"Mas, temani Arin ke rumah Mas Bayu ya?" ucap Arin membuat Kaisar begitu kaget."Bayu?""Iya, ada yang harus Arin bicarakan. Ini serius, Mas Kai mau ya?" bujuk Arin. Untuk mengetahui apa yang Arin ingin katakan pada Bayu, Kaisar menyetujuinya."Tapi Mas harus ikut masuk kamu ke dalam, boleh?"Setelah berpikir akhirnya Arin mengangguk dan membolehkan Kaisar ikut masuk."Kakz Kenzi ikut boleh?" tanya Kenzi."Kamu di sini aja sama anak-anak gudang. Temani Ibu juga, Kakak ingin tahu apa yang akan dibicarakan Arin kepada Bayu."Kenzi akhirnya menurut dan memilih menunggu di rumah Arin.Arin diantar Kaisar ke rumah Bayu di Tegalkamulyan, karena Arin bilang Bayu sedang di rumah Ibunya. Padahal waktu sudah menuju waktu malam tetapi Arin justru meminta berkunjung."Memangnya kamu mau ngapain ke rumah Bayu, Rin?" tanya Kaisar saat masih fokus mengemudi."Arin mau melihat keadaan Mas Bayu. Setiap Arin tidur, Mas Bayu selalu bikin Arin gelisah dan Arin takut Mas Bayu ada yang mengganggu."Kaisar
Kaisar kembali berusaha tenang dan menjawab kekepoan Wisnu."Saya sedang menunggu Arin pulang tapi sepertinya dia sudah terlalu lama di dalam. Saya akan memanggilnya untuk pulang dia sedang sakit.""Oh, anda ini kekasih baru Arin? Mau saja dijadikan kacungnya. Ck! Tampan tapi bodoh!" Wisnu berlalu dan membiarkan Kaisar dengan wajah kesalnya. Terlanjur kehadirannya diketahui, Kaisar memilih masuk."Rin, ayo pulang." Bayu langsung menatap sinis kehadiran Kaisar dan Arin yang melihatnya menjadi gusar"Anda kenapa ikut ke dalam? Kacung seharusnya di luar, bukan di dalam menemani majikannya!" ucap Bayu berdiri dan mengacungkan jari di depan muka Kaisar. Tentu kata-kata ini sungguh tak pantas dilontarkan dan Kaisar hampir saja naik pitam karenanya. "Ayo pulang!" Kaisar menarik lengan Arin dan hendak membawanya keluar tetapi Bayu mencegahnya."Tidak sopan sekali anda membawa Arin keluar dari rumah saya? Anda pikir anda siapa?"Arin kembali bingung dan kepalanya kembali berdenyut ketika men
"Aku memilih mantan mertuaku, Bu Narsih. Dia hanya wanita yang tak berguna dalam kehidupan aku dan Arin. Dia juga wanita yang hanya akan membuatku kesusahan karena masih menentang kehadiran dan kebersamaanku dengan Arin. Bagaimana? Apakah bisa?" tanya Bayu memastikan."Yakin?" "Yakin, mana mungkin aku mengorbankan keluargaku.""Jika nanti tak berjalan dengan baik, bisa jadi akan berbalik ke keluargamu atau juga keluargaku. Karena ini khodam milikku, maka syarat yang diajukan harus lebih berat. Aku atau kamu, harus siap kehilangan keluarga jika nantinya berhasil.""Ya, Narsih akan juga merasakan imbasnya karena sudah menentangku."Keduanya kini dalam ruang ritual. Sambil mengucapkan mantra-mantra yang Ucup hafalkan dari Mbah Ramos.Bayu yang tak tahu apa yang sedang diucapkan oleh Ucup memilih melihat sahabatnya itu meletakkan sebuah boneka di atas bara berbau kemenyan.***Ditempat lain, Arin yang sedang terlelap tidur ditemani Narsih histeris. Dia seperti orang kehilangan kewarasan
Deni, Joni dan Ahmad yang baru datang di kamar Arin mencoba membantu Kaisar melepaskan genggaman tangan Arin. Kaisar sudah tak bisa lagi melawan, tenaga Arin benar-benar kuat. "Rin, M-mas …"Ketiga karyawan tak bisa menolong. Saat hendak menyentuh entah tangan maupun kaki bergerak dengan cepat. Ketiganya terpelanting ke dinding dan lantai sama seperti Narsih."Assalamualaikum," salam Ustadz Khairul dan juga Kenzi. Akhirnya mereka datang dan dalam satu sabetan sorban yang Ustad Khairul hempaskan pada wajah Arin, dis melepaskan cekikan di leher Kaisar.Kaisar melemah, begitu juga Arin. Narsih yang sudah pingsan karena menghantam tembok membuat Kenzi semakin khawatir."Taz, kita terlambat," ucap Kenzi."Belum, mereka masih disini. Kamu ambilkan garam dan air satu gelas," ucap Ustad Khairul. Kenzi langsung bergegas untuk mengambil sesuatu yang dibutuhkan Ustad Khairul sedangkan karyawan gudang berusaha bangkit dan membantu Kaisar dan Narsih berbaring."Bawa mereka keluar kamar ini. Biar
