14Niat Sebastian untuk berkunjung sebentar, akhirnya batal. Pria yang mengenakan t-shirt abu-abu, tidak tega meninggalkan Dylan yang akan merengek jika dilepaskan dari gendongannya. Sepanjang siang itu Sebastian beristirahat di kamar tamu bersama Urfan. Mereka bergantian mengasuh Dylan, dan baru menyerahkan bayi tersebut pada Rinjani, saat Dylan hendak meminta ASI. Basman mengajak kedua pria tersebut untuk bersantap. Mereka duduk di kursi sekitar meja makan dan menikmati hidangan yang telah dipersiapkan Ambar dengan tergesa-gesa. "Nak Tian, Bapak boleh menanyakan sesuatu?" tanya Basman, sesaat setelah bersantap."Ya, Pak," jawab Sebastian. "Perusahaan Nak Tian bergerak di bidang apa?" "Ekspor import. Selain itu aku juga tengah merambah bisnis properti. Gabung sama teman-teman PG dan PC." "Properti, maksudnya perumahan?" "Betul, ada juga hotel, resor, gedung perkantoran, dan yang terbaru, rumah sakit." "Di mana itu lokasinya?" "Seluruh Indonesia, beberapa negara di Asia, Erop
15Ruangan di lantai 5 gedung PBK, siang itu terlihat ramai. Puluhan orang yang kompak mengenakan kemeja putih dan dasi biru polos, terlihat serius memerhatikan seorang pria berparas manis, yang tengah menerangkan beberapa hal penting. Wirya Arudji Kartawinata, sang penggagas CRYSTAL COMPANY, terlihat sangat percaya diri dalam memaparkan beberapa proyek, yang akan mereka kerjakan dalam waktu dekat.Sekali-sekali Wirya akan memintanya asisten keduanya, Dimas, untuk mengganti slide pada laptop yang dipantulkan menggunakan in focus. Puluhan menit terlewati, Wirya telah selesai mengoceh. Dia meminta Dimas mengemasi alat-alat, kemudian lampu utama kembali dinyalakan. "Kepada para pimpinan dan staf CRYSTAL, dipersilakan untuk maju," tukas Wirya, seusai berpindah ke dekat podium. Belasan orang berdiri dan jalan ke depan. Mereka berdiri dan berbaris rapi sesuai arahan Dimas, yang turut membantu memberikan beberapa mikrofon tanpa kabel pada kelima orang, yang berada paling dekat dengan pod
16Rasa canggung yang dirasakan Rinjani seketika sirna, saat dirinya disambut keluarga Anargya dengan ramah. Sebastian memperkenalkan Rinjani sebagai supervisor EO, yang nantinya akan terus bekerjasama dengan tim CRYSTAL, EXB, HMT AQUAMARINE, JGD dan PEARL.Keenam perusahaan yang disebutkan Sebastian, merupakan tempatnya menanamkan saham. Pria bermata tajam tersebut mengikuti langkah Farisyasa dan rekan-rekan PC lainnya. Yakni, akan membeli saham dari setiap perusahaan baru bentukan Wirya dan Alvaro. Sebastian meyakini, jika kedua petinggi PBK tersebut memiliki intuisi bisnis yang bagus. Hal itu dibuktikan dengan keberhasilan PBK, BPAGK, ZAMRUD, SG dan beberapa perusahaan baru yang ditangani Wirya serta Alvaro. "OMG! Bayinya lucu sekali," ujar Aline sembari mengambil Dylan dari gendongan Sebastian. "Namanya siapa, Kak?" tanyanya sambil memandangi Rinjani. "Dylan Daharyadika," sela Sebastian yang mengejutkan adiknya, karena kentara sekali Sebastian sangat mengenali pasangan Mama dan
17Malam beranjak larut. Acara di restoran hotel berakhir beberapa menit menjelang jam 10. Rinjani dan Fikri berpindah ke meja khusus panitia untuk berbincang dengan Jhonny serta tim EO. Tidak berselang lama, Sebastian menyambangi Rinjani. Dia mengajak perempuan yang menggelung rambutnya tinggi-tinggi tersebut, untuk segera menuju bungalo. Sebab membawa bayi, Urfan akhirnya menggunakan mobil bosnya untuk mengantarkan mereka ke deretan bungalo. Sebastian tidak turun di bungalo pertama di mana keluarganya menginap, melainkan tetap di mobil yang berhenti di depan bungalo nomor 14. Sebastian membuka pintu samping kiri sopir dan membantu Rinjani keluar dari pintu tengah. Dia mengambil Dylan dari gendongan Latifah, lalu bergegas memasuki bangunan yang pintunya telah dibukakan Rinjani. Sebastian mengayunkan tungkai menuju kamar terbesar. Dia membaringkan Dylan yang masih tidur, lalu menyelimuti bayi tersebut dengan rapi. Sebastian duduk di tepi kasur sambil merapikan rambut Dylan. Dia m
