Bab 239Malamnya, Siti tidur dengan perasaan gelisah karena bagaimanapun juga wanita itu masih belum berhasil maka bisa kalah pikiran buruk yang hinggap di dalam kepalanya.Meski dia mencoba untuk memejamkan matanya beberapa kali, mata itu akan terbuka kembali.Siti membalikkan tubuhnya dan saat itulah dia sadar bahwa sang suami juga belum tidur. Handi menatap lekat istrinya sambil mengerutkan keningnya."Kamu nggak bisa tidur?"Siti menggelengkan kepalanya perlahan. Rasanya untuk bernafas dengan lega saja sulit karena dia masih dihantui oleh perasaan takut dan juga terancam.Handi mengulurkan tangannya dan mengelus pipi Siti. "Apa kamu masih memikirkan soal kejadian tadi pagi di mall?""Iya, Mas. Aku takut kalau sesuatu yang buruk akan terjadi karena ancaman yang sempat dikatakan oleh Mbak Eva, bukan sesuatu yang sederhana."Siti tahu dengan jelas tapi yang sepupunya itu yang berani melakukan apapun demi bisa mendapatkan keinginannya. Sifat Eva bahkan tak jauh berbeda dari mantan sua
Bab 240Dia tak menyangka kalau reaksi ibunya akan mengejutkan seperti ini."Adi? Ngapain kamu di sini?"Adi menatap tak percaya ke arah ibunya yang baru saja melontarkan pertanyaan aneh. "Kenapa Ibu nanya kayak gitu? Emangnya Adi nggak boleh datang ke rumah sendiri?"Retno mengepalkan tangannya dengan erat. Bagaimana mungkin dia tak merasa kesal?Selama beberapa hari belakangan pria itu bahkan tak memberikan kabar sama sekali. Dia seolah lenyap dari dunia usai berbuat hal buruk. Hutang yang ditinggalkannya bahkan cukup besar."Kamu masih bisa mikir buat pulang, hah?! Jauh lebih baik jika kamu menyerahkan diri pada polisi saja!"Marah, itulah yang tengah dirasakan oleh Retno.Saat ini dia bahkan berpikir untuk menjual rumahnya saja dan pindah ke tempat yang jauh lebih kecil agar bisa hidup dengan nyaman tanpa perlu lagi memikirkan soal hutang.Beberapa set perhiasan yang susah payah dikumpulkannya bahkan harus dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup. Rasanya dia semakin frustasi ketika
Bab 241Mata Retno membulat dengan sempurna ketika mendengar pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh anaknya. Dia memang berencana untuk menjual rumah secepatnya, tapi dia juga tak memberitahukan hal itu pada Adi."Ngapain tiba-tiba nanya soal rumah? Masih aman. Ibu nggak berbuat nakal kayak kamu, Di."Adi memicingkan matanya sejenak, tapi pria itu tak terlalu peduli dan langsung berlalu pergi keluar dari kamar ibunya.Setelah Adi keluar, Retno baru bisa bernapas dengan lega. Wanita itu langsung duduk kembali di sisi ranjangnya sambil memijat kening yang terasa berat denyut nyeri.Dia harus segera menjual rumahnya tanpa sepengetahuan Adi karena pria itu bisa saja mengambil bagian. Apalagi sertifikat rumah ini masih ada nama Adi."Dia nggak boleh tahu," lirihnya.Di kamarnya, Adi segera merebahkan diri sambil menatap langit-langit kamar yang temaram karena dia memang sengaja mematikan lampu.Entah mengapa tiba-tiba ingatannya diisi kembali dengan Siti. Dulu mereka berdua menghuni ru
Bab 242Setelah Siti mengantar kepergian suami serta anaknya, wanita itu kembali masuk ke dalam rumah dan membantu dua rekan kerjanya untuk membersihkan meja makan.Biasanya dia memang sibuk bekerja dengan Sumi dan Bi Yati, tapi setelah menikah dengan Handi, Siti hanya membantu sedikit karena para rekan kerjanya juga menolak.Walaupun begitu dia tetap memperlakukan mereka semua seperti sebelumnya. Tak ada yang berubah kecuali statusnya yang memang sudah menjadi istri Handi."Mbak, biar aku aja yang nyuci piring. Mbak duduk aja," ujar Sumi. Tanpa menunggu waktu lama wanita itu langsung bergegas meletakkan semua piring-piring kotor ke atas wastafel dan mencucinya.Siti hanya bisa menganggukkan kepalanya perlahan dan memilih untuk duduk. Sesekali dia juga mengobrol ringan bersama dengan Sumi. Sedangkan Bi Yati tampak sibuk menyimpan bahan-bahan makanan yang sama digunakan untuk memasak sarapan.Tak terasa waktu telah berlalu cukup lama dan Siti kini tampak menoleh ke arah jam dinding. Di
