"Apa maksudmu?!" gertak Kaisar tak terima diusir Bayu. "Kamu tak lihat dia sakit?" Suara Bayu kini lebih tinggi dari suara Kaisar. Narsih yang ada di belakang sampai keluar untuk melihatnya."Loh, ada Nak Kaisar. Kenapa suaramu melengking, Bay? Ini rumahnya dan kamu tak berhak mengaturnya," ucap Narsih geram. Arin yang mendengar perselisihan semuanya bertambah pusing dan bayangannya kabur.Brug!Arin pingsan. Membuat semua yang ada di sana kaget tetapi tidak untuk Bayu. Jika di rumah ini tak ada siapapun, pasti ia akan mengambil kesempatan ini untuk bertindak yang iya iya. Otaknya dipenuhi dengan hasrat ingin memiliki Arin, melihat kesuksesannya kini membuat Bayu iri dan ingin memilikinya kembali."Jangan sentuh anakku!" sentak Narsih saat Bayu hendak menolong Arin membawanya ke kamar."Tapi, Bu. Bagaimanapun Bayu pernah berbagi peluh dengan Arin, kenapa Ibu melarangnya?" ucap Bayu tak terima."Kamu lupa, kalau kamu sudah mantan?" Kali ini Kenzi yang naik pitam melihat gaya sok perha
"Ada urusan sebentar. Bentar kok nggak lama," ucap Kaisar lalu setelah pamit ia meninggalkan Kenzi di rumah Arin. Ia hendak menemui seseorang yang biasa ia mintai bantuan untuk hal semacam ini.Mobil melesat menuju Payau, tempat Ustad Khairul tinggal dan menetap. Ustad Khairul adalah kyai muda yang pernah membantu Kaisar saat membuka bisnisnya dan membuka tempat baru agar diberi kemudahan dan Ridho Allah. Kaisar akan mengadakan pengajian jika hendak menempati rumah baru. Ia mengira jika hal yang terjadi pada Arin karena rumah itu mungkin belum di slameti kalau bahasa umumnya."Assalamualaikum," salam Kaisar.Ustad Khairul yang sedang mengajar anak-anak desanya di rumah, seketika menengok dan menghentikan aktivitasnya."Waalaikumsalam. Kaisar? Wah, tumben ke sini? Ayo masuk." Sambut Ustaz Khairul dan mereka berjabat tangan. Pengajaran anak-anak dilanjutkan oleh santri dewasa yang tadi sedang membantunya."Inggih, Taz." Mereka berdua duduk di ruang tamu. Ustad Khairul memiliki sebuah t
"Tidur lagi?" tanya Kaisar heran."Sejak Kakak pergi, dia hanya duduk diam terus ditanya juga diam lalu tidur lagi. Kenzi sampai bingung ngomongnya," ucap Kenzi."Fix ini benar-benar keanehan. Kakak yakin Arin dijahili seseorang, kamu mencurigai seseorang tidak, Ken?" "Musuh Arin itu hanya satu yaitu mantan suaminya. Lagian dia juga aneh, kenapa bisa dia menemukan rumah Arin padahal kita semua tidak mengasih tahu pada Bayu. Karyawan juga sudah kita peringati untuk tidak memberikan alamat rumah ini pada sembarang orang. Sangat mustahil jika pelakunya bukanlah Bayu," sangkal Kenzi."Jika benar itu Bayu, sungguh sangat keterlaluan dan perbuatannya ini sudah sangat melanggar agama. Apa dia tidak berpikir dampak nanti terhadap dirinya dan keluarga. Kakak melihat Arin juga merasa iba, dia menjadi korban yang seharusnya sekarang mendapatkan kebahagiaan setelah Perpisahan dengan Bayu. Kita harus bantu, Ken.""Tanpa Kakak minta pun, Kenzi siap siaga membantu Arin. Lalu untuk besok ustad Khai