18"Aku cuma mau menyapa Ririn. Nggak boleh?" tanya Anton sambil mengerutkan dahinya. "Bukan nggak boleh, tapi, aneh aja. Tiba-tiba Mas mikirin dia, padahal kemaren-kemaren Mas nggak pernah kayak gitu!" geram Keisha. "Aku salah waktu itu, Kei. Harusnya aku tetap berkomunikasi dengannya." "Buat apa? Mau balikan?" "Enggak. Aku cuma ...." "Mas memang masih sayang ke dia, kan? Ngaku aja, deh!" "Kamu ngaco!" Keisha menggebrak meja. "Aku sudah feeling tentang ini, waktu Mas bilang mau ngasih dia bagian dari hasil jual rumah! Ternyata aku benar. Mas memang masih ngarepin dia!" "Kei, tenang dulu. Kita bicarakan ini baik-baik." Keisha tidak menyahut, melainkan berdiri dan jalan ke sofa untuk menyambar tasnya. "Kalau memang masih sayang, balik aja ke dia!" bentaknya sambil memelototi Anton. "Kamu pasti ngomong gitu kalau kita membahas Ririn." "Jelaslah! Mas memang plin-plan. Bilang cinta ke aku, tapi masih merhatiin dia!" "Aku malas berdebat." "Aku juga. Jadi lebih baik aku pergi.
19"Teh, apa kabar?" tanya Mirna Gastiadi, sambil menyalami mantan Kakak iparnya. "Kabar baik," jawab Rinjani sembari menarik tangannya. "Lagi belanja?" "Ya." Mirna memerhatikan ketiga orang yang berada di dekat Rinjani. Tatapannya terhenti pada bayi dalam gendongan pria bermata tajam. "Kami duluan, Mir," tutur Rinjani. "Ehm, ya. Salam buat keluarga Teteh," balas Mirna. Rinjani tidak menyahut dan hanya mengangguk. Dia memegangi lengan kanan Sebastian dan mengajak pria itu segera menjauh, dengan diikuti Urfan dan Latifah yang membawa tas belanja. Mirna terus mengamati kelompok itu. Dia penasaran dengan bayi yang digendong pria berkulit putih tadi. Mirna berniat untuk mencari tahu tentang itu, dan akan segera menanyai teman-temannya yang juga kenal dengan Rinjani. "Tadi itu, siapa?" tanya Sebastian, sesaat setelah mobil melaju keluar dari area parkir. "Mantan iparku," terang Rinjani. "Dia tinggal di Bogor juga?" "Setahuku, nggak. Mertuanya yang tinggal di sini. Nggak jauh da
20Wirya manggut-manggut, sesaat setelah mendengar penuturan Sebastian tentang peristiwa yang terjadi akhir pekan lalu, di kediaman Basman. Seperti halnya Sebastian, Wirya juga kaget, karena baru mengetahui jika Rinjani adalah mantan istrinya Anton. Saat penyelidikan tempo hari, anak buah Wirya hanya menyebut nama Ririn sebagai pendamping Anton, dan bukan Rinjani. Selain itu, Rinjani juga tidak diselidiki, karena fokusnya ke Anton dan Keisha. Wirya hanya pernah mendengar kabar, jika Anton akhirnya bercerai dengan Ririn. Setelah itu tidak ada informasi lainnya. "Wir, ada rumah yang siap ditempati?" tanya Sebastian. "Enggak mungkin Ririn tinggal di rumahku. Bisa heboh keluarga kami," lanjutnya. "Ada. Banyak malah," jawab Wirya. "Yang nggak jauh dari rumshku." "Rumah Hendri." "Ehm, dia nggak keberatan kalau rumahnya dipinjam sebentar?" "Enggak bakal. Dia juga lagi repot di tempat proyek. Dua rumahnya kosong. Sayang juga kalau nggak diisi." "Buat Ririn, rumah yang mana?" "Yang s
