Patah hati bukan main dirasakan oleh Edgar, ketika ia mendengar darah dagingnya memanggil pria lain dengan sebutan daddy. Bahkan sikap Aileen sangat manja pada pria bernama Harry ini, seperti seorang putri yang bermanja-manja pada ayahnyaEdgar ingin menanyakannya pada Ivana, tapi ia menahan semua itu lebih dulu karena tak mau ribut didepan anak-anak. Padahal hatinya sudah gemas ingin bicara pada Ivana. Suasana disana hening sesaat, dengan adegan Edgar yang menatap Ivana dan Harry yang memandangi Edgar.Harry akui, walaupun sudah berumur, ayah kandung Aileen dan Arion ini masih terlihat tampan dan gagah. Tak hanya soal visual, Edgar juga sangat kaya raya dan mungkin hartanya tak akan habis tujuh turunan. Harry insecure melihatnya, walaupun keluarganya juga kaya raya dan terpandang di benua Amerika."Nona muda, tuan muda...pak Edgar membawakan ini untuk tuan dan nona muda. Semoga kalian menyukainya," ucap Marco sambil tersenyum. Ia berusaha mengubah suasana tegang di sana dengan mengali
Keadaan ini benar-benar canggung, Ivana merasa tercekik berada di antara Harry dan Edgar. Apalagi sedari tadi Edgar menatapnya tajam. Edgar berusaha untuk mendekati Aileen, tapi anak itu cukup sulit didekati. Ia harus berhasil memenuhi tantangan Arion tadi, bahwa ia harus bisa meluluhkan hati Ivana dan Aileen."Sayang, sini sama papa. Papa bawakan boneka untukmu. Ayo kita main!" ajak Edgar pada Aileen yang masih berada dipangkuan Harry.Aileen melihat ke arah boneka-boneka yang dibawakan Edgar, ada boneka beruang, boneka Barbie kesukaan Aileen dan boneka hewan-hewan lainnya. Sebenarnya Aileen sangat menyukai semua boneka itu."Ayo sini sayang!" ajak Edgar dengan senyuman ramahnya pada Aileen. Tapi didalam penglihatan gadis itu, saat Edgar tersenyum lelaki itu masih terlihat datar dan dingin. Mirip Arion."Kau suka barbie kan nak?" tanya Edgar pada Aileen yang masih belum mendapatkan respon. Namun Edgar yakin anak perempuannya menyukai boneka, sebab ia melihat Aileen bermain boneka dan
Amber mendengar dengan jelas suara anak kecil di seberang sana. Lantas ia pun bertanya pada Edgar, suara apa itu."Edgar, suara siapa itu? Dan kenapa sepertinya kau tidak sedang berada di hotel? Kau ada dimana?" tanya Amber curiga, lantaran ia melihat suasana di belakang edar seperti suasana di rumah."Aku sedang berada di-" perkataan Edgar terhenti manakala Arion dan Aileen naik ke lantai atas bersama dengan Marco."Mama! Arion jahat Ma...Arion mengambil boneka ku!" teriak Aileen seraya mengadu kepada mamanya, kalau Arion sudah mengambil bonekanya. Ia memeluk ibunya dengan mata berkaca-kaca."Tidak Ma, aku hanya meminjamnya saja. Aku tidak mengambilnya dan bermaksud memilikinya. Aku hanya ingin melihatnya saja," ucap Arion menjelaskan."Arion, jangan jahil seperti itu kepada adikmu. Kau tau kan Aileen seperti apa? Berikan bonekanya, nak!" pinta Ivana kepada sang putra yang sedang memegang boneka barbie yang diberikan Edgar untuk Aileen."Cih! Hanya boneka jelek saja!" seru Arion seray
