Yudha menatap Vina. Ia sama sekali tidak berekspektasi kalau Vina akan menuduhnya belum move on dari Wulan. Mana mungkin ia belum move on dari wanita yang sudah merendahkannya? Aneh. Bisa-bisanya Vina berpikir demikian. “Vin, kamu yakin nanya saya kayak gitu?” Kedua alis Vina menukik tajam. “Kena
Irene menaikkan sebelah alisnya mendengar pertanyaan itu. “Temanmu?” “I-iya.” Vina malu kalau harus bertanya atas namanya sendiri. Maka dari itu, ia beralibi bahwa itu permasalahan temannya. “Apa temanmu yakin kalau cowoknya belum move on? Atau dia hanya sekadar over thinking?” Vina mengernyit.
Vina dan Yudha semakin terbuka satu sama lain. Pasca mengobrol dari hati ke hati sebelumnya, Vina sadar bahwa ia tidak boleh mengambil konklusi seenaknya. Ia sudah mendengar sendiri bagaimana penjelasan Yudha, juga tujuannya bertanya kepada Awan mengenai Wulan. Yudha secara tulus memikirkan perasaan
“Assallammuallaikum,” sapa Yudha. “Waallaikumsalam.” Ibu dan bapaknya Vina ikut ke depan. Vina ke belakang untuk membuatkan minum. Saat ini, kesehatan bapaknya Vina semakin membaik. Sebelumnya, beliau masih memakai kursi roda, tetapi setelah menjalani perawatan dan juga terapi rutin, beliau bisa
Menjelang hari pernikahan, keluarga Yudha semakin sibuk saja dengan segala persiapan acara yang akan dilaksanakan. Berhubung acara pernikahan Yudha dan Vina akan diadakan di hotel, empat hari sebelum hari pernikahan, Vina dan keluarganya sudah harus berada di sana. Ibu dan bapaknya menempati kamar b
Vina ingin kabur, atau mungkin, berharap Yudha segera datang. Tubuhnya mendadak membeku karena bertemu dengan dua orang yang amat tidak ia harapkan untuk dilihat. Tiba-tiba, sebuah lengan kekar melingkari bahu Vina kemudian menarik tubuh gadis itu dengan lembut. “Sayang, kok udah turun duluan? Ja
Hari pernikahan akhirnya tiba. Sejak semalam, Vina lumayan gugup dan jadi susah tidur. Padahal, seharusnya ia tidur lebih cepat semalam supaya hari ini lebih bugar. Acara pernikahan umumnya lama, dan harus bertemu dengan banyak tamu undangan, kalau kondisi tubuh kurang bagus, takutnya Vina nanti kel
Setelah akad, Yudha dan Vina akan melaksanakan prosesi pedang pora. Sebelum itu, Vina dan Yudha ganti pakaian terlebih dahulu. Setelah prosesi pedang pora, mereka akan lanjut ke resepsi dan menerima tamu-tamu. Yudha dan Vina memakai sepasang gaun dan jas pengantin yang mereka pesan kepada Irene bebe
Setelah semua urusan selesai, Langit dan Dahayu akhirnya pulang ke rumah. Karena Dahayu mengendarai mobilnya sendiri, Langit mengikutinya dari belakang dan memastikan wanita itu tidak menghilang dari pengawasannya. Langit langsung menarik Dahayu masuk ke kamar begitu mereka sampai. Dahayu pasrah-p
Sudah dua jam berlalu sejak Langit keluar dari rumah. Dahayu mulai khawatir. Pasalnya, laki-laki itu sama sekali tidak menghubunginya. Pikiran Dahayu mulai tertuju kepada klub malam. Namun, dengan segera dia mengenyahkan kemungkinan itu. “Langit udah berubah. Dia nggak bakalan pergi ke klub malam l
“Ya Allah, beneran, Yu?” Bening sampai tidak percaya mendengarnya. Semua orang di meja makan terlihat tersenyum, terutama ibu Langit yang akhirnya mendapatkan cucu pertamanya. Dahayu malah malu sendiri karena menjadi pusat perhatian. Bening berdiri dari kursinya dan menghampiri Dahayu, memeluk putr
Bibir mereka tidak menempel lama. Karena tiba-tiba Dahayu mendorong Langit dan beringsut menjauh. Wajahnya memerah padam dan jantungnya berdebar tak karuan, tetapi dia justru menolak bertautan dengan Langit. Langit menatap Dahayu dengan kecewa. “Kenapa, Yu? Apa aku salah cium kamu? Aku ‘kan suami k
Buket bunga yang Langit bawa cukup besar. Dahayu sampai kesulitan membawanya dan hampir tidak bisa melihat apa pun. Sementara itu Langit tersenyum kecil melihat Dahayu kewalahan membawa buket itu. Dia mengikuti istrinya memasuki rumah singgah. Ini bukanlah kunjungan pertama Langit ke rumah ini, teta
“Kamu... hamil?” Dahayu mengangguk pelan. Tanpa sadar tangannya berdiam di perutnya sendiri. “Iya, aku hamil. Karena itu, aku mutusin kasih kamu kesempatan. Aku nggak ingin anak ini terlahir tanpa seorang ayah,” ujarnya lirih. Langit menelan ludah, masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar.
Akhirnya, Dahayu berbicara dengan Langit di ruang tunggu rumah sakit. Tidak banyak orang yang berlalu lalang di sekitar sana sehingga mereka bisa berbicara dengan lebih leluasa. Akan tetapi, kehadiran Sagara di antara pasangan suami-istri itu membuat suasana menjadi tegang. Sagara terus memperhatika
Setelah mengetahui dirinya hamil, Dahayu tidak bisa berhenti menangis. Tangannya gemetaran memegangi testpack yang memperlihatkan dua garis biru. Dahayu bingung apa yang harus dia lakukan selanjutnya. Haruskan Dahayu menyimpan semua ini sendirian ataukah memberiahukannya pada Langit? “Assalamualaik
Begitu tahu ibunya tak sadarkan diri, Langit langsung melarikan ibunya ke rumah sakit. Langit meminta tolong Bi Ikah untuk memegangi ibunya di bangku penumpang belakang. Kepalanya sedang berkecamuk, tetapi Langit harus bisa fokus pada jalanan di depannya demi menghindari kecelakaan. Mobil mewah Lan