"Nggak apa-apa, Bu. Ibu yang sabar saja ya semua ini pasti ada hikmahnya," ucap Kaisar mencoba menenangkan hati Narsih yang tampak sedih dan terpukul dengan kejadian yang menimpa anaknya."Jahat banget yang melakukan ini pada Arin. Ibu sungguh sangat mengutuknnya keras. Anak ibu sakit terus, itu membuat Ibu sangat Terpukul."Semuanya pasti akan terjawab nanti dan kejahatan tidak akan bisa menang melawan kebaikan. Percaya pada Sang Pencipta bahwa semua ini merupakan kehendakNya. Kita tunggu sampai besok sore. Kaisar sudah meminta seseorang untuk membantu kita melihat apa yang ada di dalam tubuh Arin."Narsih menyeka air matanya kemudian memeluk Kaisar dengan hangat seperti kepada anaknya sendiri."Ibu sangat berterima kasih pada kalian. Jika tidak ada kalian, Ibu tidak tahu apa yang aku lakukan pada hari berat akhir-akhir ini. Mungkin besok lbu akan meminta Pakde yang ada di Lomanis untuk datang dan membantu kita."Semuanya pasti akan terjawab nanti dan kejahatan tidak akan bisa menan
"Mas, temani Arin ke rumah Mas Bayu ya?" ucap Arin membuat Kaisar begitu kaget."Bayu?""Iya, ada yang harus Arin bicarakan. Ini serius, Mas Kai mau ya?" bujuk Arin. Untuk mengetahui apa yang Arin ingin katakan pada Bayu, Kaisar menyetujuinya."Tapi Mas harus ikut masuk kamu ke dalam, boleh?"Setelah berpikir akhirnya Arin mengangguk dan membolehkan Kaisar ikut masuk."Kakz Kenzi ikut boleh?" tanya Kenzi."Kamu di sini aja sama anak-anak gudang. Temani Ibu juga, Kakak ingin tahu apa yang akan dibicarakan Arin kepada Bayu."Kenzi akhirnya menurut dan memilih menunggu di rumah Arin.Arin diantar Kaisar ke rumah Bayu di Tegalkamulyan, karena Arin bilang Bayu sedang di rumah Ibunya. Padahal waktu sudah menuju waktu malam tetapi Arin justru meminta berkunjung."Memangnya kamu mau ngapain ke rumah Bayu, Rin?" tanya Kaisar saat masih fokus mengemudi."Arin mau melihat keadaan Mas Bayu. Setiap Arin tidur, Mas Bayu selalu bikin Arin gelisah dan Arin takut Mas Bayu ada yang mengganggu."Kaisar
Kaisar kembali berusaha tenang dan menjawab kekepoan Wisnu."Saya sedang menunggu Arin pulang tapi sepertinya dia sudah terlalu lama di dalam. Saya akan memanggilnya untuk pulang dia sedang sakit.""Oh, anda ini kekasih baru Arin? Mau saja dijadikan kacungnya. Ck! Tampan tapi bodoh!" Wisnu berlalu dan membiarkan Kaisar dengan wajah kesalnya. Terlanjur kehadirannya diketahui, Kaisar memilih masuk."Rin, ayo pulang." Bayu langsung menatap sinis kehadiran Kaisar dan Arin yang melihatnya menjadi gusar"Anda kenapa ikut ke dalam? Kacung seharusnya di luar, bukan di dalam menemani majikannya!" ucap Bayu berdiri dan mengacungkan jari di depan muka Kaisar. Tentu kata-kata ini sungguh tak pantas dilontarkan dan Kaisar hampir saja naik pitam karenanya. "Ayo pulang!" Kaisar menarik lengan Arin dan hendak membawanya keluar tetapi Bayu mencegahnya."Tidak sopan sekali anda membawa Arin keluar dari rumah saya? Anda pikir anda siapa?"Arin kembali bingung dan kepalanya kembali berdenyut ketika men
"Aku memilih mantan mertuaku, Bu Narsih. Dia hanya wanita yang tak berguna dalam kehidupan aku dan Arin. Dia juga wanita yang hanya akan membuatku kesusahan karena masih menentang kehadiran dan kebersamaanku dengan Arin. Bagaimana? Apakah bisa?" tanya Bayu memastikan."Yakin?" "Yakin, mana mungkin aku mengorbankan keluargaku.""Jika nanti tak berjalan dengan baik, bisa jadi akan berbalik ke keluargamu atau juga keluargaku. Karena ini khodam milikku, maka syarat yang diajukan harus lebih berat. Aku atau kamu, harus siap kehilangan keluarga jika nantinya berhasil.""Ya, Narsih akan juga merasakan imbasnya karena sudah menentangku."Keduanya kini dalam ruang ritual. Sambil mengucapkan mantra-mantra yang Ucup hafalkan dari Mbah Ramos.Bayu yang tak tahu apa yang sedang diucapkan oleh Ucup memilih melihat sahabatnya itu meletakkan sebuah boneka di atas bara berbau kemenyan.***Ditempat lain, Arin yang sedang terlelap tidur ditemani Narsih histeris. Dia seperti orang kehilangan kewarasan
