Share

Part 32. Wajah Devina Murung

last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-17 01:22:37

Mata Devina tampak berbinar menatap layar ponsel. Seulas senyum pun terukir manis di bibir tipis merah jambu itu. Dia tampak menyisir pandangannya terutama ke arah pintu kamar utama.

"Halo, Oom Ganteng," sapa Devina ramah, tapi sambil berbisik. Tanpa memanggil Ratna, dia putuskan mengangkat telepon dari Arjuna. Ada semilir kenyamanan di hati Devina jika berurusan dengan berparas tampan ini.

"Hai, Cantik. Kok bisik-bisik? Mama mana?" Arjuna tak kalah ramahnya dalam berujar dengan Devina.

"Jangan keras-keras, Om. Nanti mama dengar. Mama lagi di kamar mandi. Mama nggak tahu kalau Nana angkat. Oom jangan bilang-bilang mama, ya!" ancam Devina, tetap dengan berbisik dia menjelaskan.

Supaya selaras dengan Devina, Arjuna pun menyahuti dengan ikut berbisik. "Hmm … begitu. Okeey, Oom janji. Nana lagi apa?"

"Lagi nonton aja, Om. Oh iya, Oom ganteng, weekend ini Nana sama mama mau pulang kampung lho," pamer Devina semangat.

"Wah, ada keperluan apa memangnya di kampung, Na?"

"Nggak ada sih, Om. Cu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 33. Mobil Berjarak Tiga Meter

    Setelah mengunci pintu utama, barulah Ratna sadar kalau putri cantiknya itu sedang tidak baik-baik saja. Devina tertunduk dalam. Dia berdiri di pojok teras. Dia pun menghampiri Devina."Nana … kenapa? Kok jadi nggak semangat seperti ini?" Ratna bertekuk lutut dan memegang kedua tangan mungil putri tercinta."Nana nggak kenapa-kenapa, kok, Ma." Suara pelan sedikit serak pun terdengar. Bersamaan dengan bulir bening yang jatuh. Tak bisa dicegah lagi, air mata yang menggenangi luruh juga. Tangisnya pecah.Tanpa bertanya lagi, Ratna pun memeluk erat tubuh Devina yang cukup berisi ini. Dia berikan pelukan hangat yang senyaman mungkin. Tak berapa lama, saat isakan tangis Devina mulai reda, barulah Ratna melepaskan pelukannya seraya mengusap pelan air mata yang masih tersisa di pipi mulus Devina."Ada yang salah dengan mama, Na? Apa Devina marah karena mama desak tadi?" Ratna mencoba menerka-nerka. Ratna memang sedikit panik, karena takut kesiangan sampai di Bandung. Apalagi jika menggunakan t

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-18
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 34. Dicegat Sebelum Masuk Mobil

    Satu jam perjalanan, Arjuna menepikan mobil sportnya di sebuah restoran. Meski Ratna meminta untuk tidak mampir, Arjuna tetap bersikeras. Tentu, bukan tanpa alasan Ratna menolak. Selain terkesan merepotkan, Ratna ada sesuatu yang dia takutkan.Mobil yang mengikuti mobil Arjuna pun ikut menepi. Dia memarkir agak terpisah oleh empat kendaraan lainnya. Tak lama Arjuna, Ratna, dan Devina masuk. Dia pun ikut masuk ke dalam restoran itu. Hanya saja dia memilih untuk duduk di lantai satu, sedangkan Ratna, Arjuna, dan Devina memilih menikmati hidangan di lantai dua."Nana mau makan apa? Pesan aja! Biar kenyang dalam perjalanan apalagi Jakarta-Bandung macet kalau akhir pekan begini," jelas Arjuna saat Devina membaca buku menu yang diberikan pelayan.Devina memperlihatkan tanda oke dengan tangan kanannya pada Arjuna. Tak lupa senyuman manis selalu tersematkan saat dia menatap Arjuna. "Oke, Oom ganteng. Nana sih nggak masalah macet, biar bisa lama-lama di perjalanan," celetuk Devina polos tanpa

