakui dia jadi kakakku! Aku hanya punya satu Kakak, dan itu Bella! Nggak ada yang lain yang pantas mendapat gelar itu dari aku!"Tracy menghela napas, lalu menjelaskan langkah demi langkah, "Abby sangat menyayangi Mama dan ingi
Matanya menatap Abby dengan ejekan, "Kalau memang begitu, kenapa kamu kelihatan ketakutan akan kemungkinan aku muncul lagi di hadapan lelaki itu?""Bahkan empat tahun lalu Alex sudah jelas-jelas bilang betapa dia merasa muak saat lihat kamu, loh. Kayaknya nggak mungkin dia akan menjadikan kamu istrinya!"Sudut bibir Bella membentuk sebuah senyum sinis. Ia memandang Abby dan berkata, "Jadi, apa dia sekarang sudah jadi suamimu? Hanya karena kejadian malam itu ketika dia mabuk dan menidurimu, apa itu membuat Alex jadi menikahimu?"Rasa marah terpancar dari wajah Abby, seolah-olah dia ingin memuntahkan darah.Abby melontarkan sumpah serapah, "Wanita rendahan, nggak tahu malu! Semua ini karena ulahmu, kalau tidak, aku dan Alex nggak akan berakhir seperti ini!"Bella mengernyit, berpikir, sepertinya dia sudah terlalu sabar menghadapi cemoohan Abby yang tiada henti.Setelah merenung sejenak, Bella menegaskan wajahnya dan tanpa peringatan, tangannya bergerak cepat, "PLAK!" - sebuah tamparan me
Tracy dengan panik mendekati Abby, "Non, nggak apa-apa? Luka, nggak?""Tenang saja, aku nggak apa-apa," jawab Abby.Dengan tatapan yang intens, Abby berkata kepada Tracy, "Bantu aku! Wanita itu harus kita habisi!"Tracy terdiam, suaranya pelan, "Jangan, lah. Ini rumahku. Kalau dia mati di sini dan ketahuan polisi, kita berabe ....""Takut apa, sih?" potong Abby dengan mata yang bersinar tajam, "Dia nggak boleh hidup melewati hari ini!"Dengan mata yang terbakar kemarahan, Abby bangkit dan sekali lagi meraih pisau buahnya, berlari ke arah Bella.Pada saat itu juga, Benny menyadari ada kegaduhan dari luar. Ia bergegas membuka pintu dan terkejut melihat Abby bersenjatakan pisau hendak menyerang Bella."Berhenti! Jangan sakiti Kakak!" Benny berteriak sambil melindungi Bella.Tracy berteriak panik, "Non, berhenti! Jangan sampai Benny terluka!"Abby menatap Benny, "Minggir!"Namun, Benny tetap teguh di tempatnya.Dia bersikeras tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti kakaknya.Dalam ketega
Bella bertanya, "Bukannya Mama yang kasih tahu Abby tentang rencanaku untuk pergi, bantu dia untuk membunuhku?""Gimana mungkin dia kasih Mama begitu banyak uang kalau bukan karena itu?"Tracy diam. Dia sama sekali tidak bisa menjelaskan mengapa Abby memberinya begitu banyak uang. Dia juga tidak ingin menjelaskan!Karena, dibandingkan dengan membuka kebenaran terbesar yang Tracy sembunyikan, lebih baik Bella mengira bahwa semua yang dia lakukan hanyalah demi uang."Terserah apa yang kamu pikir!"Tracy tak peduli, tapi dengan tegas berkata, "Apa yang nggak pernah aku lakukan, ya itu memang nggak pernah aku lakukan!"Hati Bella membeku. Dia merasa seperti berada di dalam gua es dan tubuhnya terendam dalam air es. Begitu dingin hingga tubuhnya menggigil, hatinya seolah-olah juga membeku."Mama menjualku sekali, mencoba membunuhku sekali.""Aku ini anak yang Mama lahirkan, yang Mama besarkan dari kecil, ‘kan?""Tapi sejak aku masih sangat kecil, Mama nggak pernah kayak ibu dari teman-teman
Hari itu, Bella merasa terhimpit dengan pertanyaan yang tidak bisa dia jawab. Bagaimana dia bisa menjelaskan kepada Benny tentang kejadian-kejadian yang telah dilaluinya? Bagaimana cara mengatakan padanya bahwa ia tidak pernah pulang, dan alasannya mereka tidak pernah bisa dihubungi selama bertahun-tahun.Namun, sebelum Bella bisa berkata apa-apa, Benny dengan cepat menyela, "Ah, sudah lah. Nggak perlu diungkit lagi. Pasti ada alasan kuat kenapa kakak nggak bisa pulang. Yang penting sekarang kakak masih hidup dan sehat, itu sudah lebih dari cukup!"Benny kemudian membawa Bella ke rumah baru yang Tracy beli di suatu kawasan elit. Bella hanya bisa mengerutkan kening saat melihat betapa mewah dan lengkapnya rumah tersebut. "Mama sekarang di mana?" tanyanya penasaran. "Kok bisa Mama mendadak kaya dan memiliki rumah semewah ini? Dia ...?"Bella menduga bahwa Tracy mungkin telah bertemu dengan seorang pria kaya raya, yang membuatnya bisa hidup dalam kemewahan. Tapi kenyataannya lain. "Mama
Abby meraih majalah yang dipegang Sabrina dengan mata terbelalak, "Itu Bella! Mustahil dia kakakku!"Tracy terlihat terkejut saat dia memperhatikan lebih dekat gadis yang tercetak di majalah di tangan Sabrina. "Bella!" ucapnya.Memanfaatkan momen tersebut, Abby berkata kepada orang tuanya, "Kalian mendengar itu, ‘kan?" Dia bergegas menyampaikan argumennya, "Perempuan di majalah ini bukan kakakku. Mustahil dia kakakku!"Namun, di lubuk hati Kayne dan Sabrina, mereka yakin bahwa gadis di majalah itu adalah Ally, putri mereka yang telah lama menghilang. "Abby, cukup berhenti bertingkah konyol!" Kayne berkata dengan tegas, mengingatkan Abby, "Itu adalah kakakmu, Papa dan Mama nggak mungkin salah."Abby menolak, "Tapi, dia bukan kakakku!" Abby berusaha keras untuk menyangkal bahwa sosok di majalah itu adalah Ally, berupaya menghalangi orang tuanya untuk bertemu dengan wanita bernama Zoe di majalah tersebut. "Pa, Ma, kalian nggak ingat? Bella itu mirip kakak, bahkan mirip dengan aku juga .