19"Teh, apa kabar?" tanya Mirna Gastiadi, sambil menyalami mantan Kakak iparnya. "Kabar baik," jawab Rinjani sembari menarik tangannya. "Lagi belanja?" "Ya." Mirna memerhatikan ketiga orang yang berada di dekat Rinjani. Tatapannya terhenti pada bayi dalam gendongan pria bermata tajam. "Kami duluan, Mir," tutur Rinjani. "Ehm, ya. Salam buat keluarga Teteh," balas Mirna. Rinjani tidak menyahut dan hanya mengangguk. Dia memegangi lengan kanan Sebastian dan mengajak pria itu segera menjauh, dengan diikuti Urfan dan Latifah yang membawa tas belanja. Mirna terus mengamati kelompok itu. Dia penasaran dengan bayi yang digendong pria berkulit putih tadi. Mirna berniat untuk mencari tahu tentang itu, dan akan segera menanyai teman-temannya yang juga kenal dengan Rinjani. "Tadi itu, siapa?" tanya Sebastian, sesaat setelah mobil melaju keluar dari area parkir. "Mantan iparku," terang Rinjani. "Dia tinggal di Bogor juga?" "Setahuku, nggak. Mertuanya yang tinggal di sini. Nggak jauh da
20Wirya manggut-manggut, sesaat setelah mendengar penuturan Sebastian tentang peristiwa yang terjadi akhir pekan lalu, di kediaman Basman. Seperti halnya Sebastian, Wirya juga kaget, karena baru mengetahui jika Rinjani adalah mantan istrinya Anton. Saat penyelidikan tempo hari, anak buah Wirya hanya menyebut nama Ririn sebagai pendamping Anton, dan bukan Rinjani. Selain itu, Rinjani juga tidak diselidiki, karena fokusnya ke Anton dan Keisha. Wirya hanya pernah mendengar kabar, jika Anton akhirnya bercerai dengan Ririn. Setelah itu tidak ada informasi lainnya. "Wir, ada rumah yang siap ditempati?" tanya Sebastian. "Enggak mungkin Ririn tinggal di rumahku. Bisa heboh keluarga kami," lanjutnya. "Ada. Banyak malah," jawab Wirya. "Yang nggak jauh dari rumshku." "Rumah Hendri." "Ehm, dia nggak keberatan kalau rumahnya dipinjam sebentar?" "Enggak bakal. Dia juga lagi repot di tempat proyek. Dua rumahnya kosong. Sayang juga kalau nggak diisi." "Buat Ririn, rumah yang mana?" "Yang s
21Keluarga Basman berpamitan sesaat setelah menunaikan salat asar. Sebastian turut mengantarkan kelompok tersebut ke depan rumah, sambil menggendong Dylan. Rinjani memandangi hingga mobil bapaknya menghilang di belokan. Meskipun sudah pernah tinggal berjauhan dengan keluarga, tetapi Rinjani sedih harus berpisah dengan kedua orang tua dan yang lainnya. Sebastian yang menyadari jika Rinjani tengah melankolis, akhirnya mengajak perempuan berbaju sage tersebut untuk berpindah ke ruang tengah. Sepupu Ida yang bernama Wati, tengah sibuk mengemasi isi lemari pendingin. Banyaknya makanan yang dibawa keluarga Rinjani, membuat Wati harus pandai mengatur semuanya agar tersusun rapi. Ida turut membantu perempuan yang lebih muda dua tahun darinya. Asisten Sebastian tersebut mengoceh tentang cara menggunakan berbagai peralatan elektronik di rumah itu, yang didengarkan Wati dengan serius."Dylan kayaknya ngantuk," tutur Sebastian sambil mengubah posisi sang bayi, agar menyandar ke dadanya. "Ca
22Selama beberapa hari berikutnya, Sebastian makin dekat dengan Dylan. Pria bermata tajam selalu pulang awal, agar bisa mengajak bayi itu jalan-jalan seputar cluster yang ditempatinya. Seperti sore itu, Sebastian mendorong kereta bayi menuju jalan utama. Sebab di bloknya hanya ada kedua anak Zainal, tempat itu jadi sepi. Sebastian meneruskan langkah hingga tiba di dua blok arah depan. Dia mengarahkan kereta bayi menuju kediaman Arya dan Dahayu. Pekikan ketiga bocah di depan rumah besar dua lantai, menyambut Sebastian kala tiba di sana. Aldi dan Aldo, putra kembar Arya, langsung menghampiri Sebastian dan menyalaminya dengan takzim. Alfian yang baru berusia setahun lebih, jalan dengan hati-hati untuk menyambangi pria berkaus krem. Alfian mencium punggung tangan Sebastian, lalu dia ikut memegangi Dylan yang tampak memandangi ketiga bocah tersebut dengan penuh minat. "Masuk, Tian," ajak Arya, sambil mendorong pagar agar lebih lebar. "Lagi sibuk, Mas?" tanya Sebastian sembari bersal