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-18
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 35. Mencari Cara Lain

    Pergerakan Arjuna dan Ratna hampir bersamaan berhenti. Kemudian, mereka sama-sama menoleh ke sumber suara tak jauh terdengar di belakang. Mata keduanya terbelalak sempurna menatap lelaki berpakaian serba hitam itu yang perlahan membuka kacamata dan masker secara bergantian."Mas Bram," sentak Ratna kaget bukan main. Dia melirik pada Arjuna. Mereka beradu pandang."Bram? Kenapa dia bisa di sini?" Arjuna turut bertanya-tanya meski dalam batin saja.Bram berjalan mendekat dengan seulas senyum yang sulit diartikan. Gurat wajahnya tampak lentur tak mengisyaratkan amarah sama sekali.Ratna berusaha bersikap biasa-biasa saja. Meski kehadiran Bram sangat tidak dia inginkan saat ini. "Mas Bram juga di sini?" tanya Ratna."Ya, seperti yang kamu liat, Rat," sahutnya sembari melirik Ratna dan Arjuna bergantian."Suatu kebetulan ya, Pak. Kita bisa bertemu di sini," tambah Bram kemudian."Ya … kebetulan yang pas," balas Arjuna santai."Anda itu manusia licik Arjuna, berkedok pahlawan di depan Ratna

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-19
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 36. Hatinya Terbakar Api Cemburu

    Melihat Devina mengalihkan pandangan pada Ratna, Bram pun seolah paham."Bisa banget kamu ngambil kesempatan ini, Mas!" umpat Laras dalam hati. Kehadiran Bram sangat mengganggu relung hatinya. Dan, bukan semata karena ada Arjuna."Gimana, Rat? Boleh aku ajak Devina makan siang bareng? Mumpung juga soalnya," ucap Bram dengan nada memelas. Parahnya, dia malah tidak menawari Ratna dan Arjuna untuk ikut. Bram melirik sekilas pada Arjuna. Mata keduanya beradu pandang, penuh arti."Ya, nggak masalah kalau hanya sekedar makan siang, Mas. Soalnya aku juga mau istirahat lepas itu," sahut Ratna agak berat.Perempuan manapun memang akan sulit melupakan apa yang pernah diperbuat oleh orang yang pernah dia sayang. Menerima pasangannya dari bukan siapa-siapa, menerima pahit saat bersama, serta perlakuan mertua yang seenak hati saat anaknya sukses, memang butuh waktu untuk melupakan perlakuan buruk itu semua. Terlebih hal itu sangat menyakitkan bagi Ratna, dia terima setiap hari selama bertahun-tahu

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-21
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 37. Dia Pengganggu

    Bram kembali meletakkan ponselnya, urung menggubris panggilan video call istri sirinya itu."Kok tidak diangkat video callnya, Pa? Biar Tante Laura tahu kalau papa lagi sama Nana." Celetukan Devina membuat Bram terbatuk."Nanti aja Papa video callnya. Papa lagi nggak mau diganggu siapa-siapa." Bram beralasan supaya Devina merasa bahagia. Namun, yang terjadi ucapan Devina malah menyerang batin Bram"Ooo … jadi Tante Laura itu pengganggu ya, Pa? Tapi kenapa papa lebih memilih Tante Laura ketimbang mama?"Wajah Bram memerah bagai udang rebus. "Sudah, Devina. Kita nggak usah bahas Tante Laura ya! Kamu lanjutin aja makannya!" pinta Bram mengalihkan topik.Devina tak lagi protes, dia lanjut menikmati hidangan."Papa boleh tanya sesuatu nggak sama Devina?" Bram kembali bersuara setelah beberapa menit hening tanpa suara."Papa mau tanya soal apa?""Devina kok manggil Bapak Arjuna dengan sebutan Oom Ganteng sih? Kenapa nggak manggilnya Om Arjuna aja?" tanya Bram penasaran."Kan Oomnya emang gan