21Keluarga Basman berpamitan sesaat setelah menunaikan salat asar. Sebastian turut mengantarkan kelompok tersebut ke depan rumah, sambil menggendong Dylan. Rinjani memandangi hingga mobil bapaknya menghilang di belokan. Meskipun sudah pernah tinggal berjauhan dengan keluarga, tetapi Rinjani sedih harus berpisah dengan kedua orang tua dan yang lainnya. Sebastian yang menyadari jika Rinjani tengah melankolis, akhirnya mengajak perempuan berbaju sage tersebut untuk berpindah ke ruang tengah. Sepupu Ida yang bernama Wati, tengah sibuk mengemasi isi lemari pendingin. Banyaknya makanan yang dibawa keluarga Rinjani, membuat Wati harus pandai mengatur semuanya agar tersusun rapi. Ida turut membantu perempuan yang lebih muda dua tahun darinya. Asisten Sebastian tersebut mengoceh tentang cara menggunakan berbagai peralatan elektronik di rumah itu, yang didengarkan Wati dengan serius."Dylan kayaknya ngantuk," tutur Sebastian sambil mengubah posisi sang bayi, agar menyandar ke dadanya. "Ca
55Keisha termangu, sesaat setelah mendengar penuturan Anton yang baru mendapatkan informasi dari Deswin, tentang rencana pernikahan Sebastian dan Rinjani pada beberapa minggu mendatang. Seperti halnya Anton, Keisha juga terkejut. Terutama saat membaca detail informasi dari Deswin, yang menerangkan bahwa Sebastian telah menjadi mualaf, bulan lalu. Keduanya masih dalam posisi yang sama ketika Willy memasuki ruangan. Setelah duduk di sofa berbentuk setengah lingkaran, Willy menuturkan tentang beberapa hal yang telah diputuskan para orang tua, selaku komisaris Prambudi Grup. "Ada proyek besar ketiga, tapi belum diumumkan," tukas Willy. "Di mana?" tanya Keisha. "Antara Australia dan New Zealand." "Kamu tahu itu dari mana?" "Ada disebut Pak Benigno di grup pimpinan proyek," sela Anton. "Aku ada lihat itu tadi pagi, tapi jadi SR aja," lanjutnya. "Dari GSP, siapa wakilnya?" desak Keisha. "Mardani dan Iqbal," ujar Anton. "Karena lokasinya jauh, jadi tiap peserta joinan harus ngirim d
54Anton memandangi layar laptop yang menampilkan foto-foto dan video pernikahannya dengan Rinjani, beberapa tahun silam. Tanpa sadar Anton mengusap wajah Rinjani dalam salah satu foto. Perempuan berbaju pengantin khas Sunda merah muda, terlihat tertawa lepas, seusai dicandai Anton. Pria berkulit kecokelatan menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan. Anton merutuki diri yang ternyata masih merindukan Rinjani. Padahal perempuan tersebut telah sangat dekat dengan Sebastian. Mengingat sosok rivalnya itu menyebabkan Anton gusar. Pada awalnya, dia dan Pahlevi sangat bersemangat untuk ikut ambil bagian dalam proyek di Kanada. Namun, karena Sebastian yang menjadi pimpinan proyek, niat itu dibatalkan Anton. Lelaki berkemeja cokelat muda, tidak mau bekerjasama dengan lawannya. Anton masih kesal, karena ternyata Sebastian telah berhasil merayu Rinjani untuk membalas dendam pada Anton dan Keisha. Kemunculan Pahlevi dan calon istrinya, Emma, mengejutkan Anton, karena dia tidak
53Sabtu siang, Sebastian menunaikan janji pada Rinjani. Dengan didampingi Gustavo dan Ira, serta kedua adiknya dan para sahabat, Sebastian mendatangi kediaman Basman untuk meminang Rinjani. Tio yang diminta sebagai pembicara, menunjukkan surat identitas baru yang menerangkan jika Sebastian telah menjadi seorang muslim. Sesuai saran Ustaz Mawardi, Sebastian tetap memakai nama sebelumnya. Hal itu supaya tidak perlu mengurus ulang akte lahir dan semua ijazah yang dimiliki Sebastian. Hanya KTP, SIM dan paspor yang diganti, dan kolom agama diubah dari Kristen menjadi Islam. Basman dan keluarganya menyambut kabar itu dengan gembira. Pria tua tersebut juga langsung menerima lamaran Sebastian atas Rinjani, karena sudah mengetahui kepribadian sang duda bermata tajam tersebut."Sekarang, kita bahas tentang tanggal lamaran resmi dan akadnya, Pak," tutur Gustavo yang diminta Sebastian untuk menjadi wakil orang tuanya. "Mengenai itu, lebih baik kita tanyakan pada mereka, Pak," sahut Basman.