23Hari berganti. Senin pagi, Rinjani menumpang di mobil Sebastian yang dikemudikan Santos. Perempuan berbaju sage hendak menghadiri rapat dengan semua panitia acara fashion show. Santos mengantarkan Rinjani terlebih dahulu ke gedung milik penyelenggara utama fashion show. Kemudian dia melajukan kendaraan untuk menuju kantor Pramudya Grup, yang tidak terlalu jauh dari gedung tadi. Puluhan menit berlalu, Sebastian telah berada di ruang pertemuan terbesar di lantai 11 bangunan bercat abu-abu muda. Dia tengah terbahak menyaksikan perdebatan Yanuar melawan Haryono, yang berlangsung alot. "Kalau masih mau berantem, kalian keluar!" tegas Artio yang akrab dipanggil Tio. "Enggak, Mas. Kami sudah berdamai," sahut Yanuar. "Duduk. Acara akan dimulai." Tio mengalihkan pandangan pada ajudan barunya. "Munshi, jemput Indah, May dan Mala," pintanya yang segera dikerjakan pria muda bersetelan safari hitam. Sekian menit terlewati, rapat dimulai Marley dengan untaian doa. Putra ketiga Sultan Pramud
24Pria berkemeja abu-abu, memandangi perempuan di kursi seberang dengan saksama. Lelaki itu nyaris terbahak, saat Keisha merengek agar Lesti tidak jadi dipindahkan ke Makassar. Ethan membatin, bila mantan istri Sebastian itu pandai sekali berakting. Ethan akhirnya sadar, bila kemampuan itu digunakan Keisha semaksimal mungkin untuk memikat Sebastian, hingga berhasil memanfaatkan sahabatnya tersebut. Kendatipun pada awalnya kurang dekat, tetapi semenjak Sebastian menjadi pengelola proyek di Singapura yang juga diikuti Ethan, keduanya menjadi akrab. Bersama Brayden, Rylee, Hadrian, Marley, Luthfan dan Olavius, Ethan serta Sebastian bekerjasama sebaik mungkin hingga proyek tersebut sukses. Sejak saat itu, hubungan mereka kian dekat, hingga tercetus ide untuk membuat perusahaan baru, yakni JAGAD yang disingkat JGD. "Gimana, Mas?" tanya Keisha sembari memandangi Ethan lekat-lekat. "Aku nggak yakin, Kei. Karena ini keputusan komisaris utama," jelas Ethan yang mengejutkan Keisha. "Maks
25Sebastian menggendong Dylan sambil menahan kepanikan yang mencuat dalam hati. Dia tidak mau memperlihatkan kekhawatiran, karena Rinjani akan makin tegang. Santos mengemudikan mobil sang bos menyusul kendaraan Ethan. Mereka tengah menuju rumah Benigno, yang tadi sempat ditelepon Ethan buat mengabarkan kondisi Dylan. Setibanya di tempat tujuan, Urfan keluar dari pintu depan samping kiri. Dia membukakan pintu bagian tengah agar Sebastian bisa langsung turun. Santos memarkirkan mobil di belakang mobil Ethan. Kemudian dia bergegas menyusul orang-orang yang telah berada di dalam rumah Benigno. Pria berkumis tipis terlihat sangat tenang saat memeriksa Dylan, yang tengah merengek di ranjang pasien, yang berada di kamar samping kanan ruang tamu. Benigno adalah seorang dokter sekaligus pengusaha. Meskipun sudah tidak membuka praktik, tetapi Benigno tetap menerima pasien khusus untuk penghuni kompleks dan sekitarnya. Falea yang dulunya merupakan perawat, mengusap rambut Dylan sambil mem