Wanita itu setuju untuk berbicara dengan ibu mertuanya. Siap tidak siap, Ivana memang harus bicara dengan wanita tua yang sudah seperti ibu baginya itu. Namun Ivana meminta kepada Edgar untuk berbicara berdua saja dengan Amber."Ini, gunakanlah ponselku. Aku akan menjaga Arion dan Aileen. Dan kau bicaralah dengan mami. Mami sangat merindukanmu dan anak-anak, sekarang kesehatan mami sudah mulai terganggu!"Deg!Hati Ivana terhenyak, ia merasa sedih mendengar keadaan Amber. Sudah lama ia tidak bertemu dan tidak bicara dengan Amber."Aku akan bicara pada mami.""Password ponselku 10210."Ivana terperangah saat mendengar nomor password yang disebutkan oleh Edgar, keningnya berkerut. Hingga akhirnya ia mengingat nomor apa itu.~Kau tidak ingat kejadian malam itu? Hotel Rose gold kamar 102 lantai 10~Nomor itu adalah nomor kamar hotel dan lantai tempat dimana takdir yang akhirnya mengubah ikatan calon ayah mertua dan calon menantu diantara Edgar dan Ivana, menjadi pasangan suami-istri. Bahk
Cinta memang tidak bisa diprediksi, bahkan tak tahu kepada siapa hati akan jatuh cinta. Termasuk apa yang dialami Harry saat ini, ia jatuh cinta pada wanita yang berstatus sebagai istri orang. Ia mencintai Ivana secara diam-diam tapi, ia masih belum berani mengungkapkannya sampai sekarang. Akhirnya, suaminya kembali dan ia kembali harus memendam rasa. Baru kali ini Carl, rekan sesama dokter bedah dengan Harry, melihat teman baiknya mabuk sampai seperti ini. Harry yang dingin pada wanita lain, rupanya itu semua karena hati Harry sudah ada yang memiliki. Seorang wanita cantik yang ia pikir seorang janda anak dua, tapi ternyata bukan. "Sudah cukup! Besok kita ada operasi pagi, jangan sampai kau terlambat gara-gara ini." "Saranku, lebih baik kau cari wanita lain saja. Aku banyak kenalan wanita cantik dan berpendidikan. Pastinya mereka mau denganmu, karena melihat wajahmu saja sudah seperti artis Chris Hemsworth! Kau tampan, kau kaya, kau tidak usah khawatir soal jodoh!" ucap Carl sambil
****Mobil berwarna merah itu tampak membelah jalanan yang masih ditutupi sedikit salju, salju itu sudah mulai mencair. Ivana menuju ke tempat yang disebutkan oleh Carl dan di sepanjang perjalanan Ivana berdoa agar Harry dalam keadaan baik-baik saja. Ivana mencemaskan pria yang sudah dianggapnya sebagai kakaknya sendiri. Saking cemasnya Ivana kepada pria itu, ia sampai tidak menyadari bahwa tempat yang di katakan Carl adalah sebuah tempat hiburan malam.Ivana memarkirkan mobilnya secara sembarang, dan langsung buru-buru masuk ke tempat hiburan malam itu. Ia melihat beberapa orang yang keluar masuk dari tempat tersebut. Meskipun cuaca sedang dingin, orang-orang itu masih menghabiskan waktu mereka di tempat hiburan.Begitu Ivana masuk ke dalam, ia mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan. Ia mencari keberadaan Harry diantara banyaknya orang-orang di sana. Beberapa saat kemudian, atensinya tertuju pada sosok Harry dengan mata terpejam dan kepala bersandar diatas meja."Kak Harry!
