Rahangnya mengeras, jantungnya seakan berhenti berdetak manakala Rick melihat Julia jatuh tidak sadarkan diri. Berkali-kali Rick menepuk-nepuk wajah wanita itu, tapi tak ada respon sama sekali dari Julia. Wanita itu masih setia memejamkan mata dengan wajah pucatnya."Hey...jangan membuatku semakin marah padamu! Bangunlah perempuan mandul!" Rick masih sempatnya menghina istrinya, disaat istrinya tidak sadarkan diri.Baiklah, sekarang giliran raut wajah Rick yang memucat. Dia panik dan segera mengangkat kepala Julia ke atas pangkuannya. "Julia!"Tidak ada respon dari wanita itu, hingga akhirnya Rick yang setengah sadar itu langsung menangkup tubuh Julia dengan kedua tangannya. Dia menggendong Julia yang sadarkan diri, kemudian lelaki itu membawa Julia pergi dari apartemen dan mereka menuju ke rumah sakit. Tak bisa dia pungkiri, bahwa Rick mengkhawatirkan keadaan Julia."Kau harus baik-baik saja, Julia. Kau tidak boleh kenapa-kenapa." Rick terus berg
Begitu wanita itu sadar, Julia yang sudah terlalu lelah untuk menghadapi sikap suaminya, akhirnya meminta untuk bercerai. Dia tidak tahan, terus terjebak dalam hubungan yang toxic dan menyiksa dirinya sendiri. Selama ini Julia selalu banyak mengalah, dia selalu berusaha untuk memahami Rick. Tapi sama sekali lelaki itu tidak pernah menghargainya dan selalu menghinanya di setiap kesempatan.Kejadian tadi malam menjadi puncak dari kesabarannya dan perasaan ingin bercerai sudah tidak bisa tertolong lagi."Apa yang kau katakan? Sepertinya kepalamu terbentur keras, aku akan memanggil dokter untuk memeriksa kondisimu sayang," ucap Rick seraya mengusap kening Julia dengan lembut. Dia sama sekali tidak menanggapi permintaan Julia, yang ingin bercerai darinya.Julia terbahak sinis mendengar kata sayang dan nada bicara Rick yang lembut, sontak saja dia pun tertawa. Tapi tawanya menyiratkan luka di hatinya."Haha.""Sayang, kau kenapa? Kepalamu sakit
Suara tangisan pilu dari Julia yang mengeluh kepada papa mertuanya untuk mengakhiri pernikahannya dengan Rick, membuat hati Edgar dan Ivana ikut sedih. Mereka mengkhawatirkan kondisi Rick dan Julia."Kita akan bicarakan nanti saat kita bertemu ya. Papa akan segera kembali ke Paris, bersama istri dan anak-anak Papa.""Apa? Papa akan kembali bersama Ivana dan anak-anak papa? Apa papa sudah menemukan mereka?" tanya Julia dengan suara yang senang. Wanita ini memang sudah banyak berubah sejak ibu dan papa tirinya bercerai."Iya, Papa sudah menemukan mereka.""Syukurlah, Papa dan Vincent pasti akan sangat senang mendengarnya. Mereka selalu mengatakan ingin selalu bertemu dengan Ivana," ucap Julia."Apa itu benar? Mereka ingin bertemu denganku dan senang kalau bertemu denganku?" tanya Ivana yang ikut bersuara juga.Suara Ivana mengagetkan Julia yang ada disebrang sana. Julia tersenyum mendengarnya, dia bahagia karena Ivana sudah ditemukan."Ivana.""Kita bicara nanti ya. Sekarang kau harus j