26Seorang pria berbaju hijau, segera berdiri, saat melihat Sebastian muncul dari pintu. Lelaki bernama Willy Hermansyah Prambudi, mengulurkan tangan kanan untuk berjabatan dengan mantan Kakak iparnya. Setelahnya, Sebastian mendatangi seorang perempuan tua yang tengah berbaring di ranjang pasien. Sebastian menyalami Kania, mantan mertuanya yang seketika menangis. Hati Sebastian mencelos, hingga dia merunduk untuk memeluk Kania. Meskipun pernikahannya dengan Keisha telah berakhir, tetapi Sebastian tetap menghormati Kania. Selama menjadi bagian dari keluarga Prambudi, Kania sangat menyayangi Sebastian. Bahkan, perempuan tua tersebut sempat memarahi putrinya yang telah mengkhianati Sebastian. Pintu ruang perawatan VIP itu kembali terbuka, dan Agus Prambudi hadir bersama putrinya. Mereka sempat tertegun sejenak melihat pria yang tengah mengurai dekapan dengan Kania. Kemudian Agus dan Keisha mengayunkan tungkai menyambangi sang tamu. Agus bersalaman dengan mantan menantunya, lalu dia
55Keisha termangu, sesaat setelah mendengar penuturan Anton yang baru mendapatkan informasi dari Deswin, tentang rencana pernikahan Sebastian dan Rinjani pada beberapa minggu mendatang. Seperti halnya Anton, Keisha juga terkejut. Terutama saat membaca detail informasi dari Deswin, yang menerangkan bahwa Sebastian telah menjadi mualaf, bulan lalu. Keduanya masih dalam posisi yang sama ketika Willy memasuki ruangan. Setelah duduk di sofa berbentuk setengah lingkaran, Willy menuturkan tentang beberapa hal yang telah diputuskan para orang tua, selaku komisaris Prambudi Grup. "Ada proyek besar ketiga, tapi belum diumumkan," tukas Willy. "Di mana?" tanya Keisha. "Antara Australia dan New Zealand." "Kamu tahu itu dari mana?" "Ada disebut Pak Benigno di grup pimpinan proyek," sela Anton. "Aku ada lihat itu tadi pagi, tapi jadi SR aja," lanjutnya. "Dari GSP, siapa wakilnya?" desak Keisha. "Mardani dan Iqbal," ujar Anton. "Karena lokasinya jauh, jadi tiap peserta joinan harus ngirim d
54Anton memandangi layar laptop yang menampilkan foto-foto dan video pernikahannya dengan Rinjani, beberapa tahun silam. Tanpa sadar Anton mengusap wajah Rinjani dalam salah satu foto. Perempuan berbaju pengantin khas Sunda merah muda, terlihat tertawa lepas, seusai dicandai Anton. Pria berkulit kecokelatan menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan. Anton merutuki diri yang ternyata masih merindukan Rinjani. Padahal perempuan tersebut telah sangat dekat dengan Sebastian. Mengingat sosok rivalnya itu menyebabkan Anton gusar. Pada awalnya, dia dan Pahlevi sangat bersemangat untuk ikut ambil bagian dalam proyek di Kanada. Namun, karena Sebastian yang menjadi pimpinan proyek, niat itu dibatalkan Anton. Lelaki berkemeja cokelat muda, tidak mau bekerjasama dengan lawannya. Anton masih kesal, karena ternyata Sebastian telah berhasil merayu Rinjani untuk membalas dendam pada Anton dan Keisha. Kemunculan Pahlevi dan calon istrinya, Emma, mengejutkan Anton, karena dia tidak
53Sabtu siang, Sebastian menunaikan janji pada Rinjani. Dengan didampingi Gustavo dan Ira, serta kedua adiknya dan para sahabat, Sebastian mendatangi kediaman Basman untuk meminang Rinjani. Tio yang diminta sebagai pembicara, menunjukkan surat identitas baru yang menerangkan jika Sebastian telah menjadi seorang muslim. Sesuai saran Ustaz Mawardi, Sebastian tetap memakai nama sebelumnya. Hal itu supaya tidak perlu mengurus ulang akte lahir dan semua ijazah yang dimiliki Sebastian. Hanya KTP, SIM dan paspor yang diganti, dan kolom agama diubah dari Kristen menjadi Islam. Basman dan keluarganya menyambut kabar itu dengan gembira. Pria tua tersebut juga langsung menerima lamaran Sebastian atas Rinjani, karena sudah mengetahui kepribadian sang duda bermata tajam tersebut."Sekarang, kita bahas tentang tanggal lamaran resmi dan akadnya, Pak," tutur Gustavo yang diminta Sebastian untuk menjadi wakil orang tuanya. "Mengenai itu, lebih baik kita tanyakan pada mereka, Pak," sahut Basman.