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-21
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 38. Kafe Hotel

    Ratna menjauhkan ponselnya untuk melihat jam di layar ponselnya yang sudah menunjukkan pukul delapan malam."Boleh, Mas. Tapi aku nggak bisa lama-lama.""Setengah jam aja paling. Aku tunggu di dekat lift!"Sambungan telepon berakhir atas persetujuan kedua belah pihak.Selang beberapa menit keduanya hampir bersamaan keluar dari kamar masing-masing yang kebetulan bersebelahan."Gimana Devina? Jam berapa tadi tidurnya, Rat?" tanya Bram membuka pembicaraan setelah keduanya memesan minuman."Aman aja. Lepas Magrib dia udah tidur kok, Mas!""Oh, sudah sejak tadi aku pikir baru tidur.""Devina kalau kecapekan emang begitu. Cepat tidurnya."Seorang pelayan perempuan datang dengan sebuah nampan di tangannya, secangkir kopi hitam dan lemon tea hangat. Kemudian, dia menaruh di atas meja."Terus, Bram gimana? Dia ada hubungi kamu?" tanya Arjuna penasaran."Aku nggak ngecek sih. Kenapa emang, Mas?""Nggak cuma nanya aja."Keduanya tampak canggung seperti orang kehilangan bahan pembicaraan."Diminum

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-22
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 39. Nikah Secara Negara

    Bram menatap Laura dengan tatapan kurang suka. Dia memang sengaja berkutat di depan laptop guna menghindari perbincangan lebih dalam dengan Laura. Badannya yang di rumah tapi pikirannya menerawang ke Ratna yang masih berada di Bandung.Bram seolah membayangkan Ratna bermesraan dengan Arjuna seperti yang pernah dia lakukan sewaktu memperkenalkan Laura pada mantan istrinya itu."Kok kamu gitu natap aku, Mas? Kayaknya kemarin itu cuma pura-pura ya! Jangan-jangan kamu lagi ngerencanain sesuatu?" tuduh Laura tanpa tembakan meleset. Laura tak suka berbasa-basi kala moodnya sudah berantakan. "Lau, please. Jangan mancing-mancing masalah. Bisa nggak sedikit aja kamu ngertiin aku. Posisi aku di perusahaan itu Manajer, pasti sibuk. Nggak bakalan kenal sama waktu senggang. Kok kamu makin ke sini makin riweh.""Mas, sibuk kamu yang mana nggak aku ngertiin. Lagian aku cuma minta waktu buat ngobrol aja. Emang nggak bisa? Dulu aja, kamu bela-belain telat pulang ke rumah demi bisa ngobrol sama aku. Se

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-23
  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 40. Alun-Alun Kota

    Darah Wati seolah berhenti mengalir. Bagai disambar petir tanpa aba-aba."Tidak, jangan sampai itu semua terjadi. Kenapa sekarang dia jadi bahas-bahas hamil? Bram gimana sih!" umpat Wati dalam hati."Iya, Ma. Kenapa emangnya? Kok kaget begitu?" Laura seolah peka dengan tingkah yang terlihat.Wati hanya berusaha mengulas senyum, "Mama pikir kamu sama Bram mau nunda dulu, apalagi Bram juga baru pisah sama Ratna. Berkasnya di pengadilan 'kan juga belum beres.""Ya nggak masalah kali, Ma. Aku hamilnya juga sembilan bulan, nggak mungkin juga dong selama itu beresin berkas di pengadilan.""Terus status anak kamu gimana nanti? Kalian 'kan nikahnya secara siri?""Ya nikah lagi dong, Ma. Abis semua urusan persuratannya beres di pengadilan. Nanti baru ajuin buat nikahan aku secara negara," sahut Laura enteng. Wati ngerasa dadanya semakin sesak hampir tak ada rongga untuk dia menghela napas."Apa nggak ditunda lagi aja dulu program hamilnya, Lau?" Wati tak bisa menahan diri, rasa ketakutan terla

