Vina ke ruang tamu setelah membantu Bening. Yudha ada di sana, menunggunya. Tak lama kemudian, Bening ikut menyusul mereka berdua. “Jadi bagaimana?” tanya Bening. Yudha dan Vina saling berpandangan, bingung dengan pertanyaan Bening. “Bagaimana apanya, Ma?” tanya Yudha. “Kok apanya? Ya kalian gim
“Oh iya, ini juga menjadi pembicaraan yang lumayan rame di area rumah kerabat saya. Dekorasi pelaminannya sangat besar ‘kan, mewah sekali, tetapi saat kedua mempelai pengantin duduk di sana, si mempelai wanita yang masih sangat muda ini wajahnya kelihatan suram gitu katanya, seperti enggak bahagia,”
Dahayu terdiam selama beberapa saat pasca mendengar bahwa wanita yang bersama dengan pria itu pada kecelakaan sebelumnya adalah tunangannya. Kalau begitu, pantas saja Langit depresi berat hingga berusaha untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Mereka akan segera menikah, bahkan mereka sudah fitting gaun
Yudha mengangguk. Belum juga selesai kebingungan Vina, Irene menghampiri mereka berdua dengan senyum penuh arti. “Kalian sudah siap? Ayo ke belakang,” ajak Irene. Yudha mengangguk dan langsung berdiri, sementara Vina hanya bisa menatap kedua orang itu dengan ekspresi heran. “Om, kita mau ngapain?
Yudha menatap Vina. Ia sama sekali tidak berekspektasi kalau Vina akan menuduhnya belum move on dari Wulan. Mana mungkin ia belum move on dari wanita yang sudah merendahkannya? Aneh. Bisa-bisanya Vina berpikir demikian. “Vin, kamu yakin nanya saya kayak gitu?” Kedua alis Vina menukik tajam. “Kena
Irene menaikkan sebelah alisnya mendengar pertanyaan itu. “Temanmu?” “I-iya.” Vina malu kalau harus bertanya atas namanya sendiri. Maka dari itu, ia beralibi bahwa itu permasalahan temannya. “Apa temanmu yakin kalau cowoknya belum move on? Atau dia hanya sekadar over thinking?” Vina mengernyit.
Vina dan Yudha semakin terbuka satu sama lain. Pasca mengobrol dari hati ke hati sebelumnya, Vina sadar bahwa ia tidak boleh mengambil konklusi seenaknya. Ia sudah mendengar sendiri bagaimana penjelasan Yudha, juga tujuannya bertanya kepada Awan mengenai Wulan. Yudha secara tulus memikirkan perasaan
“Assallammuallaikum,” sapa Yudha. “Waallaikumsalam.” Ibu dan bapaknya Vina ikut ke depan. Vina ke belakang untuk membuatkan minum. Saat ini, kesehatan bapaknya Vina semakin membaik. Sebelumnya, beliau masih memakai kursi roda, tetapi setelah menjalani perawatan dan juga terapi rutin, beliau bisa
Setelah semua urusan selesai, Langit dan Dahayu akhirnya pulang ke rumah. Karena Dahayu mengendarai mobilnya sendiri, Langit mengikutinya dari belakang dan memastikan wanita itu tidak menghilang dari pengawasannya. Langit langsung menarik Dahayu masuk ke kamar begitu mereka sampai. Dahayu pasrah-p
Sudah dua jam berlalu sejak Langit keluar dari rumah. Dahayu mulai khawatir. Pasalnya, laki-laki itu sama sekali tidak menghubunginya. Pikiran Dahayu mulai tertuju kepada klub malam. Namun, dengan segera dia mengenyahkan kemungkinan itu. “Langit udah berubah. Dia nggak bakalan pergi ke klub malam l
“Ya Allah, beneran, Yu?” Bening sampai tidak percaya mendengarnya. Semua orang di meja makan terlihat tersenyum, terutama ibu Langit yang akhirnya mendapatkan cucu pertamanya. Dahayu malah malu sendiri karena menjadi pusat perhatian. Bening berdiri dari kursinya dan menghampiri Dahayu, memeluk putr
Bibir mereka tidak menempel lama. Karena tiba-tiba Dahayu mendorong Langit dan beringsut menjauh. Wajahnya memerah padam dan jantungnya berdebar tak karuan, tetapi dia justru menolak bertautan dengan Langit. Langit menatap Dahayu dengan kecewa. “Kenapa, Yu? Apa aku salah cium kamu? Aku ‘kan suami k
Buket bunga yang Langit bawa cukup besar. Dahayu sampai kesulitan membawanya dan hampir tidak bisa melihat apa pun. Sementara itu Langit tersenyum kecil melihat Dahayu kewalahan membawa buket itu. Dia mengikuti istrinya memasuki rumah singgah. Ini bukanlah kunjungan pertama Langit ke rumah ini, teta
“Kamu... hamil?” Dahayu mengangguk pelan. Tanpa sadar tangannya berdiam di perutnya sendiri. “Iya, aku hamil. Karena itu, aku mutusin kasih kamu kesempatan. Aku nggak ingin anak ini terlahir tanpa seorang ayah,” ujarnya lirih. Langit menelan ludah, masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar.
Akhirnya, Dahayu berbicara dengan Langit di ruang tunggu rumah sakit. Tidak banyak orang yang berlalu lalang di sekitar sana sehingga mereka bisa berbicara dengan lebih leluasa. Akan tetapi, kehadiran Sagara di antara pasangan suami-istri itu membuat suasana menjadi tegang. Sagara terus memperhatika
Setelah mengetahui dirinya hamil, Dahayu tidak bisa berhenti menangis. Tangannya gemetaran memegangi testpack yang memperlihatkan dua garis biru. Dahayu bingung apa yang harus dia lakukan selanjutnya. Haruskan Dahayu menyimpan semua ini sendirian ataukah memberiahukannya pada Langit? “Assalamualaik
Begitu tahu ibunya tak sadarkan diri, Langit langsung melarikan ibunya ke rumah sakit. Langit meminta tolong Bi Ikah untuk memegangi ibunya di bangku penumpang belakang. Kepalanya sedang berkecamuk, tetapi Langit harus bisa fokus pada jalanan di depannya demi menghindari kecelakaan. Mobil mewah Lan