Harry memeluk Ivana dari belakang setelah ia menjatuhkan wanita itu ke atas pangkuannya. Ivana terkejut dengan tangan Harry yang melingkar ditubuhnya."Kak Ha-harry." Ivana gelagapan, manakala ia merasakan hembusan napas hangat di lehernya dan terdengar memburu di telinganya itu.'Sepertinya kak Harry benar-benar mabuk' batin Ivana. "Kak Harry, lepas...""Ivana, apa ini kau?" tanya Harry dengan suara berat. Tangannya masih memeluk Ivana dan wanita itu masih duduk di atas pangkuannya."Kak, aku akan buatkan sup pereda pengar agar kau baikan. Jadi tolong lepaskan aku dulu," ujar Ivana pada Harry. Ia mulai merasa tidak nyaman dengan pelukan Harry.Bukannya melepaskan tangannya dari tubuh Ivana, lelaki itu malah memeluk Ivana semakin erat. Bahkan kepalanya bersandar di atas bahu Ivana yang tertutupi oleh jaket bulunya."Kak Harry..."Kedua mata amber milik Harry terlihat berkaca-kaca, sayangnya Ivana tidak bisa melihat itu. Karena posisi Ivana yang membelakanginya."Kak...""Aku paham k
****Mata yang merah berderai air mata, bibir yang bengkak dan merah seperti bekas gigitan, sontak saja membuat Edgar berpikir yang bukan-bukan."Siapa orangnya?" tanya Edgar seraya menatap tajam pada Ivana. Tapi wanita itu memutar bola matanya ke samping, jelas ia tidak mau bertemu pandang dengan lelaki itu."Ivana..." Edgar memanggil Ivana, karena tak kunjung mendapatkan jawaban dari wanita itu.Wanita itu menepis tangan Edgar yang menangkup kedua pipinya. Kemudian ia mendorong lelaki itu agar menjauh darinya. "Keluar! Aku mau mengganti pakaianku!"Edgar semakin yakin memang ada yang disembunyikan oleh Ivana darinya, melihat bagaimana sikap Ivana saat ini. Menghindari kontak matanya, mengalihkan pembicaraan dan mengusirnya dari sini."Aku tidak akan pergi sebelum kau katakan padaku, ada apa? Kau kenapa dan-"Ivana langsung menyela ucapan Edgar dan mengusirnya keluar dari kamar. "Edgar keluar!""Apa dia menciummu?" tanya Edgar dengan perasaan cemburu mendera hatinya. Rasanya sakit saa
****Setelah melewati dua hari di Maldives, pagi itu Ivana mengajak Edgar untuk melihat matahari terbit dipantai. Dia sengaja' membangunkan suaminya pagi-pagi buta."Hubby, ayo bangun," bisik Ivana pada suaminya sambil mengecup pipi lelaki itu dengan lembut.Merasakan sentuhan dipipi dan wajahnya, lelaki itu pun membuka matanya perlahan. Dia melihat sang istri sedang tersenyum padanya, bibir wanita itu tampak merah, sepertinya Ivana memakai make up. Bahkan istrinya itu masih memakai pakaian tidur."Sayang? Kau memakai make up? Kau mau kemana sepagi ini, hem?" ucap Edgar seraya bertanya pada istrinya dengan terheran."Ayo, kita akan melihat matahari terbit! Sebelumnya kita melihat matahari terbenam, sekarang giliran kita melihat matahari terbitnya!" seru Ivana dengan senyuman semangat dibibirnya. Edgar balas tersenyum lembut, dia menyentuh pipi istrinya dengan lembut.Seketika senyumannya menghilang saat dia merasakan pipi istrinya terasa dingin."Sweetheart, tubuhmu dingin? Apa kau tid
Selagi para pria berada diluar, Aileen dan Laura berasa didalam ruangan itu untuk mengobrol. Banyak sekali hal yang ingin Laura katakan pada Aileen."Aileen, aku sangat sangat berterima kasih kepadamu. Jika bukan karena kau, Levin, mama Sara dan yang lainnya pasti tidak akan memberiku kesempatan kedua. Terimakasih, karena kau sudah sudi memaafkan semua kesalahanku."Laura mengenggam tangan Aileen, matanya berkaca-kaca penuh haru saat menatap wanita berhati mulia dihadapannya ini. Wanita yang sudi memaafkan semua kesalahannya dan memberikan kesempatan kedua. Dia merasa bersalah, karena selama ini sudah mencelakai Aileen dengan mengambil kebahagiaannya."Aku menyesal, kenapa aku merebut Levin dari-"SsttAileen langsung meletakkan jari telunjuknya pada bibir Laura, dia menggelengkan kepalanya dan meminta Laura untuk tidak melanjutkan perkataannya."Jangan bahas masa lalu kak. Jangan menyesali apa yang sudah terjadi. Mungkin ini adalah takdir Tuhan untuk kita. Takdir kakak bersama Levin