Deni, Joni dan Ahmad yang baru datang di kamar Arin mencoba membantu Kaisar melepaskan genggaman tangan Arin. Kaisar sudah tak bisa lagi melawan, tenaga Arin benar-benar kuat. "Rin, M-mas …"Ketiga karyawan tak bisa menolong. Saat hendak menyentuh entah tangan maupun kaki bergerak dengan cepat. Ketiganya terpelanting ke dinding dan lantai sama seperti Narsih."Assalamualaikum," salam Ustadz Khairul dan juga Kenzi. Akhirnya mereka datang dan dalam satu sabetan sorban yang Ustad Khairul hempaskan pada wajah Arin, dis melepaskan cekikan di leher Kaisar.Kaisar melemah, begitu juga Arin. Narsih yang sudah pingsan karena menghantam tembok membuat Kenzi semakin khawatir."Taz, kita terlambat," ucap Kenzi."Belum, mereka masih disini. Kamu ambilkan garam dan air satu gelas," ucap Ustad Khairul. Kenzi langsung bergegas untuk mengambil sesuatu yang dibutuhkan Ustad Khairul sedangkan karyawan gudang berusaha bangkit dan membantu Kaisar dan Narsih berbaring."Bawa mereka keluar kamar ini. Biar
Tentu saja sikap Arin yang mencegah Kaisar untuk mencari tahu mengenai kejadian jatuhnya Arin di kamar mandi sekolah itu membuat Kaisar semakin penasaran. Sekolah yang memiliki biaya cukup mahal untuk bisa mengenyam pendidikan di sana itu sangat mustahil jika memiliki kloset yang licin. Tanpa sepengetahuan Arin, Kaisar pun mendatangi sekolah Shaka. Sengaja hari ini Arin tidak diperbolehkan untuk berangkat ke sekolah dan istirahat di rumah ditemani oleh Shaka. Ibunya—Narsih—juga diminta Kaisar untuk menemani Arin di rumah karena Arin menolak untuk dibawa ke rumah sakit.Kaisar langsung datang menemui kepala sekolah. Dia datang untuk menanyakan perihal kualitas sekolah yang dijadikan tempat menuntut ilmu anaknya itu. Kaisar merasa heran karena Shaka tiba-tiba terlihat tidak nyaman bersekolah di sana."Selamat pagi, Pak.""Pagi Pak Kaisar. Silahkan duduk!" titah Pujiono–kepala sekolah itu."Ada perlu apa ini? Tumben datang ke sekolah seorang diri.""Hari ini saya ingin meminta izin untuk
“Mas.”Malam ini Arin ingin sekali bercerita mengenai alasan ia mengajak Shaka pulang lebih awal. Kaisar yang masih sibuk dengan pekerjaannya pun menghentikan sementara.“Kenapa, Rin?”“Kayaknya keputusan Mas untuk pindahin Shaka itu betul deh.”“Kenapa emangnya? APa tadi ada masalah lagi yang terjadi di sekolah.”Arin mengembuskan napasnya kasar. Bukan perihal yang mudah untuk bercerita hal mengenai mantan suaminya itu pada suaminya kini yang notabene super protektif pada keluarganya.“Aku pikir, semua yang kita bicarakan saat itu adalah suatu hal yang harus kita lakukan sekarang.”“Kenapa?”“Tadi aku ketemu Mas Bayu. Dia …”“Dia kenapa?”Arin bingung mau mengatakan hal ini atau tidak, namun ia juga tak mau direndahkan sampai dibuat kasar dengan cara yang tidak patut oleh lelaki yang sudah menjadi mantan. Jika dulu saja ia bisa marah saat Bayu memukulnya, seharusnya ia sekarang lebih marah dari pada itu. Namun, ia kembali berpikir mengenai bisnis sang suami yang sedang dianggap sedan