52Jumat siang, gedung PG dikunjungi banyak orang yang mengenakan setelan jas beraneka warna. Bila semua anggota PG menggunakan setelan jas biru tua mengilat, anggota PC mengenakan setelan biru muda. Keempat puluh anggota PCD memakai setelan jas abu-abu. Para pengawal lapis tiga dan empat tersebut, menjadi orang-orang yang paling gembira, karena mereka bisa berjumpa kembali setelah lama tidak berjumpa. Kesepuluh pengawal lapis tiga yang hadir dalam formasi komplet, duduk berderet di kursi bagian ketiga sisi kiri. Di depan mereka adalah kedua puluh anggota PCD dari kelompok satu dan dua. Di belakang regu Hisyam, Harun dan rekan-rekannya dari pengawal lapis empat, duduk dengan rapi. Deretan selanjutnya diisi para calon anggota tim 5 PCD yang bukan berasal dari PBK. Komisaris utama PG, yakni Tio, memasuki ruangan luas dengan diikuti keempat direktur dan manajer PG. Tio dan Hamid, direktur operasional, meneruskan langkah menuju podium. Sedangkan yang lainnya menempati deretan kursi ya
51Hari berganti hari. Selasa pagi menjelang siang, Rinjani tiba di depan gedung belasan lantai yang merupakan pusat bisnis para bos PC. Urfan yang telah menunggu sejak tadi, mendatangi mobil milik bosnya bersama Gumilang, Jariz dan beberapa pengawal muda lainnya. Mereka membantu mengeluarkan banyak wadah makanan dan menyusunnya di beberapa troli. Satu per satu troli diangkut menggunakan lift, hingga isi mobil habis. Setelah menutup dan mengunci pintu, Santos menyusul Rinjani yang tengah berbincang dengan beberapa staf perempuan. Mereka memasuki lift terbesar untuk menuju ke lantai tujuh. Sesampainya di tempat tujuan, Sebastian telah menunggu di ruang tamu luas, yang diperuntukkan untuk tamu umum 10 kantor, yang ada di lantai itu. Selama setengah jam berikutnya, Rinjani berjibaku membereskan meja prasmanan dan wadah kaca untuk hidangan. Semua peralatan makan dipinjam dari kantor PBK, yang sering mengadakan jamuan makan. Freya, staf HWZ, KARZD dan ZAMRUD, bersama beberapa staf PBK
50Malam beranjak larut. Rinjani telah menguap beberapa kali, sebelum akhirnya menyandarkan kepala ke tumpukan bantal sofa. Sebastian yang masih menonton film laga dari negeri tirai bambu, melirik ke kiri. Dia mengulum senyum seusai melihat Rinjani yang tengah lelap. Sebastian berdiri dan jalan ke kamar tamu. Dia mengambil selimut, lalu keluar. Sebastian menutupi tubuh kekasihnya, sebelum kembali duduk di tempat semula. Puluhan menit berlalu, suara rengekan Dylan dari kamar utama, mengejutkan Sebastian. Dia berdiri dan jalan cepat memasuki ruangan yang pintunya terbuka, kemudian menyambangi Dylan yang masih menangis di tengah-tengah kasur besar. "Apa, Nak?" tanya Sebastian sembari duduk di tepi kasur. "Haus? Bentar, ya, Om panasin dulu ASIP-nya," lanjutnya sambil mengangkat sang bayi dan menggendongnya dengan tangan kiri. Sebastian bergerak luwes menyiapkan minuman dalam botol. Kemudian dia mengajak Dylan ke ruang tengah dan duduk di sofa tunggal. Sebastian memberikan botol yang