****"Lima? Kau pikir aku kucing apa? Melahirkan anak sebanyak itu!" Ivana menyilangkan kedua tangannya didada, mencebikkan bibirnya. Begitu dia mendengar keinginan suaminya yang ingin memiliki 5 anak."Siapa yang bilang kau kucing, Sweetheart? Tidak ada yang bilang begitu. Atau apa kau pikir, aku akan memintamu melahirkan lima anak kembar sekaligus? Tentu saja tidak, dicicil dulu saja Sweetheart, satu tahun satu anak."Plak!Ivana langsung memukul tangan suaminya, Edgar pun meringis kesakitan karena pukulan Ivana tidak main-main sakitnya."Sweetheart, sakit!""Mudah saja kau bilang ingin punya banyak anak hem? Apa kau tidak tahu betapa sulitnya hamil dan melahirkan? Dulu saat melihat Arion dan Aileen, aku hampir saja-"Ivana tidak meneruskan kata-katanya, karena dia tidak mau Edgar tahu apa yang dialaminya ketika melahirkan si kembar dan nanti ujung-ujungnya, Edgar malah akan merasa bersalah."Hampir saja apa S
****Edgar benar-benar kelimpungan, menghadapi si kembar ditempat umum. Apalagi Aileen yang bergerak kesana kemari seperti toodler, ya katakan saja begitu. Ternyata tidak mudah mengurus anak kembar seorang diri, tapi ini seru juga.Disaat yang satu aktif, yang satunya lagi terlalu diam, karakter anak-anaknya berbeda. Namun, Edgar menyayangi keduanya, sangat.Akhirnya papa dari dua anak itu, memilih menggendong kedua anaknya dan didudukkan di balon besar. Mereka bertiga bermain di kolam renang, berselancar di seluncuran air, bermain di wahana air mancur ember tumpah dan lain sebagainya. Mungkin karena faktor u dan jarang olahraga, jadi Edgar sudah terlihat kelelahan."Sayang, kita istirahat dulu ya. Kita makan dulu!" ajak Edgar kepada putri dan putranya."Tapi Ai masih mau main Pa.""Ai main lagi nanti, setelah kita makan dan istirahat. Ayo, papa akan belikan kalian makanan di restoran sana!" tunjuk Edgar pada salah satu restoran yang ada di tempat kolam renang umum terbesar di Califor
****Usai menyelesaikan pekerjaan dan hari terakhirnya di kantor, Ivana membereskan barang-barangnya di kantor itu. Syukurlah sudah ada pengganti Ivana sebagai manager tim desain yang baru."Jadi kau akan pergi besok, Ivy?" tanya pak Wilhelm pada gadis yang sudah bekerja dengannya selama kurang lebih 4 tahun itu."Iya pak. Saya akan pergi besok ke Paris bersama dengan keluarga saya.""Hiks...hiks..."Tiba-tiba saja pria paruh baya itu menangis, sehingga membuat Ivana bingung melihatnya. "Astaga pak! Kenapa anda menangis?""Aku...aku hanya tidak rela kau pergi. Kau sudah seperti anakku sendiri Ivy. Apa tidak bisa kau disini saja bersama dengan keluargamu? A-aku tau aku tidak berhak bicara seperti ini, tapi..."Sesayang itu Wilhelm pada Ivana sampai lelaki itu tidak rela dengan kepergian Ivana. Baginya, Ivana seperti anaknya sendiri."Pak, bapak jangan sedih. Bapak tenang saja, saya pasti akan baik-baik saja disan
****Edgar segera memakai jaketnya, tapi tiba-tiba saja langkahnya terhenti saat dia teringat sesuatu. "Ah...tunggu, kalau aku pergi. Siapa yang akan menjaga anak-anak di rumah? Aku tidak mungkin meninggalkan mereka disini berdua saja." Edgar baru terpikirkan kedua anaknya, bila dia pergi menjemput Ivana, siapa yang akan menjaga mereka?"Papa, papa sedang apa disini?" suara Aileen membuat Edgar tercekat kaget. Dia lalu menoleh ke belakang dan melihat kedua anaknya berdiri di sana dengan memakai piyama tidur mereka."Eh? Kenapa kalian bangun?" tanya Edgar kepada kedua anak kembarnya."Apa Ai mengompol lagi?" tanya Edgar seraya menatap putri kecilnya. Aileen langsung menggelengkan kepalanya."Ai tidak bisa tidur, Ai mau tidur sama Papa.""Kalau A...kenapa kau bangun nak?" Kini Edgar bertanya kepada putranya.Arion menjawab dengan nada flat. "Aku haus, jadi aku ingin mengambil air minum.""Oh ya, Papa mau kemana? K
Supir taksi itu panik melihat beberapa orang bertubuh besar turun dari mobil suv berwarna hitam dan seperti sengaja menghadang mereka. Bahkan