Beberapa saat yang lalu, Edgar baru saja keluar dari kamar mandi. Pria itu hanya mengenakan handuk kekecilan yang ada di sana. Sial, Edgar lupa meminta handuk atau bathrobe yang besar untuknya. Alhasil dia hanya menggunakan handuk yang ada saja.Begitu ia keluar dari kamar mandi dan membuka pintunya, dia terkejut Bukan main, saat melihat seorang wanita muda. berada dihadapannya."Aaakhh!" wanita muda yang sedang memegang lap pel itu langsung berteriak, begitu melihat sosok Edgar yang bertelanjang dada saja.Karena panik, Wendy tanpa sengaja menginjak label yang dibawanya dan dia terjatuh ke depan tubuh Edgar. Akhirnya mereka berdua samasama jatuh ke lantai, dengan posisi Edgar yang berada di bawah tubuh Wendy.Edgar menunjukkan raut wajah jengkel dan kesal, dia tidak suka tubuhnya disentuh oleh wanita lain, dan Wendy tanpa sengaja menyentuhnya. Bahkan Wendy malah meraba-raba dada Edgar yang keras dengan beberapa otot-otot tercetak disana. Meski tubuh Edgar tidak segagah dulu, tapi lel
Marco dan Arion berlari cepat menyusul Aileen yang sudah setengah perjalanan menuju ke lantai dua. Bisa bahaya kalau Aileen sampai menganggu kedua orang tuanya. Kemungkinan terbesar adalah Marco yang bisa kehilangan pekerjaan."Sial! Bisa mati aku! Bonus tamat, pekerjaan ku juga tamat!" gumam Marco panik. Dia masih terus mengejar Aileen, karena ternyata anak itu cukup cepat berlari. Seakan memahami situasi, Arion juga ikut mengejar Aileen bersama dengan Marco.Sementara itu, didalam salah satu kamar di lantai 2. Edgar dan Ivana masih saling berpagutan panas. Bahkan keduanya sudah berada diatas ranjang, Edgar dalam posisi duduk dan memeluk Ivana, sedangkan Ivana berada diatas pangkuannya duduk bak koala. Mereka terbawa ke dalam pusaran gairah yang membara. Lidah mereka saling melilit, mengecap dan melumat."Eungh-"Lenguhan Ivana saat berada didalam ciuman panas itu, bagaikan alunan musik yang merdu dan membuat libido Edgar semakin meningkat. Dia semakin menginginkan yang lebih.Puas
Edgar menatap putrinya yang saat ini sedang terdiam dan menatapnya juga. Cukup lama gadis kecil itu terdiam, akhirnya Aileen menjawab pertanyaan papanya, tentang apa hubungan Ivana tersedak dan Harry."Ada salah satu temanku yang pernah mengatakan. Kalau kita tersedak sebanyak dua kali selama satu hari, maka orang itu sedang memikirkan seseorang yang disukainya. Dan Ai rasa, kalau saat ini Mama sedang memikirkan daddy dokter! Mama kan suka sama daddy dokter," kekeh Aileen dengan polosnya yang tanpa sadar membuat kedua orang tuanya bersitegang."Teori darimana itu sayang? Itu tidak benar. Ucapan temanmu itu salah, sayang!" Ivana menyanggah ucapan Aileen dan berkata bahwa semua ucapan temannya Aileen itu salah.Tidak berdasar!Ivana bisa merasakan bagaimana tatapan Edgar saat ini terhadapnya. Tatapan yang tajam, tapi tersirat gurat kecewa di sana. Lebih tepatnya perasaan cemburu yang kembali mencuat. Ah, jadi teringat dengan kejadian tadi malam dimana Ivana p
