Cinta memang tidak bisa diprediksi, bahkan tak tahu kepada siapa hati akan jatuh cinta. Termasuk apa yang dialami Harry saat ini, ia jatuh cinta pada wanita yang berstatus sebagai istri orang. Ia mencintai Ivana secara diam-diam tapi, ia masih belum berani mengungkapkannya sampai sekarang. Akhirnya, suaminya kembali dan ia kembali harus memendam rasa. Baru kali ini Carl, rekan sesama dokter bedah dengan Harry, melihat teman baiknya mabuk sampai seperti ini. Harry yang dingin pada wanita lain, rupanya itu semua karena hati Harry sudah ada yang memiliki. Seorang wanita cantik yang ia pikir seorang janda anak dua, tapi ternyata bukan. "Sudah cukup! Besok kita ada operasi pagi, jangan sampai kau terlambat gara-gara ini." "Saranku, lebih baik kau cari wanita lain saja. Aku banyak kenalan wanita cantik dan berpendidikan. Pastinya mereka mau denganmu, karena melihat wajahmu saja sudah seperti artis Chris Hemsworth! Kau tampan, kau kaya, kau tidak usah khawatir soal jodoh!" ucap Carl sambil
****Mobil berwarna merah itu tampak membelah jalanan yang masih ditutupi sedikit salju, salju itu sudah mulai mencair. Ivana menuju ke tempat yang disebutkan oleh Carl dan di sepanjang perjalanan Ivana berdoa agar Harry dalam keadaan baik-baik saja. Ivana mencemaskan pria yang sudah dianggapnya sebagai kakaknya sendiri. Saking cemasnya Ivana kepada pria itu, ia sampai tidak menyadari bahwa tempat yang di katakan Carl adalah sebuah tempat hiburan malam.Ivana memarkirkan mobilnya secara sembarang, dan langsung buru-buru masuk ke tempat hiburan malam itu. Ia melihat beberapa orang yang keluar masuk dari tempat tersebut. Meskipun cuaca sedang dingin, orang-orang itu masih menghabiskan waktu mereka di tempat hiburan.Begitu Ivana masuk ke dalam, ia mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan. Ia mencari keberadaan Harry diantara banyaknya orang-orang di sana. Beberapa saat kemudian, atensinya tertuju pada sosok Harry dengan mata terpejam dan kepala bersandar diatas meja."Kak Harry!
Harry memeluk Ivana dari belakang setelah ia menjatuhkan wanita itu ke atas pangkuannya. Ivana terkejut dengan tangan Harry yang melingkar ditubuhnya."Kak Ha-harry." Ivana gelagapan, manakala ia merasakan hembusan napas hangat di lehernya dan terdengar memburu di telinganya itu.'Sepertinya kak Harry benar-benar mabuk' batin Ivana. "Kak Harry, lepas...""Ivana, apa ini kau?" tanya Harry dengan suara berat. Tangannya masih memeluk Ivana dan wanita itu masih duduk di atas pangkuannya."Kak, aku akan buatkan sup pereda pengar agar kau baikan. Jadi tolong lepaskan aku dulu," ujar Ivana pada Harry. Ia mulai merasa tidak nyaman dengan pelukan Harry.Bukannya melepaskan tangannya dari tubuh Ivana, lelaki itu malah memeluk Ivana semakin erat. Bahkan kepalanya bersandar di atas bahu Ivana yang tertutupi oleh jaket bulunya."Kak Harry..."Kedua mata amber milik Harry terlihat berkaca-kaca, sayangnya Ivana tidak bisa melihat itu. Karena posisi Ivana yang membelakanginya."Kak...""Aku paham k