52Jumat siang, gedung PG dikunjungi banyak orang yang mengenakan setelan jas beraneka warna. Bila semua anggota PG menggunakan setelan jas biru tua mengilat, anggota PC mengenakan setelan biru muda. Keempat puluh anggota PCD memakai setelan jas abu-abu. Para pengawal lapis tiga dan empat tersebut, menjadi orang-orang yang paling gembira, karena mereka bisa berjumpa kembali setelah lama tidak berjumpa. Kesepuluh pengawal lapis tiga yang hadir dalam formasi komplet, duduk berderet di kursi bagian ketiga sisi kiri. Di depan mereka adalah kedua puluh anggota PCD dari kelompok satu dan dua. Di belakang regu Hisyam, Harun dan rekan-rekannya dari pengawal lapis empat, duduk dengan rapi. Deretan selanjutnya diisi para calon anggota tim 5 PCD yang bukan berasal dari PBK. Komisaris utama PG, yakni Tio, memasuki ruangan luas dengan diikuti keempat direktur dan manajer PG. Tio dan Hamid, direktur operasional, meneruskan langkah menuju podium. Sedangkan yang lainnya menempati deretan kursi ya
51Hari berganti hari. Selasa pagi menjelang siang, Rinjani tiba di depan gedung belasan lantai yang merupakan pusat bisnis para bos PC. Urfan yang telah menunggu sejak tadi, mendatangi mobil milik bosnya bersama Gumilang, Jariz dan beberapa pengawal muda lainnya. Mereka membantu mengeluarkan banyak wadah makanan dan menyusunnya di beberapa troli. Satu per satu troli diangkut menggunakan lift, hingga isi mobil habis. Setelah menutup dan mengunci pintu, Santos menyusul Rinjani yang tengah berbincang dengan beberapa staf perempuan. Mereka memasuki lift terbesar untuk menuju ke lantai tujuh. Sesampainya di tempat tujuan, Sebastian telah menunggu di ruang tamu luas, yang diperuntukkan untuk tamu umum 10 kantor, yang ada di lantai itu. Selama setengah jam berikutnya, Rinjani berjibaku membereskan meja prasmanan dan wadah kaca untuk hidangan. Semua peralatan makan dipinjam dari kantor PBK, yang sering mengadakan jamuan makan. Freya, staf HWZ, KARZD dan ZAMRUD, bersama beberapa staf PBK
50Malam beranjak larut. Rinjani telah menguap beberapa kali, sebelum akhirnya menyandarkan kepala ke tumpukan bantal sofa. Sebastian yang masih menonton film laga dari negeri tirai bambu, melirik ke kiri. Dia mengulum senyum seusai melihat Rinjani yang tengah lelap. Sebastian berdiri dan jalan ke kamar tamu. Dia mengambil selimut, lalu keluar. Sebastian menutupi tubuh kekasihnya, sebelum kembali duduk di tempat semula. Puluhan menit berlalu, suara rengekan Dylan dari kamar utama, mengejutkan Sebastian. Dia berdiri dan jalan cepat memasuki ruangan yang pintunya terbuka, kemudian menyambangi Dylan yang masih menangis di tengah-tengah kasur besar. "Apa, Nak?" tanya Sebastian sembari duduk di tepi kasur. "Haus? Bentar, ya, Om panasin dulu ASIP-nya," lanjutnya sambil mengangkat sang bayi dan menggendongnya dengan tangan kiri. Sebastian bergerak luwes menyiapkan minuman dalam botol. Kemudian dia mengajak Dylan ke ruang tengah dan duduk di sofa tunggal. Sebastian memberikan botol yang