Arin tak menyangka bakal bertemu Bayu di sekolah Shaka. Ia sangat menyesali kenapa harus menyekolahkan anaknya di tempat yang sama. Arin pun semakin yakin memindahkan Shaka setelah ini dan memilih sekolah di tempat lain yang berbeda dengan Bayu.Jam istirahat dimulai. Para murid keluar dan berhambur bermain di taman bermain yang ada di sekolah itu. Shaka mendekat ke arah Arin dengan wajah yang ditekuk.“Kenapa, Sayang? Kenapa nggak main sama teman teman?”“Nggak mau ah, Ma. Satria nakal lagi. Tadi buku Shaka dicoret coret dan disobek. Ma, Shaka mau pulang aja. Nggak mau sekolah,” rengek Shaka.Arin yang melihat anaknya menangis pun memilih untuk memangkunya dan memeluknya hangat. Memberi pengertian agar Shaka tidak sedih lagi setelah dikerjai Satria.“Ada anak Mami! Ada anak mami! Hahaha.”Suara Satria yang meledek Shaka membuat Arin geram. Namun, Arin bukan memarahi Satria melainkan mendatangi Bayu yang sibuk bermain gadget sendiri tanpa memperhatikan anaknya.Brak!Arin menggebrak m
“Gatsu.”“Nggak usah. Nanti langsung ke rumah aja, istirahat. Kasihan SHaka diajak kerja juga.”“Nggak kerja lah, cuma temani doang.”“Baiklah. Terserah kamu saja. MAs pergi dulu.”Arin kembali turun setelah bersalaman dengan Kaisar lalu melambaikan tangan melepas kepergian suaminya bekerja. Faktor keuangan yang sedang menurun, membuat Arin harus banyak banyak berdoa dan berusaha. Makanya dia akan menyusul nanti jika sekolah Shaka sudah selesai. Hitung hitung membantu suaminya bekerja. Tentunya dia niatkan beribadah. Biar tidak menimbulkan pertengkaran dan perdebatan jika hasilnya tidak memuaskan.Suara klakson mengagetkan Arin yang sedang berjalan masuk ke dalam ruang tunggu wali murid. Sebenarnya tidak disarankan masuk dan menunggu anaknya, tetapi Arin masih ingin memastikan baik baik saja. Tin!Lagi lagi Arin dibuat kesal karena mobil itu justru membuntutinya jalan ke halaman sekolah, hingga Arin bertambah kesal saat ada Bayu yang di dalamnya“Hai, Rin.” Bayu menyapa dengan senyum
“Kenapa dengan Satria? Siapa dia?” tanya Narsih."Teman Shaka, Bu. Dia biasa jahilin Shaka. Nggak hanya saka, yang lain juga. Emang dasar anaknya gitu. Mau marahin juga percuma. Gak bakalan mudeng. Orangtuanya aja gak tahu etitut," adu Arin."Sudah sudah. Kita bicarakan nanti saja. Udah siang ini Shakanya," sela Kaisar yang tidak ingin membahas tentang keburukan orang lain di depan anaknya.Kaisar benar benar mengantar Shaka. Dia meminta Arin untuk menunggu Shaka masuk dan meminta Arin untuk kembali ke mobil."Ada apa sih, Mas?" tanya Arin heran melihat gelagat suaminya yang aneh."Nggak. Shaka udah masuk?""Udah. Barusan udah masuk. Hari ini Satria nggak datang. Aman."Arin mengembuskan napasnya perlahan lalu tersenyum di depan Kaisar."Mas mau tanya apa?""Memang Mas mau tanya?""Hiz! Serius. Mau nanya kali ini sama Arin nggak?""Mau sih. Tapi, kamu harus jawab jujur.""Apa?" tanya Arin serius mendengarkan."Mas mau tanya. Wajah kamu pake formalin ya? Kok awet cantiknya?" kelakar Ka
“Kenapa kamu bangunkan Mas kesiangan, Rin? Hari ini Mas akan ke gudang buat cek data yang semalam belum Mas selesaikan,” tanya Kaisar panik saat dibangunkan Arin kesiangan.“Tenang aja. File udah aku cek dan memang ada keanehan di Mellynya. Bukan salah toko atau gudang. Jadi Mas hanya perlu tanyai Melly, kenapa dia sampai berlaku demikian. Kita butuh penjelasan dia mengenai hal ini. Dia harus bertanggung jawab dan Mas harus bisa bertindak bijak. OKe?”Arin memang sudah menyelesaikannya semalam. Dia hanya membereskan beberapa dan itu cukup sangat membantu membuat Kaisar lelap tidur dan puas istirahat sampai pagi.“Ya ampun, begini ini yang kadang bikin Mas nggak mau tidur dulu kalau kerjaan sudah beres. Kamu pasti yang selesaikan. Ya sudah, aku mau mandi dulu. Kamu pasti udah siapkan sarapan, ya?” “Belum. Aku mau sarapan di rumah Ibu bareng kamu.”“Tumben?” tanya Kiasar heran.“Lagi pengin aja. Yuk ah, buruan! Mas mandi, aku mandiin Shaka.”Keduanya gegas beranjak sebelum melakukan ak