****Mata yang merah berderai air mata, bibir yang bengkak dan merah seperti bekas gigitan, sontak saja membuat Edgar berpikir yang bukan-bukan."Siapa orangnya?" tanya Edgar seraya menatap tajam pada Ivana. Tapi wanita itu memutar bola matanya ke samping, jelas ia tidak mau bertemu pandang dengan lelaki itu."Ivana..." Edgar memanggil Ivana, karena tak kunjung mendapatkan jawaban dari wanita itu.Wanita itu menepis tangan Edgar yang menangkup kedua pipinya. Kemudian ia mendorong lelaki itu agar menjauh darinya. "Keluar! Aku mau mengganti pakaianku!"Edgar semakin yakin memang ada yang disembunyikan oleh Ivana darinya, melihat bagaimana sikap Ivana saat ini. Menghindari kontak matanya, mengalihkan pembicaraan dan mengusirnya dari sini."Aku tidak akan pergi sebelum kau katakan padaku, ada apa? Kau kenapa dan-"Ivana langsung menyela ucapan Edgar dan mengusirnya keluar dari kamar. "Edgar keluar!""Apa dia menciummu?" tanya Edgar dengan perasaan cemburu mendera hatinya. Rasanya sakit saa
Pagi-pagi sekali Edgar terbangun saat ia merasakan basah dan hangat di tubuhnya dan juga dibawa seprai tempat tidurnya. Sementara Aileen yang tidur di sampingnya masih tampak nyenyak, wajah gadis kecil itu seperti malaikat di mata Edgar."Putriku sangat lucu...dia adalah malaikat kecilku dan Ivana." Edgar mengagumi kecantikan dan keimutan wajah putrinya. Rasanya ia akan semakin bertambah bahagia apabila saat bangun tidur ia juga bisa melihat Ivana. Tapi tunggu dulu, ia harus banyak bersabar untuk itu. Biarlah waktu yang akan membuat mereka kembali dekat dan Ivana membuka hatinya. Yang jelas malam ini Edgar bisa tidur nyenyak tanpa obat tidur."Tapi...ngomong-ngomong apa yang basah ini? Dan kenapa bau?" gumam Edgar saat merasakan sesuatu yang basah, dan mencium aroma bau pesing.Perlahan-lahan pria itu bangkit dari tempat tidurnya dan berdiri. Kemudian ia melihat, di bawah sprei putih itu, ada cairan berwarna kuning. "Astaga! Siapa yang mengompol? Aku tidak mengompol," kata Edgar denga
Beberapa saat yang lalu, Edgar baru saja keluar dari kamar mandi. Pria itu hanya mengenakan handuk kekecilan yang ada di sana. Sial, Edgar lupa meminta handuk atau bathrobe yang besar untuknya. Alhasil dia hanya menggunakan handuk yang ada saja.Begitu ia keluar dari kamar mandi dan membuka pintunya, dia terkejut Bukan main, saat melihat seorang wanita muda. berada dihadapannya."Aaakhh!" wanita muda yang sedang memegang lap pel itu langsung berteriak, begitu melihat sosok Edgar yang bertelanjang dada saja.Karena panik, Wendy tanpa sengaja menginjak label yang dibawanya dan dia terjatuh ke depan tubuh Edgar. Akhirnya mereka berdua samasama jatuh ke lantai, dengan posisi Edgar yang berada di bawah tubuh Wendy.Edgar menunjukkan raut wajah jengkel dan kesal, dia tidak suka tubuhnya disentuh oleh wanita lain, dan Wendy tanpa sengaja menyentuhnya. Bahkan Wendy malah meraba-raba dada Edgar yang keras dengan beberapa otot-otot tercetak disana. Meski tubuh Edgar tidak segagah dulu, tapi lel
Marco dan Arion berlari cepat menyusul Aileen yang sudah setengah perjalanan menuju ke lantai dua. Bisa bahaya kalau Aileen sampai menganggu kedua orang tuanya. Kemungkinan terbesar adalah Marco yang bisa kehilangan pekerjaan."Sial! Bisa mati aku! Bonus tamat, pekerjaan ku juga tamat!" gumam Marco panik. Dia masih terus mengejar Aileen, karena ternyata anak itu cukup cepat berlari. Seakan memahami situasi, Arion juga ikut mengejar Aileen bersama dengan Marco.Sementara itu, didalam salah satu kamar di lantai 2. Edgar dan Ivana masih saling berpagutan panas. Bahkan keduanya sudah berada diatas ranjang, Edgar dalam posisi duduk dan memeluk Ivana, sedangkan Ivana berada diatas pangkuannya duduk bak koala. Mereka terbawa ke dalam pusaran gairah yang membara. Lidah mereka saling melilit, mengecap dan melumat."Eungh-"Lenguhan Ivana saat berada didalam ciuman panas itu, bagaikan alunan musik yang merdu dan membuat libido Edgar semakin meningkat. Dia semakin menginginkan yang lebih.Puas