Anak laki-laki bermata hazel, yaitu mata dengan warna coklat bercampur kuning dan hijau. Dalam beberapa kasus, warna mata hazel berwarna abu-abu, biru, dan emas. Dia berhasil menyihir Aileen sampai tidak berkedip melihatnya. Wajahnya tampan, kulitnya putih bersih, dan Aileen paling menyukai matanya yang berwarna keemasan. Dia berhasil membuat perhatian Aileen sepenuhnya tertuju kepadanya."Kakak! Nama kakak siapa? Ayo kita berteman kak!" seru Aileen seraya memegang tangan anak laki-laki yang bertubuh tinggi dan usianya kurang lebih 10 tahun itu.Anak laki-laki itu menepis tangan Aileen, dengan wajah dingin dia menatap gadis kecil itu."Kakak...kenapa kakak tampan mirip dengan Arion!" tukas Aileen sebal. Dia merasa kakak tampan ini mirip dengan saudaranya yang dingin."Leon...yang sopan pada nona Aileen." Marco menegur putranya yang terlihat cuek dan terkesan tak sopan.Anak laki-laki bernama Leon itu terlihat cuek dan dingin. Dia bahkan tidak mau melihat ke arah Aileen yang mengajakn
Ucapan dan sikap Rick sungguh membuat Julia sakit hati, terlebih lagi dia dihina oleh wanita jalang selingkuhan suaminya. Sungguh, Julia seperti kehilangan harga dirinya sebagai seorang wanita ataupun seorang istri. Direndahkan sebegitu rendahnya oleh Rick yang sekarang sudah kembali kepada kebiasaan lamanya. Mabuk-mabukan dan bermain wanita, alias players.Ini semua berawal dari 3 bulan yang lalu, saat Rick dan Julia melakukan tes kesuburan. Disana mereka melihat hasil tes yang mengatakan bahwa Julia tidak bisa memiliki keturunan, rahimnya kering alias mandul. Rick tidak bisa menerima hal itu. Dia menginginkan seorang anak yang merupakan keturunannya, darah dagingnya dan Julia tidak bisa memberikan itu. Sejak saat itu Rick berubah, dia menjadi lebih buruk dari sebelumnya.Setelah berhasil mengusir wanita jalang itu, kini pasangan suami-isteri itu berada didalam apart mereka. Sepertinya biasa, Rick dan Julia kembali bertengkar."Beraninya kau mengusir wanita yang akan melahirkan anakku
"Kalau sudah besar nanti, apa kakak mau menikah denganku?"PRUT!Marco yang sedang meminum air, langsung menyemburkan airnya, begitu mendengar ucapan Aileen. Bukan hanya Marco yang terkejut mendengar itu, tapi semua orang yang ada di tempat duduk dua keluarga itu."Ai, kenapa kau berbicara seperti itu nak?" tanya Ivana dengan kening berkerut dan kedua alis yang terangkat ke atas."Aku ingin menikah dengan Kak Leon, ketika aku sudah dewasa nanti. Kak Leon sangat tampan seperti pangeran. Ai mau menikah dengan pangeran!" seru gadis kecil itu sambil tersenyum polos."Aku tidak mau menikah denganmu." Leon menjawab dengan sarkas dan dingin. Seketika Aileen langsung terperanjat mendengar jawaban yang menusuk ulu hatinya itu.Sementara para orang tua tidak menyangka bahwa Leon akan menjawab dengan serius tanpa filter dalam ucapannya."Kenapa tidak mau? Ai kan cantik dan imut!" cetus Aileen dengan percaya diri. Mata gadis kecil i
Kebingungan dan kegelisahan yang terlihat jelas di wajah Ivana, membuat Edgar khawatir dan penasaran. Sebenarnya apa yang sudah membuat istrinya gelisah seperti itu. Pesan apa yang diterimanya?"Ivana. Ada apa? Pesan dari siapa itu?" tanya Edgar seraya memegang bahu Ivana."Kak Harry." Wanita itu menjawab dengan jujur, dia tidak berbohong kepada Edgar. Hati Edgar tidak nyaman dengan nama Harry itu, tapi dia tetap berusaha untuk tetap tenang dan mengontrol emosinya."Ada apa? Apa ada masalah? Kenapa kau terlihat gelisah saat menerima pesannya?" tanya Edgar dengan nada bicara yang seperti menginterogasi."Tidak ada masalah. Hanya saja dia menelpon ku sebanyak 22 kali dan pesan 5 kali. Dia bilang dipesan itu, dia ingin mengajakku bertemu dan bicara." Ivana menjelaskan sejujurnya. Tanpa ada yang dia tutupi dari Edgar."Apa kau sudah menjawab pesannya?"Ivana menggelengkan kepala. "Baru mau ku balas.""Temuilah dia."Ivana mendongakkan kepala, begitu dia mendengar titah Edgar yang menyuruh
