Air mata Bening menetes pada kaca pigura itu. Ia terisak sendirian, meratapi nasib Kalingga yang sampai detik ini belum tahu bagaimana kabarnya. * Esok harinya, Bening bersiap-siap mau memeriksakan kandungannya ke klinik. Hari ini ia berangkat sendirian karena ibunya mau ke pasar. Kebutuhan mingg
“Apa?! Susan masuk rumah sakit jiwa? Kok bisa, Bu?” Ibunya Bening menghela napas panjang. “Katanya karena Wildan. Susan benar-benar terobsesi sama Wildan. Sekarang pas satgas di Papua, Wildan nggak bisa dihubungi. Dia stress dan kebablas jadi kayak begitu. Katanya juga sih karena Wildan nggak mau n
Kinan melirik pria di sampingnya yang masih terlelap, dan seketika ia menyesal sudah kelewat batas dan mencurangi Damar. Tiba-tiba, ada panggilan lagi dari Damar. Kinan kaget. Rupanya teman tidur Kinan juga terbangun dan melirik Kinan. “Siapa yang telepon pagi-pagi?” tanyanya dalam bahasa inggris
“Mas Damar…” Damar memeluk Kinan erat-erat. “Kenapa nggak ngomong kalau kamu kecelakaan, Sayang?” “Aku nggak sadar, Mas. Aku baru bangun pas udah di rumah sakit.” Damar kelihatan sangat khawatir. Ia memeluk Kinan tanpa henti. Sebenarnya orang tua Kinan juga mau berangkat ke luar negeri, tetapi Ki
Beberapa bulan berlalu, masalah Kinan dan Damar mulai membaik seiring waktu. Setidaknya sejak beberapa minggu belakangan, Kinan sudah tidak cuek lagi. Damar memang melakukan sesuai apa yang Kinan perintahkan. Ia jarang menemui Maya, hanya di waktu-waktu yang penting saja. Maka dari itulah, Damar dan
Bening kaget. Suara Damar terdengar amat panik. “Damar? Kenapa, Mar? kok suara kamu kayak gitu?” “Mbak, aku lagi di rumah sakit sekarang. Maya mau melahirkan. Sekarang udah masuk ke ruang persalinan. Tolong kabarin Mama ya, Mbak.” Bening membelalak kaget. “Maya mau melahirkan?” “Iya, Mbak. Aku ng
Maya dirawat di rumah sakit selama beberapa hari pasca melahirkan hingga kesehatannya pulih. Ia sudah memantapkan diri untuk memberikan anaknya kepada Damar dan Kinan, lalu ia akan pergi jauh dan memulai hidup baru dengan melupakan segalanya. Ia bukannya tidak sayang dengan anak itu, kalau ia benci,
Damar menggeleng. “Aku nggak akan ceraikan kamu,” tegas Damar. Maya melotot. “Ya udah, aku aja yang gugat cerai.” “Aku nggak akan biarkan itu terjadi!” balas Damar. “Kamu ini… Bang! Udahlah, nggak usah memperpanjang masalah,” keluh Maya. Kinan kesal mendengar perdebatan Maya dan Damar, apalagi D
Selesai membaca isinya, Langit langsung membanting pintu lemari itu dan membawa dairy Dahayu bersamanya. Ia turun dengan tergesa-gesa menuruni tangga, meraih kunci mobil, bahkan menabrak Bi Ikah yang baru kembali dari minimarket. Langit membuka mobilnya dan melompat ke bangku sopir. Tanpa repot-rep
“Ibu, jangan ngomong kayak gitu. Kalau sampai Langit denger, Langit bakal sedih, Bu,” kata Dahayu sambil menggenggam tangan pucat ibu Langit dengan erat. Ada banyak emosi yang saat ini melanda hati Dahayu. Namun, Dahayu tahu dirinya tidak boleh menangis. Ibu Langit terlihat lemah dan sakit-sakitan
Dahayu membuang muka dari Kapten Arjuna karena ia tahu ekspresi laki-laki itu akan melemahkan hatinya. Berulang kali Dahayu mengingatkan dirinya bahwa ia sudah menikah dan tak seharusnya ia memiliki percakapan ini dengan sang kapten. “Maaf, Kapten. Tapi, Kapten tahu ‘kan kalau aku sudah menikah,” j
“Dengan keluarga pasien, silakan masuk.” Begitu mendengar suara dokter, Langit langsung beranjak memasuki kamar rawat ibunya. Sementara itu Dahayu tetap berada di luar untuk berbicara dengan sang dokter. Hati Langit seperti diremat-remat ketika melihat penampilan ibunya saat ini. Lemas dan pucat. N
Dahayu melihat Kapten Arjuna menghampiri mereka. Kemunculannya di rumah sakit masih membuatnya kaget. Dahayu mencoba melepaskan genggaman tangannya dari Langit, tapi sepertinya laki-laki itu menolak. Dahayu menghela napas berat. Ia harus bersikap netral di depan sang kapten. “Kapten Arjuna ada kepe
“LANGIT! STOP!” Dahayu berteriak nyaring ketika Langit berjalan memangkas jarak mereka. Mendengar teriakan Dahayu, Langit tidak bisa menahan diri untuk meledakkan tawanya. Langit tertawa terpingkal-pingkal sembari memegangi perutnya. Dahayu menurunkan tangannya dengan ekspresi cengo. Kemudian ia s
Resepsi selesai dua jam kemudian, tapi selama itu pula Dahayu sama sekali tidak bersuara hingga semua acara berakhir. Saat ini Dahayu sedang duduk sendirian di kamarnya. Perias telah meninggalkan rumah setelah menghapus make up dan mengucapkan selamat atas pernikahannya. Dahayu mengembuskan napas.
Satu minggu kemudian, akhirnya Langit dan Dahayu sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Setelah akad, resepsi digelar di sebuah gedung secara besar-besaran dan meriah seperti permintaan Dahayu. Saat ini Dahayu dan Langit tengah duduk di atas pelaminan, memperhatikan suasana resepsi pernikahan m
“Daripada aku nggak bisa jawab? Entar malah ketahuan kalau hubungan kita palsu dan cuma pura-pura. Percuma dong aku ke sini buat ngeyakinin orang tua Dokter,” tutur Langit kemudian memasang helm full-facenya. Ia menaikkan kaca helmnya untuk menatap Dahayu. “Dokter nggak protes pas aku panggil ‘Saya