Edgar menatap putrinya yang saat ini sedang terdiam dan menatapnya juga. Cukup lama gadis kecil itu terdiam, akhirnya Aileen menjawab pertanyaan papanya, tentang apa hubungan Ivana tersedak dan Harry."Ada salah satu temanku yang pernah mengatakan. Kalau kita tersedak sebanyak dua kali selama satu hari, maka orang itu sedang memikirkan seseorang yang disukainya. Dan Ai rasa, kalau saat ini Mama sedang memikirkan daddy dokter! Mama kan suka sama daddy dokter," kekeh Aileen dengan polosnya yang tanpa sadar membuat kedua orang tuanya bersitegang."Teori darimana itu sayang? Itu tidak benar. Ucapan temanmu itu salah, sayang!" Ivana menyanggah ucapan Aileen dan berkata bahwa semua ucapan temannya Aileen itu salah.Tidak berdasar!Ivana bisa merasakan bagaimana tatapan Edgar saat ini terhadapnya. Tatapan yang tajam, tapi tersirat gurat kecewa di sana. Lebih tepatnya perasaan cemburu yang kembali mencuat. Ah, jadi teringat dengan kejadian tadi malam dimana Ivana p
****Setelah melewati dua hari di Maldives, pagi itu Ivana mengajak Edgar untuk melihat matahari terbit dipantai. Dia sengaja' membangunkan suaminya pagi-pagi buta."Hubby, ayo bangun," bisik Ivana pada suaminya sambil mengecup pipi lelaki itu dengan lembut.Merasakan sentuhan dipipi dan wajahnya, lelaki itu pun membuka matanya perlahan. Dia melihat sang istri sedang tersenyum padanya, bibir wanita itu tampak merah, sepertinya Ivana memakai make up. Bahkan istrinya itu masih memakai pakaian tidur."Sayang? Kau memakai make up? Kau mau kemana sepagi ini, hem?" ucap Edgar seraya bertanya pada istrinya dengan terheran."Ayo, kita akan melihat matahari terbit! Sebelumnya kita melihat matahari terbenam, sekarang giliran kita melihat matahari terbitnya!" seru Ivana dengan senyuman semangat dibibirnya. Edgar balas tersenyum lembut, dia menyentuh pipi istrinya dengan lembut.Seketika senyumannya menghilang saat dia merasakan pipi istrinya terasa dingin."Sweetheart, tubuhmu dingin? Apa kau tid
Selagi para pria berada diluar, Aileen dan Laura berasa didalam ruangan itu untuk mengobrol. Banyak sekali hal yang ingin Laura katakan pada Aileen."Aileen, aku sangat sangat berterima kasih kepadamu. Jika bukan karena kau, Levin, mama Sara dan yang lainnya pasti tidak akan memberiku kesempatan kedua. Terimakasih, karena kau sudah sudi memaafkan semua kesalahanku."Laura mengenggam tangan Aileen, matanya berkaca-kaca penuh haru saat menatap wanita berhati mulia dihadapannya ini. Wanita yang sudi memaafkan semua kesalahannya dan memberikan kesempatan kedua. Dia merasa bersalah, karena selama ini sudah mencelakai Aileen dengan mengambil kebahagiaannya."Aku menyesal, kenapa aku merebut Levin dari-"SsttAileen langsung meletakkan jari telunjuknya pada bibir Laura, dia menggelengkan kepalanya dan meminta Laura untuk tidak melanjutkan perkataannya."Jangan bahas masa lalu kak. Jangan menyesali apa yang sudah terjadi. Mungkin ini adalah takdir Tuhan untuk kita. Takdir kakak bersama Levin