orangorang itu membawa senjata api, dan senjata tajam di tangan mereka."Papa, Mama, kenapa mereka membawa pistol dan pisau? Apa itu mainan?" tanya Aileen dengan polosnya.Sedangkan kedua orang tuanya dan kakaknya, Arion terlihat tegang melihat orang-orang bersenjata itu. Aileen bingung, kenapa mereka semua tidak menjawab pertanyaannya.Edgar dan Ivana merasakan firasat buruk, apalagi orang-orang itu berjalan mendekati mereka."Pak supir, jalankan saja mobilnya! Lewati mereka!" titah Edgar pada supir taksi itu."Ba-baik pak!" supir taksi itu kembali menancapkan gas, dan melajukan mobilnya dengan kecepatan yang tinggi."Sial! Mereka melarikan diri!" umpat salah seorang pria bersenjata itu. Kemudian dia pun memerintahkan kepada anak-anak buahnya untuk masuk ke dalam mobil dan mengejar mobil taksi itu.Mereka benar-benar mengejar mobil taksi yang d
****Setelah melewati dua hari di Maldives, pagi itu Ivana mengajak Edgar untuk melihat matahari terbit dipantai. Dia sengaja' membangunkan suaminya pagi-pagi buta."Hubby, ayo bangun," bisik Ivana pada suaminya sambil mengecup pipi lelaki itu dengan lembut.Merasakan sentuhan dipipi dan wajahnya, lelaki itu pun membuka matanya perlahan. Dia melihat sang istri sedang tersenyum padanya, bibir wanita itu tampak merah, sepertinya Ivana memakai make up. Bahkan istrinya itu masih memakai pakaian tidur."Sayang? Kau memakai make up? Kau mau kemana sepagi ini, hem?" ucap Edgar seraya bertanya pada istrinya dengan terheran."Ayo, kita akan melihat matahari terbit! Sebelumnya kita melihat matahari terbenam, sekarang giliran kita melihat matahari terbitnya!" seru Ivana dengan senyuman semangat dibibirnya. Edgar balas tersenyum lembut, dia menyentuh pipi istrinya dengan lembut.Seketika senyumannya menghilang saat dia merasakan pipi istrinya terasa dingin."Sweetheart, tubuhmu dingin? Apa kau tid
Selagi para pria berada diluar, Aileen dan Laura berasa didalam ruangan itu untuk mengobrol. Banyak sekali hal yang ingin Laura katakan pada Aileen."Aileen, aku sangat sangat berterima kasih kepadamu. Jika bukan karena kau, Levin, mama Sara dan yang lainnya pasti tidak akan memberiku kesempatan kedua. Terimakasih, karena kau sudah sudi memaafkan semua kesalahanku."Laura mengenggam tangan Aileen, matanya berkaca-kaca penuh haru saat menatap wanita berhati mulia dihadapannya ini. Wanita yang sudi memaafkan semua kesalahannya dan memberikan kesempatan kedua. Dia merasa bersalah, karena selama ini sudah mencelakai Aileen dengan mengambil kebahagiaannya."Aku menyesal, kenapa aku merebut Levin dari-"SsttAileen langsung meletakkan jari telunjuknya pada bibir Laura, dia menggelengkan kepalanya dan meminta Laura untuk tidak melanjutkan perkataannya."Jangan bahas masa lalu kak. Jangan menyesali apa yang sudah terjadi. Mungkin ini adalah takdir Tuhan untuk kita. Takdir kakak bersama Levin
Sekarang semua keluarga Denvier sudah berkumpul di rumah sakit, termasuk Aldrich yang berada di Amerika. Dia terbang secepat mungkin ke Paris, setelah mendengar berita tentang ibunya yang koma.Aileen dan Aldrich sangat sedih begitu mengetahui ibu mereka sakit parah dan sekarang wanita yang melahirkan mereka itu sedang bertaruh nyawa di dalam ruangan tempatnya berada."Kenapa papa tidak memberitahuku dan Aldrich kalau mama sakit? Kenapa Pa?" jerit Aileen dengan berurai air mata, dia terlihat terguncang mendengar ibunya sakit. Edgar sendiri terlihat diam, pria paruh baya itu masih tampak syok. Sejak 2 hari yang lalu istrinya terbaring koma."Ai, jangan salahkan papa. Mama yang meminta papa dan kami untuk merahasiakan ini darimu dan Aldrich. Mama tidak mau kau dan Aldrich kepikiran," ucap Arion jelaskan kepada adiknya untuk tidak menyalahkan Papanya lagi. Karena, yang paling terguncang dengan keadaan ibu mereka adalah ayah mereka.Lihat saja, Edgar