“Mas,” panggil Arin.Kaisar yang sedang memeriksa laporan keuangan tempatnya bekerja, menengok sekilas. Wajahnya nampak serius, membuat Arin untung untuk mengatakan perihal kejadian di sekolah tadi.“Kenapa, Rin?” tanya Kaisar saat ia sudah kembali melihat berkas berkasnya dan merasa Arin tidak berkata apapun setelah itu.“Arin bantu ya pekerjaannya?” Arin pun memikirkan untuk membantu saja, daripada mengeluhkan ini itu.“Shaka udah tidur?”“Udah. Boleh ya?”“Ini itu bentar lagi selesai. Ada sedikit perbedaan antara income di aplikasi sama yang Mely tulis.”“Kok bisa?” tanya Arin kaget.Akhir akhir ini memang usahanya agak bermasalah. Selain bisnis yang kian menjamur, juga adanya pesaing yang memakai cara kotor, akhirnya perusahaan pun banyak yang terancam. Meski dalam hal bisnis ini adalah hal yang biasa, tetap saja Arin merasa sedih dan ingin kembali ikut membantu suaminya.“Itulah. Kalau percetakan yang di Gatsu itu nggak lagi beromset banyak, kemungkinan pengurangan karyawan pun h
“Ma,” panggil Shaka saat kini sudah mulai jam istirahat sekolah.“Udah istirahat, Sayang?”“Udah. Mom nungguin Shaka?” tanya Shaka heran karena melihat Arin yang ada di sekolah. Biasanya Arin akan meninggalkan Shaka di kelas dan Arin akan menyusul Kaisar bekerja. Namun, kali ini ia memang ingin menunggui anaknya itu untuk menjamin keselamatannya.“Iya. Sengaja Mom tunggu, biar nggak ada yang bisa gangguin kamu.”“Hai Shaka, main yuk!” ajak bocah kecil bernama Gendis.“Ma, Shaka main sama Gendis di perosotan sana ya?” tunjuk Shaka pada mainan yang ramai dipenuhi oleh anak anak yang asyik bermain.“Iya. Hati-hati ya, Nak.”Arin melihat dari kejauhan, apa yang sedang dilakukan Shaka. Dia nampak senang anaknya itu punya banyak kawan di sekolah ini. Meski kebanyakan yang berteman dengan Shaka adalah anak-anak perempuan, ia tak masalah. Justru ia merasa lega karena berteman dengan anak perempuan membuatnya merasa aman karena terhindar dari perkelahian antar teman nantinya.Satria mendekati
Ternyata Prameswari hanya mengantar Satria saja. Anak bawaan Bayu itu tidak ditunggui oleh ibunya dan itu adalah hal yang cukup mengagetkan karena setalah Prameswari keluar ruangan, Arin diminta untuk masuk ke dalam ruangan kepala sekolah."Sebenarnya ada hal apa saja yang dipanggil ke ruangan ini?" Tanya Arin heran sekaligus bingung."Maaf jika saya memanggil Ibu secara mendadak dan tiba tiba. Tetapi pas kebetulan ibu berada di sini untuk mengantar, jadi saya berpikir untuk meminta ibu langsung menemui saya di sini.""Tidak masalah. Apa yang sudah terjadi, Pak?""Justru itu hal yang ingin saya tanyakan kepada Ibu Arin. Sebenarnya ada masalah apa ibu dengan orang tua Satria?""Orang tua Satria? Siapa yang sedang Bapak maksud itu?""Bu Prameswari. Beliau tadi melaporkan bahwa, katanya Ibu sudah membuat beliau kesal dengan kata-kata yang tidak patut dan tidak sopan. Jadi, Saya ingin mengetahui masalah apa yang sedang terjadi antara Bu Arin dan Prameswari? Apakah ini karena pertengkar