Sekarang semua keluarga Denvier sudah berkumpul di rumah sakit, termasuk Aldrich yang berada di Amerika. Dia terbang secepat mungkin ke Paris, setelah mendengar berita tentang ibunya yang koma.Aileen dan Aldrich sangat sedih begitu mengetahui ibu mereka sakit parah dan sekarang wanita yang melahirkan mereka itu sedang bertaruh nyawa di dalam ruangan tempatnya berada."Kenapa papa tidak memberitahuku dan Aldrich kalau mama sakit? Kenapa Pa?" jerit Aileen dengan berurai air mata, dia terlihat terguncang mendengar ibunya sakit. Edgar sendiri terlihat diam, pria paruh baya itu masih tampak syok. Sejak 2 hari yang lalu istrinya terbaring koma."Ai, jangan salahkan papa. Mama yang meminta papa dan kami untuk merahasiakan ini darimu dan Aldrich. Mama tidak mau kau dan Aldrich kepikiran," ucap Arion jelaskan kepada adiknya untuk tidak menyalahkan Papanya lagi. Karena, yang paling terguncang dengan keadaan ibu mereka adalah ayah mereka.Lihat saja, Edgar
Setelah istrinya disuntikan obat-obatan, tak lama kemudian Ivana langsung tidak sadarkan diri. Denyut jantungnya melemah, ternyata tubuh Ivana tidak merespon dengan baik kemoterapi kedua ini. Dia langsung berikan penolakan dan saat itu juga Ivana berada dalam keadaan kritis. Dia tidak sadarkan diri dan dokter mengatakan kalau dia sedang koma.Edgar menangis meraung-raung, tak percaya dengan fakta ini. Dia bahkan menyesali keputusannya membujuk Ivana kemoterapi kedua."Istriku masih bisa sadar kan, dok? Katakan padaku, sialan!" teriak Edgar kepada dokter Wayne, dengan berurai air mata."Saya tidak yakin, Pak." Wayne menatap Ivana yang tak sadarkan diri diatas ranjang tersebut dengan alat-alat medis yang terpasang ditubuhnya, untuk menopang kehidupannya.Edgar dapat menangkap kepasrahan pada perkataan Wayne, dan dia tidak menerima itu. Edgar langsung menarik jas dokter milik Wayne dengan kasar."Jangan bicara seperti itu. Katakan yang jelas! Kau ini adalah dokter spesialis kanker terbai
Disaat Aileen sedang dalam perjalanan menuju ke London bersama suaminya, Ivana sedang berjuang melawan efek kemoterapi yang luar biasa menyerang anggota tubuhnya. Dia kesakitan, berkeringat, mual, muntah, mudah lelah, rambut rontok, imunitas tubuh menurun drastis.Terkadang Ivana ingin menyerah, tapi dia tidak tega melihat suami, anak sulung dan menantu perempuannya yang berusaha agar dia sembuh. Hari ini Ivana akan melakukan kemoterapi yang kedua, Edgar, Emily dan Arion berharap agar keadaan Ivana segera membaik."Sweetheart, tenanglah...aku ada disini."Ivana tersenyum lembut pada suaminya, dia membalas genggaman tangan suaminya dengan lembut. Wanita yang rambutnya sudah dipotong pendek itu, menatap sang suami dengan sendu."Aku akan baik-baik saja, aku akan kuat demi dirimu dan anak-anak. Tapi jika aku-""Kau akan baik-baik saja. Jangan katakan apapun, sweetheart!" sela Edgar sambil mengecup pipi Ivana dengan penuh kasih sayang. Matanya penuh cahaya pengharapan, dia berharap istrin
Edgar tak henti merutuki dirinya dalam hati, dia sangat menyesal sudah berpikiran yang bukan-bukan terhadap istrinya. Tanpa ia ketahui selama 1 bulan ini, Ivana menyimpan kesedihan dan penderitaannya seorang diri.Dia paham, kenapa Ivana sampai menyembunyikan hal sebesar ini dari semua orang? Itu semua karena sifatnya, yang tidak ingin semua orang menjadi khawatir kepadanya."Pa, aku akan menghubungi Aileen dan Aldrich.""Jangan, A."Suara Ivana terdengar lirih, namun membuat kedua pria itu terkejut mendengarnya. Mereka melihat ke arah wanita yang terbaring diatas ranjang itu. Dia perlahan mulai membuka matanya."Sweetheart, kau sudah siuman?" Edgar mendekati wajah sang istri dengan berlinang air mata. Ivana tahu, pasti Edgar dan Arion seperti ini karena mereka sudah tahu tentangnya.Bibir Ivana mengulum senyuman yang memperlihatkan ketegaran. Hebatnya wanita itu bahkan tidak menangis didepan suami dan putra sulungnya. Dia tidak mau terlihat lemah di depan orang-orang yang dia cintai.