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-24

Bab terbaru

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 199. Potrait Kebahagiaan

    Di pusara yang berhiaskan rumput jepang Lidya menangis sejadi-jadinya. Hari ini tepat satu bukan kepergian Santoso dan hari pertama Lidya diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Kondisi yang sangat parah membuat dirinya sering drop."Pi, aku menyesal. Sangat menyesal. Andai waktu itu aku mendengar kata Kak Sonia, pasti semua ini nggak akan kayak gini.""Pi, kenapa harus pergi dengan cara gini? Kenapa papi perginya nggak bawa aku sekalian aja?"Air mata Lidya mengalir deras tanpa jeda. Mata dan hidungnya merah. Suaranya pun terdengar parau. Dari jarak satu meter Sonia hanya diam membisu seraya menatap sendu adik bungsunya yang meratapi kepergian lelaki tercintanya."Sudah, Lid. Papi sudah tenang di sana. Nggak sakit lagi." Sonia akhirnya menghampiri tubuh ringkih adiknya yang memeluk pusara Santoso.Lidya yang tak sesehat dulu jelas membuat Sonia khawatir. Apalagi bagian kepalanya yang bocor akibat jatuh dari tangga sebulan yang lalu itu."Lepasin aku, Kak. Aku mau disini nemenin papi."

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 198. Mengutuk Diri

    Rumah kediaman Santoso yang biasanya lengang, kini ramai didatangi oleh para pelayat. Pagi hari, jenazah Santoso dibawa pulang, karena atas keinginan Shanti otopsi diberhentikan, mengingat Shanti tak ingin jenazah suaminya itu melewati lima waktu sholat. Shanti tak ingin jenazah suaminya itu masih merasakan siksa dunia.Sanak saudara, klien, dan rekan kerja Santoso dulu turut hadir memberi doa sebelum Santoso dikebumikan. Dalam keramaian para pelayat yang datang, belum tampak batang hidung Ratna dan Devina. Mereka baru pagi ini terbang ke Jogja setelah semalam diberitahu oleh Arjuna.Pukul sebelas siang, Ratna dan Devina sampai juga di rumah duka. Shanti memeluk tubuh Ratna dengan erat."Maaf jika aku membawa sial, Mi. Kalau aku tidak ada mungkin papi masih ada," sesal Ratna seraya berbisik pada Shanti."Ini takdir Yang Maha Kuasa. Kamu bukan pembawa sial. Melalui kamu, Allah menyadarkan mami dari maruknya harta dan tahta."Tapi, Mi ….""Sudah, Ratna. Kamu tidak perlu terus-terusan me

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 197. Duka Beruntun

    Santoso mengalihkan pandangannya ke arah Lidya yang tertunduk takut."Benar apa yang dikatakan mami kamu, Lidya?" tanya Santoso dengan lantang.Hening tanpa jawaban. Tak dijawab langsung membuat emosi Santoso membuncah."Lidya, jawab papi!" teriak Santoso. Emosi yang tak terkontrol membuat Santoso drop seketika. Tangan kanannya memegang dada."Aaauuu …," pekiknya bersamaan dengan jatuhnya tubuh berbobot cukup besar itu ke lantai. Arjuna yang tidak begitu memperhatikan Santoso kalah cepat menyambut tubuh papinya itu."Mas!" pekik Shanti."Papi …," teriak Lidya histeris.Arjuna memapah tubuh Santoso dan merebahkannya di sofa.Napas Santoso tersengal-sengal menahan sesak."Ngapain kamu bengong, Lidya. Cepat telepon dokter!" desak Shanti yang panik."Sini aku telpon, mana nomor hape dokternya," ucap Arjuna."Aku nggak hapal, Mas." Lidya berlari menuju lantai dua untuk mengambil ponselnya yang ada di kamar.Namun, saat dirinya berhasil mengambil ponsel dan menuruni anak tangga kurang hati-

