Deni, Joni dan Ahmad yang baru datang di kamar Arin mencoba membantu Kaisar melepaskan genggaman tangan Arin. Kaisar sudah tak bisa lagi melawan, tenaga Arin benar-benar kuat. "Rin, M-mas …"Ketiga karyawan tak bisa menolong. Saat hendak menyentuh entah tangan maupun kaki bergerak dengan cepat. Ketiganya terpelanting ke dinding dan lantai sama seperti Narsih."Assalamualaikum," salam Ustadz Khairul dan juga Kenzi. Akhirnya mereka datang dan dalam satu sabetan sorban yang Ustad Khairul hempaskan pada wajah Arin, dis melepaskan cekikan di leher Kaisar.Kaisar melemah, begitu juga Arin. Narsih yang sudah pingsan karena menghantam tembok membuat Kenzi semakin khawatir."Taz, kita terlambat," ucap Kenzi."Belum, mereka masih disini. Kamu ambilkan garam dan air satu gelas," ucap Ustad Khairul. Kenzi langsung bergegas untuk mengambil sesuatu yang dibutuhkan Ustad Khairul sedangkan karyawan gudang berusaha bangkit dan membantu Kaisar dan Narsih berbaring."Bawa mereka keluar kamar ini. Biar
Bayu melihat Ucup yang mulai berkeringat. Matanya terpejam dan juga tangannya yang sedang melempar kemenyan di atas bara membuat Bayu tak berani bertanya.Boneka yang ada di tangan Ucup terpental. Ucup juga terbatuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya."Cup." Bayu semakin khawatir ketika melihat Ucup semakin banyak mengeluarkan darah dan ia kemudian berteriak keras."Argh!!"Karena takut, Bayu memilih pergi dari ruangan Ucup dan pulang ke rumahnya. Hatinya ketar-ketir, ada rasa bersalah karena memilih mendatangi Ucup.Bayu merasakan gelisah. Tiba-tiba perasaannya tak enak, ada sesuatu yang terjadi pada Ucup tadi dan Bayu yakin itu semua menyangkut ritual ilmu hitam yang sedang Ucup coba untuk membantunya."Gawat ini. Bagaimana kalau benar-benar Ucup kalah?" batin Bayu was-was. Mobil Bayu sampai di depan rumah. Wisnu langsung membukakan pintu dan menyambut Bayu dengan wajah khawatir dan panik."Kak, Ibu .…""Ada apa dengan Ibu?" tanya Bayu ikut panik."Ibu_"Bayu langsung bergegas ke
"Jadi, apa yang sebenarnya terjadi, Pak?" tanya Bayu penasaran."Maaf, Nak Bayu. Bapak ingin bertanya, tadi kamu habis dari mana?" tanya Ustad Zaki."A-ku ti-dak da-ri manapun. Hanya ke rumah teman," ucap Bayu gugup."Temanmu dukun?" Bayu sontak kaget dengan tuduhan Ustad Zaki yang bisa tahu kepergiannya tadi.Bayu diam membuat Ustad Zaki menyimpulkan sendiri jika perkataan dan pertanyaannya tadi benar."Astaghfirullohal'adim. Bayu-bayu. Kamu tahu dosa seseorang yang menyekutukan Allah? Neraka jahanam dan abadi di dalamnya. Perbuatanmu ini, membuat Ibumu hampir saja kehilangan nyawanya. Siapa yang kamu kirimkan makhluk gaib tadi?" Bayu bingung hendak mengatakan hal apa. Jujur, sekarang ia sangat takut ditanyai hal seperti ini."Iya. Bayu sadar sudah salah jalan, Bayu menyesal Pak Ustad." Bayu tak ingin bicara jujur jika dia meminta Ucup mengganggu keluarga Arin dan juga Kaisar."Syukurlah kalau menyesal. Kalau tidak kamu akan kehilangan semuanya. Makhluk tadi meminta imbalan nyawa da
Bayu datang ke rumah Arin di saat hari masih gelap namun sudah menjelang pagi. Niat hati ingin meminta maaf namun saat baru sampai di sana ternyata Arin tak berada di rumah. Justru Bayu hanya bertemu para karyawan Arin dan mengatakan jika Arin dan Ibunya dilarikan ke rumah sakit. Bayu sempat membuat para karyawan kaget karena kedatangannya tiba-tiba di saat langit masih gelap dan sangat masih belum layak untuk bertamu.Bayu langsung bergegas ke rumah sakit untuk melihat keadaan Arin. Terselip rasa bersalah karena semuanya jadi seperti ini. Dengan langkah tergesa, akhirnya Bayu mendapatkan informasi mengenai ruangan tempat Arin dirawat."Kamu lagi?!" Wajah Kenzi mengeras mendapati Bayu ada di rumah sakit."Saya ingin bertemu Arin.""Kamu ingin bertemu Arin? Tak puaskah sudah membuat kekacauan di rumah Arin semalam?" sentak Kenzi."Maaf, saya tak ada urusan padamu anak muda. Saya hanya ingin bertemu Arin," sergah Bayu.Dengan tatapan tajamnya, Kenzi sudah mengepalkan tangan hendak memu