Siapa yang tidak mau dicintai secara ugal-ugalan dan diratukan oleh suaminya sendiri? Ya, itulah yang dirasakan oleh Aileen saat ini. Apa-apa Leon, ini itu Leon, segala keinginannya yang kadang aneh-aneh juga terpenuhi oleh suaminya.Punya suami tampan, kaya, baik, walaupun agak dingin, tapi perhatian adalah berkah terindah dari Tuhan yang Aileen dapatkan. Plus, suaminya memang cinta pertama Aileen dari zaman kanak-kanak."Ayo ganti bajumu. Aku akan mengantarmu ke kampus," kata Leon kepada sang istri sambil membawakan piring cucian ke wastafel untuk dia cuci.Aileen langsung menggelengkan kepalanya. "Eh? Tidak perlu. Aku bisa pergi sendiri. Kata Pak Evan, kau ada rapat penting dan kau haru bersiap. Kalau kau mengantarku, kau akan terlambat!""Tidak ada pergi sendiri Baby. Aku akan mengantarmu dulu sampai ke kampus, lalu pergi ke kantor," sahut Leon sambil menggerakkan tangannya untuk mencuci piring. Dia meletakkan piring cuciannya pada tempatnya j
Perubahan Ivana akhir-akhir ini membuat Edgar curiga dan meminta seseorang untuk menyelidiki Ivana. Istrinya itu tak lagi bersikap mesra padanya, apalagi setiap kali Edgar mengajak Ivana berhubungan intim. Wanita itu selalu menolaknya dengan berbagai alasan. Kini semua kecurigaan Edgar terkuak saat orang suruhannya menyerahkan beberapa foto yang menunjukkan kebersamaan Ivana bersama seorang pria bernama Wayne yang merupakan seorang dokter disebuah rumah sakit."Kenapa kau tega melakukan ini padaku, Ivana? Apa karena aku sudah tua? Jadi aku tidak bisa memuaskanmu lagi?" cecar Edgar murka, setelah dia melempar foto-foto itu ke wajah istrinya.Ivana melihat foto-foto yang menunjukkan kedekatannya dan Wayne di sana, foto-foto tersebut menunjukkan banyak layar rumah sakit. Hatinya berdebar, dia takut kalau suaminya akan tahu apa yang dia lakukan di rumah sakit itu."Aku tidak pernah selingkuh darimu, Hubby.""Persetan dengan semua yang kau katakan! Buktinya sudah ada didepan mata. Kau seri
****Sakit hati Laura diabaikan oleh suaminya seperti itu. Disaat dia sudah menyadari semua kesalahannya dan dia tidak mau berpisah dari Levin, meskipun nanti bayi mereka sudah lahir ke dunia.Dia berusaha untuk kembali meraih kepercayaan Levin kembali, tapi nyatanya tidak mudah. Levin malah semakin menjauh darinya. Lelaki itu hanya perhatian kepadanya saat bersama keluarganya saja. Bicara pun seperlunya."Aku harus meminta maaf pada Aileen dan mengakui semua kesalahanku. Aku belum sempat bertemu dengannya dan meminta maaf. Aku akan mengakui segalanya pada Aileen," gumam Laura sambil mengusap basah disudut matanya."Laura, kau sedang apa di sini nak? Apa kau tidak ikut dengan Levin?" Sara menghampiri menantunya yang sedang berada di dapur seorang diri."Ah.. tidak Ma. Aku lelah, jadi aku di rumah saja."Suara Laura yang terdengar serak itu menimbulkan kecurigaan Sara. Dia merasa Laura sedang menangis, karena Laura bahkan tak berani melihatnya, menunjukkan wajahnya."Laura, kau kenapa