Bab 220Tanpa terasa waktu bergulir dengan sangat cepat. Bahkan tiga hari lagi pernikahan akan terjadi antara Siti dan Handi. Semua orang tampak bersukacita dan tak sabar untuk melihat sepasang kekasih itu bisa segera mengikat tali pernikahan yang suci.Resepsi pernikahan kali ini memang akan diadakan di sebuah gedung yang memang sengaja di sewa. Selamat 3 hari lamanya Siti, Andi dan keluarganya telah pergi ke salah satu hotel untuk menginap dan mempersiapkan diri agar tak terlalu jauh dari gedung resepsi.Rumah Handi menjadi cukup sepi selama beberapa hari. Retno yang tahu kalau mantan menantunya itu akan segera menikah sontak saja langsung datang dan berniat untuk menggagalkan pernikahan Siti.Namun yang ditemukan oleh wanita paruh baya itu hanyalah kekecewaan karena tak ada satu orang pun yang menghuni rumah Handi.Retno mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Wanita paruh baya itu kini berada tepat di depan gerbang yang terkunci rapat. Hanya ada satpam komplek yang berkeliling ses
Bab 221"200 juta?!"Rasanya, Retno tak percaya dengan hutang anaknya. Padahal Adi selama ini hampir tak pernah terlihat kekurangan. Dia makan dengan baik, memiliki banyak barang mewah dan hampir tak pernah mengeluh soal keuangan.Bagaimana mungkin anaknya berhutang sangat banyak?Untuk apa?Ada beberapa pertanyaan yang mulai muncul di dalam kepala Retno. Apalagi sekarang dia tak memegang uang. Beberapa perhiasan sudah terjual dan hanya tersisa sebuah mobil serta rumah."Jangan kaget, Bu. Hutangnya makin menumpuk juga karena nggak dibayar dan malah kabur."Retno masih membisu. Sekarang dia harus mencari cara agar mobil anaknya tak diambil dengan paksa. Tapi, Retno juga tak tahu harus bagaimana. Uang 200 juta bukanlah jumlah sedikit. Bahkan meski mobil itu dibawa, pasti masih ada kekurangan yang harus segera ditutup."Sudah. Jangan banyak pikir. Kalau emang nggak ada uang ya kami juga harus tetap melaksanakan tugas. Mobil ini akan kami sita dan sisa pembayarannya harus segera dilunasi
Bab 222Acara pernikahan kini telah digelar. Beberapa tamu di acara resepsi mulai berdatangan satu persatu. Memang Handi dan Siti sengaja hanya mengundang pada karyawan. Mereka berdua tertunya tak ingin ada gangguan sedikitpun.Siti kini tengah duduk di ruangan yang memang telah disediakan. Dia baru akan keluar setelah calon suaminya mengucap janji suci didepan penghulu.Sedangkan Handi duduk tepat di depan penghulu. Dia bersikap tenang sebelum mengucap kalimat sakral."Saudara Handi, sudah siap?"Handi mengangguk mantap. "Sudah."Penghulu lantas mulai bicara. Handi dan wali kini saling bersalaman. Perlahan pria itu mulai mengikuti arahan dari penghulu dan mengucap janji suci."Saya terima nikah dan kawinnya Siti Nurhaliza binti Ismail dengan mahar berupa seperangkat alat sholat, emas 25gr dan uang tunai sebesar 250 juta dibayar tunai.""Sah?""Sah!"Handi segera mengucap syukur sambil mengusap wajahnya perlahan. Semua orang yang hadir disana juga mengucap selamat untuk Handi.Bi Yati
Bab 223Adi tampak terengah-engah karena pria itu sejak tadi berlari dan menghindari polisi agar tidak bisa terkejar. Susah payah dia merencanakan untuk kabur dan pada akhirnya dia benar-benar bisa pergi dari penjara.Tak ada ponsel ataupun uang yang tersisa. Sekarang dia hanya bisa bergelandangan di jalanan. Sebenarnya dia berpikir untuk pulang ke rumah, tapi dia juga bukan pria yang bodoh karena pasti pihak kepolisian lebih dulu datang ke rumahnya."Ha … ha … sepertinya para polisi udah nggak mengejarku lagi," gumamnya lirih.Pandangannya kini tak tentu arah dan dia selalu akan mencari celah agar bisa pergi menjauh lagi. Pada akhirnya dia memilih bersembunyi di balik para gelandangan.Walaupun memang harus berdesakan, Adi tak mempermasalahkannya sama sekali asalkan dia benar-benar bisa menyelamatkan diri.Adi tahu dengan jelas bahwa dia kini telah menjadi buronan. Tapi pria itu pikir setidaknya ini lebih baik dibandingkan harus mendekam selamanya di penjara.Pandangan pria itu beral