49Pertanyaan Sebastian kemarin malam, masih terngiang di telinga Rinjani. Dia syok dan tidak serta merta menjawab pertanyaan lelaki tersebut. Bahkan Rinjani langsung menutup sambungan telepon tanpa mengucapkan apa pun. Sepanjang pagi hingga sore itu, pikiran Rinjani mengembara ke mana-mana. Dia nyaris tidak bisa bekerja, dan hanya menatap kosong pada laptopnya. Sore itu, Rinjani memutuskan untuk pulang lebih awal. Dia meminta diantarkan ke supermarket pada Santos, karena Rinjani ingin berbelanja bahan makanan.Puluhan menit berlalu, Rinjani telah usai berbelanja. Dia tengah duduk di bangku dekat supermarket sambil meminum es teh dingin. Rinjani sedang menunggu Santos yang sedang antre di depan toko roti. "Rin," panggil seorang pria yang telah duduk di samping kanan. Rinjani terkejut dan sempat bengong sesaat, sebelum dia bergeser menjauh dari pria berkemeja hijau muda. "Aku cuma pengen ngobrol. Jangan menjauh gitu," pinta Anton. "Aku lagi nggak moid buat ngobrol. Apalagi dengan
48Rinjani terkejut, kala tiba di rumahnya sore itu dan ada mobil sedan hitam terparkir di depan rumah Sebastian. Rinjani merasa pernah melihat mobil itu, tetapi dia lupa di mana.Setelah Santos memarkirkan mobil dengan rapi di car port depan rumah nomor 1, Rinjani turun dan bergegas ke rumah sebelah. Perempuan bersetelan blazer abu-abu, tertegun menyaksikan Aline dan Riordan yang tengah bermain dengan Dylan di karpet lantai ruang tengah. Riordan yang melihat sang mama datang, segera bangkit berdiri dan menyambangi Rinjani. Riordan menyalami perempuan tersebut, lalu mengajak Rinjani duduk di sofa ruang tengah. "Aline kangen sama Dylan. Jadi kuantarkan ke sini," terang Riordan. "Ya, nggak apa-apa," sahut Rinjani. "Walaupun kaget, tapi aku senang kalian datang," lanjutnya seraya tersenyum. "Aku mau sering main ke sini. Boleh, Teh?" tanya Aline sembari bangkit duduk. "Boleh. Aku nggak keberatan. Yang penting, Dylan jangan diajak keluar, tanpa penjagaan Santos atau Urfan," ungkap Ri
47Senin pagi, Rinjani tiba di kantor EO menjelang jam 8. Dia bergegas menuju ruang rapat yang ternyata telah ramai orang. Rinjani menyalami mereka satu per satu, termasuk Jemmy, suami Shireen, yang juga memiliki saham di perusahaan itu.Selama beberapa saat berikutnya, Rinjani larut dalam perbincangan dengan rekan-rekannya. Tidak berselang lama, Mutiara dan Edelweiss memasuki ruangan bersama Cyra, manajer tim Bandung yang merupakan istri Zafran, direktur PC. Mutiara meminta Jemny untuk memimpin rapat, dan laki-laki tersebut memulainya dengan pembacaan doa, sesuai agama masing-masing. Selama puluhan menit berikutnya, Rinjani mendengarkan penuturan Jemmy yang bergantian mengoceh dengan Mutiara. Rinjani meringis, ketika dirinya diminta untuk menjadi penanggung jawab acara ulang tahun Ganendra Grup, yang akan dilaksanakan awal bulan depan. Setelah rapat dibubarkan, Rinjani mengikuti langkah kedua komisaris menuju ruang kerja mereka. Jemmy dan Jhon turut bersama ketiga perempuan terseb