“Saya nggak nyangka kalau bapaknya Wulan masih berani ganggu kamu dan keluarga setelah apa yang terjadi,” ungkap Yudha seraya menghela napas panjang. Vina mengangguk. “Aku juga kaget, Om. Tadinya aku udah lumayan kasihan sama Bibi, soalnya dia sampai nangis dan mohon-mohon gitu. Sejenak, aku mikir
Ibunya Vina menghela napas panjang. Tentu ia paham perasaan Vina. Mana ada anak yang rela dan diam saja ketika tahu bapaknya dicelakai. Sudah pasti ingin membalas. Ibunya Vina hanya tidak mau kalau nanti Vina jadi semakin terbebani mentalnya karena masalah ini semakin panjang. “Ibu tenang saja. Sa
Di situ, bapaknya Wulan sudah tidak bisa berkutik. Pantas saja Pak Harjo marah besar, rupanya Yudha tidak sekadar mengaku-ngaku, tetapi memang benar-benar anak jenderal dan bukan seorang tamtama. Pak Buwono yang sudah tidak bisa melakukan apa-apa spontan berlutut di depan Yudha. “J-Jangan penjarak
Usai bersepakat bahwa Yudha akan membawa keluarganya ke rumah Vina dua hari lagi dan melaksanakan tunangan secara resmi, Vina dan keluarga langsung menyiapkan bahan makanan yang diperlukan. Vina dan keluarga mungkin tidak bisa menyiapkan acara yang mewah, tetapi soal makanan, keduanya sangat perca
“Ya Allah… baik banget bos kamu, Vin.” Vina mengangguk. Ia juga kagum dengan kebaikan Irene. Dalam doa-doanya, Vina terus memohon kepada Tuhan agar Irene dan keluarganya selalu dikelilingi dengan hal baik. Pukul 9, keluarga Yudha datang. Vina berdebar ketika melihat mobil Yudha datang, lalu mereka
Setelah Vina dan Yudha resmi bertunangan, hubungan mereka menjadi semakin lebih dekat. Kemarin, Yudha mengirim pesan kepada Vina untuk mengajaknya jalan-jalan hari ini. Kebetulan, ini hari minggu, jadi Vina juga libur bekerja di butik. Pagi-pagi, Vina segera menyelesaikan tugas rumahnya. Membersih
Garuda gengsi berat. Ia memang berniat damai dengan Vina tetapi bukan berarti mau beramah-tamah dan semacamnya. Dan kakak perempuannya ini tidak paham sama sekali. “Coba Gar, panggil Mbak Vina, gitu. Kamu harus terbiasa soalnya bentar lagi Bang Sagara bakal nikah.” Garuda mendecak. “Nggak mau.”
Vina ke ruang tamu setelah membantu Bening. Yudha ada di sana, menunggunya. Tak lama kemudian, Bening ikut menyusul mereka berdua. “Jadi bagaimana?” tanya Bening. Yudha dan Vina saling berpandangan, bingung dengan pertanyaan Bening. “Bagaimana apanya, Ma?” tanya Yudha. “Kok apanya? Ya kalian gim
Setelah semua urusan selesai, Langit dan Dahayu akhirnya pulang ke rumah. Karena Dahayu mengendarai mobilnya sendiri, Langit mengikutinya dari belakang dan memastikan wanita itu tidak menghilang dari pengawasannya. Langit langsung menarik Dahayu masuk ke kamar begitu mereka sampai. Dahayu pasrah-p
Sudah dua jam berlalu sejak Langit keluar dari rumah. Dahayu mulai khawatir. Pasalnya, laki-laki itu sama sekali tidak menghubunginya. Pikiran Dahayu mulai tertuju kepada klub malam. Namun, dengan segera dia mengenyahkan kemungkinan itu. “Langit udah berubah. Dia nggak bakalan pergi ke klub malam l
“Ya Allah, beneran, Yu?” Bening sampai tidak percaya mendengarnya. Semua orang di meja makan terlihat tersenyum, terutama ibu Langit yang akhirnya mendapatkan cucu pertamanya. Dahayu malah malu sendiri karena menjadi pusat perhatian. Bening berdiri dari kursinya dan menghampiri Dahayu, memeluk putr
Bibir mereka tidak menempel lama. Karena tiba-tiba Dahayu mendorong Langit dan beringsut menjauh. Wajahnya memerah padam dan jantungnya berdebar tak karuan, tetapi dia justru menolak bertautan dengan Langit. Langit menatap Dahayu dengan kecewa. “Kenapa, Yu? Apa aku salah cium kamu? Aku ‘kan suami k
Buket bunga yang Langit bawa cukup besar. Dahayu sampai kesulitan membawanya dan hampir tidak bisa melihat apa pun. Sementara itu Langit tersenyum kecil melihat Dahayu kewalahan membawa buket itu. Dia mengikuti istrinya memasuki rumah singgah. Ini bukanlah kunjungan pertama Langit ke rumah ini, teta
“Kamu... hamil?” Dahayu mengangguk pelan. Tanpa sadar tangannya berdiam di perutnya sendiri. “Iya, aku hamil. Karena itu, aku mutusin kasih kamu kesempatan. Aku nggak ingin anak ini terlahir tanpa seorang ayah,” ujarnya lirih. Langit menelan ludah, masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar.
Akhirnya, Dahayu berbicara dengan Langit di ruang tunggu rumah sakit. Tidak banyak orang yang berlalu lalang di sekitar sana sehingga mereka bisa berbicara dengan lebih leluasa. Akan tetapi, kehadiran Sagara di antara pasangan suami-istri itu membuat suasana menjadi tegang. Sagara terus memperhatika
Setelah mengetahui dirinya hamil, Dahayu tidak bisa berhenti menangis. Tangannya gemetaran memegangi testpack yang memperlihatkan dua garis biru. Dahayu bingung apa yang harus dia lakukan selanjutnya. Haruskan Dahayu menyimpan semua ini sendirian ataukah memberiahukannya pada Langit? “Assalamualaik
Begitu tahu ibunya tak sadarkan diri, Langit langsung melarikan ibunya ke rumah sakit. Langit meminta tolong Bi Ikah untuk memegangi ibunya di bangku penumpang belakang. Kepalanya sedang berkecamuk, tetapi Langit harus bisa fokus pada jalanan di depannya demi menghindari kecelakaan. Mobil mewah Lan