****Ketahuan sudah, bahkan sebelum Harry bicara. Ivana sudah mengatakannya lebih dulu, karena dia sudah mendengarnya malam itu. Dari sikap saja Ivana sudah tau bahwa Harry memang memiliki perasaan lebih kepadanya."Apa kak Harry mencintaiku?""Ya. Aku mencintaimu, Ivana." Harry akhirnya mengungkapkan rasa yang tersimpan didalam hatinya selama ini. Dengan cara seperti ini, cara yang tidak dia inginkan dan sekarang Harry benar-benar takut akan jawaban yang akan diberikan oleh Ivana.Ivana mengambil napas dalam-dalam, dia memejamkan matanya sekejap. Kemudian dia berkata, "Kak, sebelumnya aku sangat berterimakasih atas perasaan kakak padaku. Jujur saja, sebenarnya aku kaget mengetahui ini. Sebab kupikir kakak hanya menganggapku sebagai adik kakak. Tapi...aku minta maaf kak. Aku tidak bisa menerima perasaan kakak," ucap wanita itu dengan lembut dan berat hati. Dia harus menolak perasaan Harry.Harry terkejut, hatinya sakit seperti di tusuk tusuk berkali-kali. Dia memang sudah menduga, jik
****Setelah melewati dua hari di Maldives, pagi itu Ivana mengajak Edgar untuk melihat matahari terbit dipantai. Dia sengaja' membangunkan suaminya pagi-pagi buta."Hubby, ayo bangun," bisik Ivana pada suaminya sambil mengecup pipi lelaki itu dengan lembut.Merasakan sentuhan dipipi dan wajahnya, lelaki itu pun membuka matanya perlahan. Dia melihat sang istri sedang tersenyum padanya, bibir wanita itu tampak merah, sepertinya Ivana memakai make up. Bahkan istrinya itu masih memakai pakaian tidur."Sayang? Kau memakai make up? Kau mau kemana sepagi ini, hem?" ucap Edgar seraya bertanya pada istrinya dengan terheran."Ayo, kita akan melihat matahari terbit! Sebelumnya kita melihat matahari terbenam, sekarang giliran kita melihat matahari terbitnya!" seru Ivana dengan senyuman semangat dibibirnya. Edgar balas tersenyum lembut, dia menyentuh pipi istrinya dengan lembut.Seketika senyumannya menghilang saat dia merasakan pipi istrinya terasa dingin."Sweetheart, tubuhmu dingin? Apa kau tid
Selagi para pria berada diluar, Aileen dan Laura berasa didalam ruangan itu untuk mengobrol. Banyak sekali hal yang ingin Laura katakan pada Aileen."Aileen, aku sangat sangat berterima kasih kepadamu. Jika bukan karena kau, Levin, mama Sara dan yang lainnya pasti tidak akan memberiku kesempatan kedua. Terimakasih, karena kau sudah sudi memaafkan semua kesalahanku."Laura mengenggam tangan Aileen, matanya berkaca-kaca penuh haru saat menatap wanita berhati mulia dihadapannya ini. Wanita yang sudi memaafkan semua kesalahannya dan memberikan kesempatan kedua. Dia merasa bersalah, karena selama ini sudah mencelakai Aileen dengan mengambil kebahagiaannya."Aku menyesal, kenapa aku merebut Levin dari-"SsttAileen langsung meletakkan jari telunjuknya pada bibir Laura, dia menggelengkan kepalanya dan meminta Laura untuk tidak melanjutkan perkataannya."Jangan bahas masa lalu kak. Jangan menyesali apa yang sudah terjadi. Mungkin ini adalah takdir Tuhan untuk kita. Takdir kakak bersama Levin
Sekarang semua keluarga Denvier sudah berkumpul di rumah sakit, termasuk Aldrich yang berada di Amerika. Dia terbang secepat mungkin ke Paris, setelah mendengar berita tentang ibunya yang koma.Aileen dan Aldrich sangat sedih begitu mengetahui ibu mereka sakit parah dan sekarang wanita yang melahirkan mereka itu sedang bertaruh nyawa di dalam ruangan tempatnya berada."Kenapa papa tidak memberitahuku dan Aldrich kalau mama sakit? Kenapa Pa?" jerit Aileen dengan berurai air mata, dia terlihat terguncang mendengar ibunya sakit. Edgar sendiri terlihat diam, pria paruh baya itu masih tampak syok. Sejak 2 hari yang lalu istrinya terbaring koma."Ai, jangan salahkan papa. Mama yang meminta papa dan kami untuk merahasiakan ini darimu dan Aldrich. Mama tidak mau kau dan Aldrich kepikiran," ucap Arion jelaskan kepada adiknya untuk tidak menyalahkan Papanya lagi. Karena, yang paling terguncang dengan keadaan ibu mereka adalah ayah mereka.Lihat saja, Edgar