"Mas, sudah bangun? Jangan banyak bergerak. Mas Bayu, tolong panggilkan dokter," perintah Arin pada Bayu. Bayu mengangguk dan segera keluar dari ruangan Arin."Mas, jangan paksakan berdiri. Arin juga nggak kuat kalau bangun, rebahan saja sepertinya lebih baik. Mas kepalanya pusing ya?" tanya Arin cemas. Sejatinya ia juga bingung kenapa ada di rumah sakit. Tadi hendak bertanya pada Kenzi namun ia belum memiliki daya."Kita di rumah sakit, Rin.""Iya."Kaisar melihat Arin dengan tangan yang diperban. Dia hendak bangun tapi lagi-lagi bagian kepalanya sangat sakit terutama di lehernya. Ia ingat kejadian tadi malam saat Arin terlihat begitu kacau dan mungkin ini akibat kejadian itu."Rin, tanganmu masih sakit?" Arin menggeleng. Ia lalu tersenyum lalu keduanya saling berpandangan.Dokter yang berjaga malam tadi masuk. Dokter lalu memeriksa keadaan keduanya. Kenzi juga terlihat ikut masuk ke ruangan Arin dan Kaisar."Kak? Alhamdulillah, sudah bangun. Bagaimana keadaan Kakak dan pacar saya, D
Bayu akhirnya dapat bernafas lega. Kedatangannya kali ini ke rumah sakit tak sia-sia. Bahkan meski Narsih memaafkannya dengan terpaksa, namun Bayu bisa segera kembali ke rumah dengan tenang.Mobil sampai di pelataran. Bayu melihat bendera kuning berkibar di sisi jalan depan rumahnya. Rumahnya juga dipenuhi orang datang, hatinya mulai takut. Bayu terpatung di dalam mobil, enggan turun dan airmata deras membanjiri.Kaca mobil diketuk membuat Bayu tersadar dan akhirnya keluar dengan badan yang melemah. Pak Suradi tetangganya sampai membantu Bayu berjalan masuk ke rumah.Badan Reni yang tertutup kain jarik diatas ranjang membuat tangis Bayu pecah. Wisnu yang juga sama terpukulnya hanya bisa memandangi tubuh ibunya tanpa bisa berkata-kata."Sabar, Bay. Semoga Allah memberi tempat terbaik untuk Ibumu, semua sudah atas kehendakNya. Ikhlaskan, ini yang terbaik dan jangan sampai meratap seperti itu," ucap Ustad Zaki memberi nasihat."Ibu!! Bayu sudah minta maaf sama Arin, dia udah maafin kita,
"Pakai ponsel, hubungi mereka. Alangkah baiknya kabar duka ini kamu sampaikan lebih awal agar bisa mereka mengikhlaskan dan memberi maaf jika ibumu ada salah. Kita tidak tahu, perkataan mana yang bikin mereka sakit hati. Sebaiknya sekarang hubungi mereka semua.""Baik, Tad."Bayu mengambil ponsel yang sejak kemarin tak ia sentuh. Kematian ibunya membuat Bayu rapuh dan tak bisa menahan kesedihan.Panggilan pada orangtua Desti tersambung. Namun, lima panggilan tak terjawab dan setelah panggilan ke enam barulah diangkat."Assalamualaikum, Bah.""Waalaikumsalam, kenapa Bay telepon malam-malam?""Maaf, Bah kalau Bayu mengganggu tidur Abah. Bayu hanya ingin mengabarkan berita duka. Ibu meninggal tadi pagi dan Bayu mohon maaf jika selama ini ada perkataan mau perbuatan ibu yang menyakiti Abah dan Umi.""Innalillahiwainnailaihirojiun, Abah turut berduka ya, Bay. Semoga beliau dilapangkan kuburnya dan husnul khotimah, insyaAllah Abah dan Umi memaafkan.""Terimakasih, Bah. Agam sudah tidur ya,
Hari ini Arin sudah diperbolehkan pulang. Kaisar dan Narsih juga pulang dengan catatan akan kembali chek up dua hari lagi. Setelah semalam menginap, kini mereka kembali ke rumah masing-masing. Kaisar tak ingin merepotkan Arin begitupun sebaliknya. Terlihat tak etis juga jika Kaisar menginap di rumah Arin karena keduanya bukanlah pasangan halal.Arin yang sedang rebahan di kamar meraih ponselnya yang sejak kemarin tak ia sentuh. Ia bahkan tak kepikiran memainkan ponsel sama sekali waktu itu.Ada banyak chat dari Melly dan beberapa karyawan percetakan. Tak luput mata Arin melihat chat dari Bayu. Matanya membulat sempurna melihat pesan yang dikirimkan padanya."Innalillahi, Ibu."Arin berulang kali mengucap kalimat istirja sambil mengingat-ingat kebaikan Reni. Tak ada terbesit rasa benci setelah sekian lama menjadi menantunya. Arin beranjak dengan pelan dan mencari ibunya untuk mengabari ini,Di kamar, Narsih sedang mencoba memejamkan matanya. Kepala yang terbentur kemarin menyisakan mem