Sekarang semua keluarga Denvier sudah berkumpul di rumah sakit, termasuk Aldrich yang berada di Amerika. Dia terbang secepat mungkin ke Paris, setelah mendengar berita tentang ibunya yang koma.Aileen dan Aldrich sangat sedih begitu mengetahui ibu mereka sakit parah dan sekarang wanita yang melahirkan mereka itu sedang bertaruh nyawa di dalam ruangan tempatnya berada."Kenapa papa tidak memberitahuku dan Aldrich kalau mama sakit? Kenapa Pa?" jerit Aileen dengan berurai air mata, dia terlihat terguncang mendengar ibunya sakit. Edgar sendiri terlihat diam, pria paruh baya itu masih tampak syok. Sejak 2 hari yang lalu istrinya terbaring koma."Ai, jangan salahkan papa. Mama yang meminta papa dan kami untuk merahasiakan ini darimu dan Aldrich. Mama tidak mau kau dan Aldrich kepikiran," ucap Arion jelaskan kepada adiknya untuk tidak menyalahkan Papanya lagi. Karena, yang paling terguncang dengan keadaan ibu mereka adalah ayah mereka.Lihat saja, Edgar
Setelah istrinya disuntikan obat-obatan, tak lama kemudian Ivana langsung tidak sadarkan diri. Denyut jantungnya melemah, ternyata tubuh Ivana tidak merespon dengan baik kemoterapi kedua ini. Dia langsung berikan penolakan dan saat itu juga Ivana berada dalam keadaan kritis. Dia tidak sadarkan diri dan dokter mengatakan kalau dia sedang koma.Edgar menangis meraung-raung, tak percaya dengan fakta ini. Dia bahkan menyesali keputusannya membujuk Ivana kemoterapi kedua."Istriku masih bisa sadar kan, dok? Katakan padaku, sialan!" teriak Edgar kepada dokter Wayne, dengan berurai air mata."Saya tidak yakin, Pak." Wayne menatap Ivana yang tak sadarkan diri diatas ranjang tersebut dengan alat-alat medis yang terpasang ditubuhnya, untuk menopang kehidupannya.Edgar dapat menangkap kepasrahan pada perkataan Wayne, dan dia tidak menerima itu. Edgar langsung menarik jas dokter milik Wayne dengan kasar."Jangan bicara seperti itu. Katakan yang jelas! Kau ini adalah dokter spesialis kanker terbai
Disaat Aileen sedang dalam perjalanan menuju ke London bersama suaminya, Ivana sedang berjuang melawan efek kemoterapi yang luar biasa menyerang anggota tubuhnya. Dia kesakitan, berkeringat, mual, muntah, mudah lelah, rambut rontok, imunitas tubuh menurun drastis.Terkadang Ivana ingin menyerah, tapi dia tidak tega melihat suami, anak sulung dan menantu perempuannya yang berusaha agar dia sembuh. Hari ini Ivana akan melakukan kemoterapi yang kedua, Edgar, Emily dan Arion berharap agar keadaan Ivana segera membaik."Sweetheart, tenanglah...aku ada disini."Ivana tersenyum lembut pada suaminya, dia membalas genggaman tangan suaminya dengan lembut. Wanita yang rambutnya sudah dipotong pendek itu, menatap sang suami dengan sendu."Aku akan baik-baik saja, aku akan kuat demi dirimu dan anak-anak. Tapi jika aku-""Kau akan baik-baik saja. Jangan katakan apapun, sweetheart!" sela Edgar sambil mengecup pipi Ivana dengan penuh kasih sayang. Matanya penuh cahaya pengharapan, dia berharap istrin
Edgar tak henti merutuki dirinya dalam hati, dia sangat menyesal sudah berpikiran yang bukan-bukan terhadap istrinya. Tanpa ia ketahui selama 1 bulan ini, Ivana menyimpan kesedihan dan penderitaannya seorang diri.Dia paham, kenapa Ivana sampai menyembunyikan hal sebesar ini dari semua orang? Itu semua karena sifatnya, yang tidak ingin semua orang menjadi khawatir kepadanya."Pa, aku akan menghubungi Aileen dan Aldrich.""Jangan, A."Suara Ivana terdengar lirih, namun membuat kedua pria itu terkejut mendengarnya. Mereka melihat ke arah wanita yang terbaring diatas ranjang itu. Dia perlahan mulai membuka matanya."Sweetheart, kau sudah siuman?" Edgar mendekati wajah sang istri dengan berlinang air mata. Ivana tahu, pasti Edgar dan Arion seperti ini karena mereka sudah tahu tentangnya.Bibir Ivana mengulum senyuman yang memperlihatkan ketegaran. Hebatnya wanita itu bahkan tidak menangis didepan suami dan putra sulungnya. Dia tidak mau terlihat lemah di depan orang-orang yang dia cintai.