Setelah istrinya disuntikan obat-obatan, tak lama kemudian Ivana langsung tidak sadarkan diri. Denyut jantungnya melemah, ternyata tubuh Ivana tidak merespon dengan baik kemoterapi kedua ini. Dia langsung berikan penolakan dan saat itu juga Ivana berada dalam keadaan kritis. Dia tidak sadarkan diri dan dokter mengatakan kalau dia sedang koma.Edgar menangis meraung-raung, tak percaya dengan fakta ini. Dia bahkan menyesali keputusannya membujuk Ivana kemoterapi kedua."Istriku masih bisa sadar kan, dok? Katakan padaku, sialan!" teriak Edgar kepada dokter Wayne, dengan berurai air mata."Saya tidak yakin, Pak." Wayne menatap Ivana yang tak sadarkan diri diatas ranjang tersebut dengan alat-alat medis yang terpasang ditubuhnya, untuk menopang kehidupannya.Edgar dapat menangkap kepasrahan pada perkataan Wayne, dan dia tidak menerima itu. Edgar langsung menarik jas dokter milik Wayne dengan kasar."Jangan bicara seperti itu. Katakan yang jelas! Kau ini adalah dokter spesialis kanker terbai
Disaat Aileen sedang dalam perjalanan menuju ke London bersama suaminya, Ivana sedang berjuang melawan efek kemoterapi yang luar biasa menyerang anggota tubuhnya. Dia kesakitan, berkeringat, mual, muntah, mudah lelah, rambut rontok, imunitas tubuh menurun drastis.Terkadang Ivana ingin menyerah, tapi dia tidak tega melihat suami, anak sulung dan menantu perempuannya yang berusaha agar dia sembuh. Hari ini Ivana akan melakukan kemoterapi yang kedua, Edgar, Emily dan Arion berharap agar keadaan Ivana segera membaik."Sweetheart, tenanglah...aku ada disini."Ivana tersenyum lembut pada suaminya, dia membalas genggaman tangan suaminya dengan lembut. Wanita yang rambutnya sudah dipotong pendek itu, menatap sang suami dengan sendu."Aku akan baik-baik saja, aku akan kuat demi dirimu dan anak-anak. Tapi jika aku-""Kau akan baik-baik saja. Jangan katakan apapun, sweetheart!" sela Edgar sambil mengecup pipi Ivana dengan penuh kasih sayang. Matanya penuh cahaya pengharapan, dia berharap istrin
Edgar tak henti merutuki dirinya dalam hati, dia sangat menyesal sudah berpikiran yang bukan-bukan terhadap istrinya. Tanpa ia ketahui selama 1 bulan ini, Ivana menyimpan kesedihan dan penderitaannya seorang diri.Dia paham, kenapa Ivana sampai menyembunyikan hal sebesar ini dari semua orang? Itu semua karena sifatnya, yang tidak ingin semua orang menjadi khawatir kepadanya."Pa, aku akan menghubungi Aileen dan Aldrich.""Jangan, A."Suara Ivana terdengar lirih, namun membuat kedua pria itu terkejut mendengarnya. Mereka melihat ke arah wanita yang terbaring diatas ranjang itu. Dia perlahan mulai membuka matanya."Sweetheart, kau sudah siuman?" Edgar mendekati wajah sang istri dengan berlinang air mata. Ivana tahu, pasti Edgar dan Arion seperti ini karena mereka sudah tahu tentangnya.Bibir Ivana mengulum senyuman yang memperlihatkan ketegaran. Hebatnya wanita itu bahkan tidak menangis didepan suami dan putra sulungnya. Dia tidak mau terlihat lemah di depan orang-orang yang dia cintai.