49Pertanyaan Sebastian kemarin malam, masih terngiang di telinga Rinjani. Dia syok dan tidak serta merta menjawab pertanyaan lelaki tersebut. Bahkan Rinjani langsung menutup sambungan telepon tanpa mengucapkan apa pun. Sepanjang pagi hingga sore itu, pikiran Rinjani mengembara ke mana-mana. Dia nyaris tidak bisa bekerja, dan hanya menatap kosong pada laptopnya. Sore itu, Rinjani memutuskan untuk pulang lebih awal. Dia meminta diantarkan ke supermarket pada Santos, karena Rinjani ingin berbelanja bahan makanan.Puluhan menit berlalu, Rinjani telah usai berbelanja. Dia tengah duduk di bangku dekat supermarket sambil meminum es teh dingin. Rinjani sedang menunggu Santos yang sedang antre di depan toko roti. "Rin," panggil seorang pria yang telah duduk di samping kanan. Rinjani terkejut dan sempat bengong sesaat, sebelum dia bergeser menjauh dari pria berkemeja hijau muda. "Aku cuma pengen ngobrol. Jangan menjauh gitu," pinta Anton. "Aku lagi nggak moid buat ngobrol. Apalagi dengan
48Rinjani terkejut, kala tiba di rumahnya sore itu dan ada mobil sedan hitam terparkir di depan rumah Sebastian. Rinjani merasa pernah melihat mobil itu, tetapi dia lupa di mana.Setelah Santos memarkirkan mobil dengan rapi di car port depan rumah nomor 1, Rinjani turun dan bergegas ke rumah sebelah. Perempuan bersetelan blazer abu-abu, tertegun menyaksikan Aline dan Riordan yang tengah bermain dengan Dylan di karpet lantai ruang tengah. Riordan yang melihat sang mama datang, segera bangkit berdiri dan menyambangi Rinjani. Riordan menyalami perempuan tersebut, lalu mengajak Rinjani duduk di sofa ruang tengah. "Aline kangen sama Dylan. Jadi kuantarkan ke sini," terang Riordan. "Ya, nggak apa-apa," sahut Rinjani. "Walaupun kaget, tapi aku senang kalian datang," lanjutnya seraya tersenyum. "Aku mau sering main ke sini. Boleh, Teh?" tanya Aline sembari bangkit duduk. "Boleh. Aku nggak keberatan. Yang penting, Dylan jangan diajak keluar, tanpa penjagaan Santos atau Urfan," ungkap Ri
47Senin pagi, Rinjani tiba di kantor EO menjelang jam 8. Dia bergegas menuju ruang rapat yang ternyata telah ramai orang. Rinjani menyalami mereka satu per satu, termasuk Jemmy, suami Shireen, yang juga memiliki saham di perusahaan itu.Selama beberapa saat berikutnya, Rinjani larut dalam perbincangan dengan rekan-rekannya. Tidak berselang lama, Mutiara dan Edelweiss memasuki ruangan bersama Cyra, manajer tim Bandung yang merupakan istri Zafran, direktur PC. Mutiara meminta Jemny untuk memimpin rapat, dan laki-laki tersebut memulainya dengan pembacaan doa, sesuai agama masing-masing. Selama puluhan menit berikutnya, Rinjani mendengarkan penuturan Jemmy yang bergantian mengoceh dengan Mutiara. Rinjani meringis, ketika dirinya diminta untuk menjadi penanggung jawab acara ulang tahun Ganendra Grup, yang akan dilaksanakan awal bulan depan. Setelah rapat dibubarkan, Rinjani mengikuti langkah kedua komisaris menuju ruang kerja mereka. Jemmy dan Jhon turut bersama ketiga perempuan terseb