Bayu melihat Ucup yang mulai berkeringat. Matanya terpejam dan juga tangannya yang sedang melempar kemenyan di atas bara membuat Bayu tak berani bertanya.Boneka yang ada di tangan Ucup terpental. Ucup juga terbatuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya."Cup." Bayu semakin khawatir ketika melihat Ucup semakin banyak mengeluarkan darah dan ia kemudian berteriak keras."Argh!!"Karena takut, Bayu memilih pergi dari ruangan Ucup dan pulang ke rumahnya. Hatinya ketar-ketir, ada rasa bersalah karena memilih mendatangi Ucup.Bayu merasakan gelisah. Tiba-tiba perasaannya tak enak, ada sesuatu yang terjadi pada Ucup tadi dan Bayu yakin itu semua menyangkut ritual ilmu hitam yang sedang Ucup coba untuk membantunya."Gawat ini. Bagaimana kalau benar-benar Ucup kalah?" batin Bayu was-was. Mobil Bayu sampai di depan rumah. Wisnu langsung membukakan pintu dan menyambut Bayu dengan wajah khawatir dan panik."Kak, Ibu .…""Ada apa dengan Ibu?" tanya Bayu ikut panik."Ibu_"Bayu langsung bergegas ke
"Jadi, apa yang sebenarnya terjadi, Pak?" tanya Bayu penasaran."Maaf, Nak Bayu. Bapak ingin bertanya, tadi kamu habis dari mana?" tanya Ustad Zaki."A-ku ti-dak da-ri manapun. Hanya ke rumah teman," ucap Bayu gugup."Temanmu dukun?" Bayu sontak kaget dengan tuduhan Ustad Zaki yang bisa tahu kepergiannya tadi.Bayu diam membuat Ustad Zaki menyimpulkan sendiri jika perkataan dan pertanyaannya tadi benar."Astaghfirullohal'adim. Bayu-bayu. Kamu tahu dosa seseorang yang menyekutukan Allah? Neraka jahanam dan abadi di dalamnya. Perbuatanmu ini, membuat Ibumu hampir saja kehilangan nyawanya. Siapa yang kamu kirimkan makhluk gaib tadi?" Bayu bingung hendak mengatakan hal apa. Jujur, sekarang ia sangat takut ditanyai hal seperti ini."Iya. Bayu sadar sudah salah jalan, Bayu menyesal Pak Ustad." Bayu tak ingin bicara jujur jika dia meminta Ucup mengganggu keluarga Arin dan juga Kaisar."Syukurlah kalau menyesal. Kalau tidak kamu akan kehilangan semuanya. Makhluk tadi meminta imbalan nyawa da
Bayu datang ke rumah Arin di saat hari masih gelap namun sudah menjelang pagi. Niat hati ingin meminta maaf namun saat baru sampai di sana ternyata Arin tak berada di rumah. Justru Bayu hanya bertemu para karyawan Arin dan mengatakan jika Arin dan Ibunya dilarikan ke rumah sakit. Bayu sempat membuat para karyawan kaget karena kedatangannya tiba-tiba di saat langit masih gelap dan sangat masih belum layak untuk bertamu.Bayu langsung bergegas ke rumah sakit untuk melihat keadaan Arin. Terselip rasa bersalah karena semuanya jadi seperti ini. Dengan langkah tergesa, akhirnya Bayu mendapatkan informasi mengenai ruangan tempat Arin dirawat."Kamu lagi?!" Wajah Kenzi mengeras mendapati Bayu ada di rumah sakit."Saya ingin bertemu Arin.""Kamu ingin bertemu Arin? Tak puaskah sudah membuat kekacauan di rumah Arin semalam?" sentak Kenzi."Maaf, saya tak ada urusan padamu anak muda. Saya hanya ingin bertemu Arin," sergah Bayu.Dengan tatapan tajamnya, Kenzi sudah mengepalkan tangan hendak memu
"Mas, sudah bangun? Jangan banyak bergerak. Mas Bayu, tolong panggilkan dokter," perintah Arin pada Bayu. Bayu mengangguk dan segera keluar dari ruangan Arin."Mas, jangan paksakan berdiri. Arin juga nggak kuat kalau bangun, rebahan saja sepertinya lebih baik. Mas kepalanya pusing ya?" tanya Arin cemas. Sejatinya ia juga bingung kenapa ada di rumah sakit. Tadi hendak bertanya pada Kenzi namun ia belum memiliki daya."Kita di rumah sakit, Rin.""Iya."Kaisar melihat Arin dengan tangan yang diperban. Dia hendak bangun tapi lagi-lagi bagian kepalanya sangat sakit terutama di lehernya. Ia ingat kejadian tadi malam saat Arin terlihat begitu kacau dan mungkin ini akibat kejadian itu."Rin, tanganmu masih sakit?" Arin menggeleng. Ia lalu tersenyum lalu keduanya saling berpandangan.Dokter yang berjaga malam tadi masuk. Dokter lalu memeriksa keadaan keduanya. Kenzi juga terlihat ikut masuk ke ruangan Arin dan Kaisar."Kak? Alhamdulillah, sudah bangun. Bagaimana keadaan Kakak dan pacar saya, D