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 196. Cuti Menjadi Dua Hari

    "Mami dan Mas Arjuna pasti nggak tahu 'kan kalau papi sakit parah.""Jantung 'kan?""Bukan," bantah Lidya."Lalu apa, Lid. Kamu daritadi setengah-setengah aja ngomongnya. Bikin makin panik," sungut Shanti yang sudah mulai kesal."Papi, sakit kanker paru-paru kata dokter, Mi."Shanti dan Arjuna saling menoleh heran."Kamu jangan asal ngomong ya? Mana mungkin papi kena kanker," protes Shanti. Menurut Shanti, suaminya itu tampak seperti biasanya. Tak ada tanda jika suaminya memginap penyakit yang berbahaya itu."Sudah, sekarang kamu balik ke Jogja, biar aku temui papi besok. Dan, cukup bersikap lancang sama Ratna. Dia itu hanya korban dan kamu tidak punya hak mencampuri semua ini."Lidya bangkit dari duduknya, lalu berdiri berhadapan dengan Arjuna."Tanpa Mas suruh pun aku akan pulang. Tak sudi tinggal disini dengan orang seperti mas dan mami. Egois!"Lidya menyentak dengan kasar saat membuka pintu dan menghempaskannya dengan keras saat menutupnya kembali."Biarkan saja, Ar. Lidya meman

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 195 Keduanya Terperangah!

    Lidya tersentak kaget ketika melihat sosok yang sempat dia cari sebelumnya tiba-tiba datang tanpa kode."Ngapain kamu kesini? Nggak ada sopan santunnya sama sekali!" serang Arjuna yang terlihat begitu marah pada adik bungsunya itu.Mendengar suara Arjuna berada di luar rumah, Ratna pun bergegas ke sumber suara."Mas, kamu kok bisa tahu Lidya disini?" tanya Ratna penasaran."Nggak usah sok nanya, dasar perempuan bermuka dua," geram Lidya melihat Ratna tiba-tiba nimbrung. Dipikiran Lidya, Ratna lah yang menghubungi Arjuna. Dan, sekarang malah seorang bertanya."Jaga mulut kamu, Lid. Sembarangan aja kalau bicara!" sergah Arjuna. "Aku minta maaf atas sikap Lidya sama kamu, Rat. Nanti malam aku ke sini lagi.""Kamu ikut aku sekarang!" Arjuna menarik kasar tangan Lidya untuk masuk ke dalam mobil.Selama ini Arjuna tidak pernah berkata kasar ataupun bersikap kasar pada saudara perempuannya itu. Namun, tingkah Lidya yang kelewatan batas, tak ada toleransi lagi.Ratna melepas kepergian Arjuna

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 194. Pemisah dan Pembunuh

    Lidya sedang berdiri di sebuah rumah yang baru saja dikunjungi Arjuna dan Shanti."Permisi!" seru Lidya di depan pagar.Mendengar suara tersebut, Ratna pun bergegas ke pintu utama. Dirinya sempat mengernyitkan dahi saat berhenti di ambang pintu utama."Itu siapa? Kok asing wajahnya," gumam Ratna."Permisi, Mbak," sapa Lidya lagi seraya mengulas senyum palsu.Ratna pun melanjutkan langkah menuju pagar."Ya, Mbak. Ada yang bisa dibantu?" tanya Ratna, sama tidak membukakan gembok pagar rumahnya untuk jaga-jaga.Wajah Lidya yang tadinya menampakkan kehangatan palsu, sekarang berubah drastis tepat saat Ratna berdiri di depannya yang hanya terbatas dengan pagar."Saya Lidya, adiknya Mas Arjuna. Saya ingin mengobrol dengan Anda!" ucapnya dengan lantang. Sorot matanya pun ikut menatap Ratna dengan tajam."Oh, boleh. Silakan masuk!" titah Ratna yang setelahnya membuka gembok.Lidya mengikut langkah Ratna saat masuk ke dalam rumah. Tak ada rasa takut apalagi kesal karena melihat wajah Lidya yan