Siapa yang tidak mau dicintai secara ugal-ugalan dan diratukan oleh suaminya sendiri? Ya, itulah yang dirasakan oleh Aileen saat ini. Apa-apa Leon, ini itu Leon, segala keinginannya yang kadang aneh-aneh juga terpenuhi oleh suaminya.Punya suami tampan, kaya, baik, walaupun agak dingin, tapi perhatian adalah berkah terindah dari Tuhan yang Aileen dapatkan. Plus, suaminya memang cinta pertama Aileen dari zaman kanak-kanak."Ayo ganti bajumu. Aku akan mengantarmu ke kampus," kata Leon kepada sang istri sambil membawakan piring cucian ke wastafel untuk dia cuci.Aileen langsung menggelengkan kepalanya. "Eh? Tidak perlu. Aku bisa pergi sendiri. Kata Pak Evan, kau ada rapat penting dan kau haru bersiap. Kalau kau mengantarku, kau akan terlambat!""Tidak ada pergi sendiri Baby. Aku akan mengantarmu dulu sampai ke kampus, lalu pergi ke kantor," sahut Leon sambil menggerakkan tangannya untuk mencuci piring. Dia meletakkan piring cuciannya pada tempatnya j
Perubahan Ivana akhir-akhir ini membuat Edgar curiga dan meminta seseorang untuk menyelidiki Ivana. Istrinya itu tak lagi bersikap mesra padanya, apalagi setiap kali Edgar mengajak Ivana berhubungan intim. Wanita itu selalu menolaknya dengan berbagai alasan. Kini semua kecurigaan Edgar terkuak saat orang suruhannya menyerahkan beberapa foto yang menunjukkan kebersamaan Ivana bersama seorang pria bernama Wayne yang merupakan seorang dokter disebuah rumah sakit."Kenapa kau tega melakukan ini padaku, Ivana? Apa karena aku sudah tua? Jadi aku tidak bisa memuaskanmu lagi?" cecar Edgar murka, setelah dia melempar foto-foto itu ke wajah istrinya.Ivana melihat foto-foto yang menunjukkan kedekatannya dan Wayne di sana, foto-foto tersebut menunjukkan banyak layar rumah sakit. Hatinya berdebar, dia takut kalau suaminya akan tahu apa yang dia lakukan di rumah sakit itu."Aku tidak pernah selingkuh darimu, Hubby.""Persetan dengan semua yang kau katakan! Buktinya sudah ada didepan mata. Kau seri
****Sakit hati Laura diabaikan oleh suaminya seperti itu. Disaat dia sudah menyadari semua kesalahannya dan dia tidak mau berpisah dari Levin, meskipun nanti bayi mereka sudah lahir ke dunia.Dia berusaha untuk kembali meraih kepercayaan Levin kembali, tapi nyatanya tidak mudah. Levin malah semakin menjauh darinya. Lelaki itu hanya perhatian kepadanya saat bersama keluarganya saja. Bicara pun seperlunya."Aku harus meminta maaf pada Aileen dan mengakui semua kesalahanku. Aku belum sempat bertemu dengannya dan meminta maaf. Aku akan mengakui segalanya pada Aileen," gumam Laura sambil mengusap basah disudut matanya."Laura, kau sedang apa di sini nak? Apa kau tidak ikut dengan Levin?" Sara menghampiri menantunya yang sedang berada di dapur seorang diri."Ah.. tidak Ma. Aku lelah, jadi aku di rumah saja."Suara Laura yang terdengar serak itu menimbulkan kecurigaan Sara. Dia merasa Laura sedang menangis, karena Laura bahkan tak berani melihatnya, menunjukkan wajahnya."Laura, kau kenapa