Siapa yang tidak mau dicintai secara ugal-ugalan dan diratukan oleh suaminya sendiri? Ya, itulah yang dirasakan oleh Aileen saat ini. Apa-apa Leon, ini itu Leon, segala keinginannya yang kadang aneh-aneh juga terpenuhi oleh suaminya.Punya suami tampan, kaya, baik, walaupun agak dingin, tapi perhatian adalah berkah terindah dari Tuhan yang Aileen dapatkan. Plus, suaminya memang cinta pertama Aileen dari zaman kanak-kanak."Ayo ganti bajumu. Aku akan mengantarmu ke kampus," kata Leon kepada sang istri sambil membawakan piring cucian ke wastafel untuk dia cuci.Aileen langsung menggelengkan kepalanya. "Eh? Tidak perlu. Aku bisa pergi sendiri. Kata Pak Evan, kau ada rapat penting dan kau haru bersiap. Kalau kau mengantarku, kau akan terlambat!""Tidak ada pergi sendiri Baby. Aku akan mengantarmu dulu sampai ke kampus, lalu pergi ke kantor," sahut Leon sambil menggerakkan tangannya untuk mencuci piring. Dia meletakkan piring cuciannya pada tempatnya j
Perubahan Ivana akhir-akhir ini membuat Edgar curiga dan meminta seseorang untuk menyelidiki Ivana. Istrinya itu tak lagi bersikap mesra padanya, apalagi setiap kali Edgar mengajak Ivana berhubungan intim. Wanita itu selalu menolaknya dengan berbagai alasan. Kini semua kecurigaan Edgar terkuak saat orang suruhannya menyerahkan beberapa foto yang menunjukkan kebersamaan Ivana bersama seorang pria bernama Wayne yang merupakan seorang dokter disebuah rumah sakit."Kenapa kau tega melakukan ini padaku, Ivana? Apa karena aku sudah tua? Jadi aku tidak bisa memuaskanmu lagi?" cecar Edgar murka, setelah dia melempar foto-foto itu ke wajah istrinya.Ivana melihat foto-foto yang menunjukkan kedekatannya dan Wayne di sana, foto-foto tersebut menunjukkan banyak layar rumah sakit. Hatinya berdebar, dia takut kalau suaminya akan tahu apa yang dia lakukan di rumah sakit itu."Aku tidak pernah selingkuh darimu, Hubby.""Persetan dengan semua yang kau katakan! Buktinya sudah ada didepan mata. Kau seri
****Sakit hati Laura diabaikan oleh suaminya seperti itu. Disaat dia sudah menyadari semua kesalahannya dan dia tidak mau berpisah dari Levin, meskipun nanti bayi mereka sudah lahir ke dunia.Dia berusaha untuk kembali meraih kepercayaan Levin kembali, tapi nyatanya tidak mudah. Levin malah semakin menjauh darinya. Lelaki itu hanya perhatian kepadanya saat bersama keluarganya saja. Bicara pun seperlunya."Aku harus meminta maaf pada Aileen dan mengakui semua kesalahanku. Aku belum sempat bertemu dengannya dan meminta maaf. Aku akan mengakui segalanya pada Aileen," gumam Laura sambil mengusap basah disudut matanya."Laura, kau sedang apa di sini nak? Apa kau tidak ikut dengan Levin?" Sara menghampiri menantunya yang sedang berada di dapur seorang diri."Ah.. tidak Ma. Aku lelah, jadi aku di rumah saja."Suara Laura yang terdengar serak itu menimbulkan kecurigaan Sara. Dia merasa Laura sedang menangis, karena Laura bahkan tak berani melihatnya, menunjukkan wajahnya."Laura, kau kenapa