Seluruh tubuh Bening bergetar ketakutan. Matanya menatap horor kepada Kalingga yang berada di hadapannya. Pria itu bagaikan seekor serigala ganas yang siap menerkam mangsanya. Ketika Kalingga mulai berusaha membuka pakaian Bening dengan paksa, wanita itu langsung menahan tangannya. Bening menggele
Bening memukul-mukul dada Kalingga. Kekuatannya melemah drastis karena sejak tadi menangis dan marah luar biasa. Sebenarnya, Bening ingin sekali memukul Kalingga sekuat tenaga, menumpahkan segala amarahnya dengan keras. Namun, kenyataannya ia tidak sanggup. Tubuhnya lunglai total. Kalingga menahan
Bening meringis kesakitan. Saking sakitnya, napas Bening sampai terasa sesak karena terus berusaha menahannya. Sementara itu, Kalingga masih syok berat melihat penyatuan mereka yang berakhir membuat Bening berdarah di bawah sana. Wajah Kalingga pucat pasi dan secara perlahan ia mengeluarkan milikn
Bening meremas kepalanya sendiri. Siapa sangka Wildan memikirkan ide busuk sedetail itu. Tentu, Bening sendiri juga merasa bodoh karena percaya saja dengan semua ocehan Wildan. Kalingga yang mendengar seluruh penjelasan lengkap Bening syok berat. Tentu ia marah mendengarnya. Bawahannya sendiri ber
Kalingga langsung melompat dari kasur. Kepalanya masih agak pening karena belum mengumpulkan kesadaran tapi tiba-tiba sudah kaget perkara Bening tidak ada. Ia langsung keluar kamar dan mencari-cari keberadaan wanita itu. Rasa cemas dan takutnya menggelora, membuat Kalingga sampai berkeringat dingin.
“Beli di situ aja. Di situ bubur ayamnya enak,” kata Bening. Kalingga mengernyit. Sebenarnya, ia tidak masalah juga mau makan di mana. Meski keluarga Kalingga lumayan berada, bukan berarti ia tidak pernah makan jualan gerobak di pinggir jalan. “Tahu dari mana?” tanya Kalingga. “Aku tahu dari…”
Kalingga tidak menyangka kalau Maya mendengar semuanya. Jujur saja, ia bahkan tidak tahu kalau gadis itu ada di rumah mamanya. Kalingga pikir, waktu itu Maya hanya menginap semalam saja di rumah mamanya, ternyata sampai sekarang ia masih ada di sana. “Maaf May, tapi…” “Tapi apa?” sahut Maya. Kedu
Sampai akhirnya, Maya lulus SMA dan saat itu Kalingga masih menjadi taruna AKMIL. Kalingga tidak tahu kejadiannya secara langsung karena memang sedang tidak di rumah. Rupanya, terjadi konflik antara Bu Rita dengan ibunya Maya. Bu Rita dan ibunya Maya sebenarnya bukan saudara kandung. Ibunya Maya ad
Setelah semua urusan selesai, Langit dan Dahayu akhirnya pulang ke rumah. Karena Dahayu mengendarai mobilnya sendiri, Langit mengikutinya dari belakang dan memastikan wanita itu tidak menghilang dari pengawasannya. Langit langsung menarik Dahayu masuk ke kamar begitu mereka sampai. Dahayu pasrah-p
Sudah dua jam berlalu sejak Langit keluar dari rumah. Dahayu mulai khawatir. Pasalnya, laki-laki itu sama sekali tidak menghubunginya. Pikiran Dahayu mulai tertuju kepada klub malam. Namun, dengan segera dia mengenyahkan kemungkinan itu. “Langit udah berubah. Dia nggak bakalan pergi ke klub malam l
“Ya Allah, beneran, Yu?” Bening sampai tidak percaya mendengarnya. Semua orang di meja makan terlihat tersenyum, terutama ibu Langit yang akhirnya mendapatkan cucu pertamanya. Dahayu malah malu sendiri karena menjadi pusat perhatian. Bening berdiri dari kursinya dan menghampiri Dahayu, memeluk putr
Bibir mereka tidak menempel lama. Karena tiba-tiba Dahayu mendorong Langit dan beringsut menjauh. Wajahnya memerah padam dan jantungnya berdebar tak karuan, tetapi dia justru menolak bertautan dengan Langit. Langit menatap Dahayu dengan kecewa. “Kenapa, Yu? Apa aku salah cium kamu? Aku ‘kan suami k
Buket bunga yang Langit bawa cukup besar. Dahayu sampai kesulitan membawanya dan hampir tidak bisa melihat apa pun. Sementara itu Langit tersenyum kecil melihat Dahayu kewalahan membawa buket itu. Dia mengikuti istrinya memasuki rumah singgah. Ini bukanlah kunjungan pertama Langit ke rumah ini, teta
“Kamu... hamil?” Dahayu mengangguk pelan. Tanpa sadar tangannya berdiam di perutnya sendiri. “Iya, aku hamil. Karena itu, aku mutusin kasih kamu kesempatan. Aku nggak ingin anak ini terlahir tanpa seorang ayah,” ujarnya lirih. Langit menelan ludah, masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar.
Akhirnya, Dahayu berbicara dengan Langit di ruang tunggu rumah sakit. Tidak banyak orang yang berlalu lalang di sekitar sana sehingga mereka bisa berbicara dengan lebih leluasa. Akan tetapi, kehadiran Sagara di antara pasangan suami-istri itu membuat suasana menjadi tegang. Sagara terus memperhatika
Setelah mengetahui dirinya hamil, Dahayu tidak bisa berhenti menangis. Tangannya gemetaran memegangi testpack yang memperlihatkan dua garis biru. Dahayu bingung apa yang harus dia lakukan selanjutnya. Haruskan Dahayu menyimpan semua ini sendirian ataukah memberiahukannya pada Langit? “Assalamualaik
Begitu tahu ibunya tak sadarkan diri, Langit langsung melarikan ibunya ke rumah sakit. Langit meminta tolong Bi Ikah untuk memegangi ibunya di bangku penumpang belakang. Kepalanya sedang berkecamuk, tetapi Langit harus bisa fokus pada jalanan di depannya demi menghindari kecelakaan. Mobil mewah Lan