Setelah istrinya disuntikan obat-obatan, tak lama kemudian Ivana langsung tidak sadarkan diri. Denyut jantungnya melemah, ternyata tubuh Ivana tidak merespon dengan baik kemoterapi kedua ini. Dia langsung berikan penolakan dan saat itu juga Ivana berada dalam keadaan kritis. Dia tidak sadarkan diri dan dokter mengatakan kalau dia sedang koma.Edgar menangis meraung-raung, tak percaya dengan fakta ini. Dia bahkan menyesali keputusannya membujuk Ivana kemoterapi kedua."Istriku masih bisa sadar kan, dok? Katakan padaku, sialan!" teriak Edgar kepada dokter Wayne, dengan berurai air mata."Saya tidak yakin, Pak." Wayne menatap Ivana yang tak sadarkan diri diatas ranjang tersebut dengan alat-alat medis yang terpasang ditubuhnya, untuk menopang kehidupannya.Edgar dapat menangkap kepasrahan pada perkataan Wayne, dan dia tidak menerima itu. Edgar langsung menarik jas dokter milik Wayne dengan kasar."Jangan bicara seperti itu. Katakan yang jelas! Kau ini adalah dokter spesialis kanker terbai
Disaat Aileen sedang dalam perjalanan menuju ke London bersama suaminya, Ivana sedang berjuang melawan efek kemoterapi yang luar biasa menyerang anggota tubuhnya. Dia kesakitan, berkeringat, mual, muntah, mudah lelah, rambut rontok, imunitas tubuh menurun drastis.Terkadang Ivana ingin menyerah, tapi dia tidak tega melihat suami, anak sulung dan menantu perempuannya yang berusaha agar dia sembuh. Hari ini Ivana akan melakukan kemoterapi yang kedua, Edgar, Emily dan Arion berharap agar keadaan Ivana segera membaik."Sweetheart, tenanglah...aku ada disini."Ivana tersenyum lembut pada suaminya, dia membalas genggaman tangan suaminya dengan lembut. Wanita yang rambutnya sudah dipotong pendek itu, menatap sang suami dengan sendu."Aku akan baik-baik saja, aku akan kuat demi dirimu dan anak-anak. Tapi jika aku-""Kau akan baik-baik saja. Jangan katakan apapun, sweetheart!" sela Edgar sambil mengecup pipi Ivana dengan penuh kasih sayang. Matanya penuh cahaya pengharapan, dia berharap istrin
Edgar tak henti merutuki dirinya dalam hati, dia sangat menyesal sudah berpikiran yang bukan-bukan terhadap istrinya. Tanpa ia ketahui selama 1 bulan ini, Ivana menyimpan kesedihan dan penderitaannya seorang diri.Dia paham, kenapa Ivana sampai menyembunyikan hal sebesar ini dari semua orang? Itu semua karena sifatnya, yang tidak ingin semua orang menjadi khawatir kepadanya."Pa, aku akan menghubungi Aileen dan Aldrich.""Jangan, A."Suara Ivana terdengar lirih, namun membuat kedua pria itu terkejut mendengarnya. Mereka melihat ke arah wanita yang terbaring diatas ranjang itu. Dia perlahan mulai membuka matanya."Sweetheart, kau sudah siuman?" Edgar mendekati wajah sang istri dengan berlinang air mata. Ivana tahu, pasti Edgar dan Arion seperti ini karena mereka sudah tahu tentangnya.Bibir Ivana mengulum senyuman yang memperlihatkan ketegaran. Hebatnya wanita itu bahkan tidak menangis didepan suami dan putra sulungnya. Dia tidak mau terlihat lemah di depan orang-orang yang dia cintai.