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 193. Pergi Sebentar

    Gerbang didorong oleh Pak Kobir saat bunyi klakson memberi kode.Pak Kobir tidak langsung memberitahu Arjuna, dirinya beranggapan tak sopan jika sang Tuan belum duduk di dalam rumah. Arjuna dan Pak Sobri melakukan seperti kemarin saat mobil sudah berhenti di depan rumah, hal akan menjadi rutinitas sampai waktu tak ditentukan."Mami langsung istirahat saja ya. Aku ada urusan sebentar," pamit Arjuna setelah membopong tubuh Shanti ke peraduan."Mau kemana, Ar? Bukannya cuti," tanya Shanti heran."Ada perlu sebentar, Mi.""Iya, sebentarnya kemana? Nggak tenang mami nih, Ar. Kata kamu ada polisi yang ngejagain. Tapi kok mami nggak lihat dari kemarin kalau ada yang jaga berpakaian lengkap seperti biasanya.""Yang jaga kita nggak pake seragam, Mi. Sengaja biar nggak ketahuan sama orang-orangnya Mulyadi.""Tapi nggak ada juga yang berdiri di dekat rumah kita.""Mereka berdiri di suatu tempat dengan standby CCTV. Begitu juga tadi di rumah Ratna. Kalau terang-terangan dijaga, mana ada yang bera

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 192. Sekalian Tidak Usah Menikah!

    Benar saja, esok hari Lidya langsung terbang ke Jakarta, tentu saja berbohong pada Santoso. Alih-alih beralasan ada interview di luar kota. Meskipun Sonia sudah melarang tapi tetap saja Lidya berangkat dengan berbohong pada Santoso."Aku pergi interview dulu ya, Pi. Doakan berhasil," pamit Lidya seraya mencium punggung tangan Santoso."Pasti. Semoga kamu bisa lebih sukses dari Arjuna.""Tentu, Pi. Aku akan bikin papi bangga, nggak kayak Mas Arjuna."Sebelum pamit, Lidya memberi selembar kertas pada asisten rumah tangganya. Disana tertulis apa saja yang akan dilakukan asisten rumah tangganya serta jam minum obat. Tak lupa, Lidya meminta asisten mengabari dirinya jika ada kondisi darurat. Atau jika tidak ada respon, asisten rumah tangga diminta untuk menghubungi Sonia."Pak, ada Mas Arjuna?" tanya Lidya pada security yang bertugas. Lidya sampai di Jakarta pukul dua belas siang."Bapaknya baru saja pergi, Mbak Lid.""Sama mami juga?" Lidya ingin memastikan."Iya, sama nyonya juga.""Kira

  • Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu   Part 191. Disambut Saat Pulang

    Ponsel yang standby di tangannya, tak butuh lama bagi Arjuna membaca pesan yang dikirim oleh kakak kandungnya itu, meskipun dia hanya membaca lewat sekilas pemberitahuan di layar ponselnya."Mereka pikir aku akan gentar dengan ancaman ini. Cukup selama ini aku yang menjadi tameng menyelamatkan hidup keluarga. Namun, nggak berlaku lagi sekarang."Tanpa membuka pesan yang dikirim Sonia, Arjuna malah menghapus pesan yang Sonia serta memblokir nomor ponsel kakaknya itu dari whatsapp. Arjuna lebih memilih fokus pada kondisi Shanti daripada meladeni saudara kandungnya itu. Sebegitu kecewakah Arjuna sampai-sampai tak memberi celah?"Gimana, Kak? Sudah dibaca? Udah tiga jam lho ini." Lidya masih saja penasaran. Mereka tengah menikmati cemilan malam di balkon lantai dua."Belum. Sibuk atau bisa jadi sengaja nggak direspon.""Nggak direspon, berarti dia baca dong?""Tanda birunya nggak ada.""Apa Mas Arjuna menonaktifkan pertanda pesan yang masuk itu sudah dibaca?""Ya … nggak tau lah soal itu.

DMCA.com Protection Status