Bab 243Mata editor tampak bersinar senang ketika mendengar penuturan Siti."Apa penulis benar-benar akan melakukan jumpa fans?"Siti melakukan kepalanya perlahan tanpa merasa ragu sedikitpun karena wanita itu sudah memutuskan untuk melakukannya. Itu juga merupakan waktu yang tepat baginya untuk menunjukkan kemampuannya secara langsung pada para pengikutnya dan juga orang-orang yang sempat meremehkannya."Ya, saya berniat untuk melakukannya jika memang masih akan diadakan.""Tentu! Pihak penerbit pasti akan segera melakukan jadwal dan perencanaan ini."Siti ikut merasa senang dengan antusiasme para editor. Meski mereka tak pernah secara langsung bertemu, tapi tak ada satupun yang meremehkan Siti dan selalu membuatnya merasa nyaman.Meski ada beberapa pihak penerbit yang mencoba untuk mendekatinya, Siti tak pernah berpaling karena dia sudah merasa yakin bahwa keputusannya sedari dulu sudah tepat. Dia juga tidak berniat untuk mengecewakan pihak penerbit."Baik, saya akan kirimkan jadwal
Bab 244Rosa bergegas pergi dari ruang kerjanya dan membuat pengumuman mengenai perintah yang baru saja diberikan oleh atasannya.Wanita itu juga tahu bahwa ada masalah yang sempat terjadi karena Adi kabur. Pastinya Handi merasa takut jika suatu hari nanti pria mengerikan itu akan datang dan menghancurkan pernikahannya.Rosa menepuk tangannya dengan keras dan mencari perhatian dari para karyawan yang kini sibuk. Seketika mereka semua langsung menatap lekat Rosa."Perhatian semuanya, saya memiliki kabar yang baik dan juga buruk. Mohon untuk mendengarkannya secara seksama karena ini sangat penting."Para karyawan tampak serius dan mereka semua tentunya merasa penasaran dengan hal yang masih belum disampaikan dengan detail oleh Rosa."Mungkin kalian semua masih belum tahu soal kabar mengenai kaburnya buronan dari penjara. Adi Sucipto mantan wakil asisten manager di bagian keuangan, kabur sekitar lima hari yang lalu dan sampai saat ini masih belum berhasil ditemukan."Mata para karyawan t
Bab 245Semua karyawan di kantor saat ini tengah beristirahat dan ada sebagian di antara mereka yang kini tanpa sibuk menyantap makanannya.Seorang wanita yang cukup mudah beralih naik ke rooftop karena pada suatu pekerjaan yang harus dilakukannya.Selina tampak mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan untungnya tak ada orang lain di rooftop.Wanita itu segera mengeluarkan ponselnya dan mencoba untuk menghubungi seseorang.Tapi sayangnya nomornya tak aktif sama sekali. Wanita itu tak terlalu terkejut karena memang sudah menduganya. Apalagi Adi memang sekarang berstatus buronan dan rasanya tak mungkin jika pria itu tetap menggunakan kartu SIM yang sama seperti sebelumnya."Sial! Kalau tahu begini aku pasti akan tetap mendekatinya," lirihnya.Beberapa bulan yang lalu dia memang sudah mendekati Adi dan memberikan sedikit informasi secara rahasia pada Handi.Bukan tanpa sebab, Selina memang memiliki dendam tersendiri pada Adi dan juga Yayuk.Selina tak pernah menyangka pada akhirnya pri
Bab 246Rosa mengerutkan keningnya. Merasa cukup heran sekaligus tak mengerti karena biasanya gadis-gadis muda memiliki banyak teman dan juga relasi. Selina juga terlihat cantik dan pastinya ada banyak orang yang akan mendekatinya.Apalagi wanita muda itu juga terlihat cukup ramah. Mungkin jika sifatnya tertutup dan tak terlalu banyak bicara, Rosa bisa menyimpulkan kalau dia adalah wanita muda yang cukup sulit untuk diajak berteman."Bu Rosa pasti merasa heran, ya? Sebenarnya saya juga bergabung di perusahaan ini belum terlalu lama. Lagi pula juga cukup sulit untuk memulai pertemanan dengan orang-orang yang memiliki persaingan ketat."Rosa terdiam sejenak setelah mendengar penuturan wanita muda itu dan saat ini dia mulai memikirkan hal yang sama karena dulu saat dia bergabung di perusahaan ini juga cukup sulit menemukan teman.Bahkan pada akhirnya dia hanya berada di dekat Handi, tanpa terlalu memikirkan anggapan dari orang-orang sekitar. Rosa hanya bekerja dengan baik dan tak memikir