Siapa yang tidak mau dicintai secara ugal-ugalan dan diratukan oleh suaminya sendiri? Ya, itulah yang dirasakan oleh Aileen saat ini. Apa-apa Leon, ini itu Leon, segala keinginannya yang kadang aneh-aneh juga terpenuhi oleh suaminya.Punya suami tampan, kaya, baik, walaupun agak dingin, tapi perhatian adalah berkah terindah dari Tuhan yang Aileen dapatkan. Plus, suaminya memang cinta pertama Aileen dari zaman kanak-kanak."Ayo ganti bajumu. Aku akan mengantarmu ke kampus," kata Leon kepada sang istri sambil membawakan piring cucian ke wastafel untuk dia cuci.Aileen langsung menggelengkan kepalanya. "Eh? Tidak perlu. Aku bisa pergi sendiri. Kata Pak Evan, kau ada rapat penting dan kau haru bersiap. Kalau kau mengantarku, kau akan terlambat!""Tidak ada pergi sendiri Baby. Aku akan mengantarmu dulu sampai ke kampus, lalu pergi ke kantor," sahut Leon sambil menggerakkan tangannya untuk mencuci piring. Dia meletakkan piring cuciannya pada tempatnya j
Perubahan Ivana akhir-akhir ini membuat Edgar curiga dan meminta seseorang untuk menyelidiki Ivana. Istrinya itu tak lagi bersikap mesra padanya, apalagi setiap kali Edgar mengajak Ivana berhubungan intim. Wanita itu selalu menolaknya dengan berbagai alasan. Kini semua kecurigaan Edgar terkuak saat orang suruhannya menyerahkan beberapa foto yang menunjukkan kebersamaan Ivana bersama seorang pria bernama Wayne yang merupakan seorang dokter disebuah rumah sakit."Kenapa kau tega melakukan ini padaku, Ivana? Apa karena aku sudah tua? Jadi aku tidak bisa memuaskanmu lagi?" cecar Edgar murka, setelah dia melempar foto-foto itu ke wajah istrinya.Ivana melihat foto-foto yang menunjukkan kedekatannya dan Wayne di sana, foto-foto tersebut menunjukkan banyak layar rumah sakit. Hatinya berdebar, dia takut kalau suaminya akan tahu apa yang dia lakukan di rumah sakit itu."Aku tidak pernah selingkuh darimu, Hubby.""Persetan dengan semua yang kau katakan! Buktinya sudah ada didepan mata. Kau seri
****Sakit hati Laura diabaikan oleh suaminya seperti itu. Disaat dia sudah menyadari semua kesalahannya dan dia tidak mau berpisah dari Levin, meskipun nanti bayi mereka sudah lahir ke dunia.Dia berusaha untuk kembali meraih kepercayaan Levin kembali, tapi nyatanya tidak mudah. Levin malah semakin menjauh darinya. Lelaki itu hanya perhatian kepadanya saat bersama keluarganya saja. Bicara pun seperlunya."Aku harus meminta maaf pada Aileen dan mengakui semua kesalahanku. Aku belum sempat bertemu dengannya dan meminta maaf. Aku akan mengakui segalanya pada Aileen," gumam Laura sambil mengusap basah disudut matanya."Laura, kau sedang apa di sini nak? Apa kau tidak ikut dengan Levin?" Sara menghampiri menantunya yang sedang berada di dapur seorang diri."Ah.. tidak Ma. Aku lelah, jadi aku di rumah saja."Suara Laura yang terdengar serak itu menimbulkan kecurigaan Sara. Dia merasa Laura sedang menangis, karena Laura bahkan tak berani melihatnya, menunjukkan wajahnya."Laura, kau kenapa