Bab 224Retno mengusap wajahnya dengan kasar. Dia duduk tepat di sofa sambil menghela napas berat."Kenapa Adi nggak ngomong sama sekali soal dia kabur?"Kemarin, Retno bahkan masih mengunjungi anaknya. Walaupun dia tak bisa memberikan apapun, setidaknya dia ingin memberi sedikit support pada anaknya.Kepala Retno semakin berdenyut nyeri. Mobil Adi juga sudah dibawa oleh rentenir. Sekarang dia menjadi bingung.Tiba-tiba, ponselnya berdering nyaring. Retno menoleh sekilas dan memeriksa. Ternyata ada panggilan masuk dari seseorang yang tak dikenal."Nomor siapa ini?" gumamnya lirih. Retno menolak telepon itu. Dia juga tak ingin berurusan dengan orang aneh. Apalagi sekarang marak penipu melalui telepon.Tapi, sebelum dia berhasil meletakkan ponselnya kembali ke atas meja. Benda pipih itu kembali berbunyi.Retno berdecak kesal, dia menyambar ponsel dan langsung mengangkat panggilannya."Halo? Ini telepon iseng, ya? Saya bukan orang kaya, jadi nggak usah ganggu karena nggak akan hasilkan
Bab 225Selama dua hari belakangan masih belum ada laporan terbaru dari pihak kepolisian mengenai buronan yang tengah kabur saat ini. Siti dan Handi memutuskan untuk kembali ke rumah karena wanita itu juga tak mungkin terus-menerus tinggal di hotel.Keadaan rumah masih saja aman seperti biasanya dan tak ada hal yang perlu ditakutkan sama sekali.Semua orang tampak sibuk karena mereka semua juga harus kembali kegiatannya masing-masing seperti biasa.Kamar Siti saat ini telah berubah. Dia kini pindah ke kamar atas bagian utama yang merupakan ruangan pribadi Handi. Putri pindah juga ke kamar tidur tamu yang telah disulap menjadi ruangan anak-anak.Tak ada kebahagiaan yang jauh lebih besar lagi daripada ini. Siti merasa sangat bersyukur karena telah dipertemukan dengan sesosok pria seperti Handi.Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan menampakkan sosok pria yang sejak tadi mengelilingi pikirin Siti. Handi tampak mengulas senyum tipis dan berjalan mendekat ke arah istrinya yang saat ini telah s
Bab 226Eva menghentikan mobilnya tepat di salah satu tempat yang cukup sepi karena itu permintaan Adi. Wanita itu segera berbalik menatap sosok pria yang duduk tepat di samping kursi kemudinnya."Sekarang jelasin semuanya, Di. Kamu kabur dari penjara?"Adi menganggukkan kepalanya perlahan tanpa rasa bersalah sedikitpun. Pria itu bahkan mengangkat bahunya dengan acuh."Seperti yang kamu lihat, aku kabur kemarin."Mata Eva membulat. Wanita itu tak percaya dengan telinganya sendiri. Tapi keberadaan pria itu di sini sudah bisa membuktikan bahwa perkataannya memang benar. Seseorang yang berada di dalam penjara tak mungkin bisa keluar begitu saja.Eva menghela napas berat. "Kamu udah gila, ya?!""Apanya yang gila? Aku waras karena memilih untuk kabur dari tempat yang pengap dan busuk itu!"Tapi bisa berkata-kata lagi, Eva menghela napas berat. Sekarang wanita itu justru berurusan dengan seorang narapidana yang kabur dari penjara.Rasanya dia benar-benar sial!"Turun."Adi yang tengah menge
Bab 227Pada saat di dalam mobil, Eva bertanya kepada Adi. "Balas dendam seperti apa maksudmu? Sekarang saja statusmu seorang buronan karena kabur dari penjara." "Ya balas dendam dengan menghancurkan hidup dan karir Siti!" Napas pria itu mah gabu-gebu bersamaan dengan emosinya yang semakin memburu, "Apa kamu nggak percaya padaku? Ya memang sekarang aku seorang buronan dan akupun sedang menyamar sekarang. Tapi dengan penyamaran ini aku sangat yakin kita bisa melancarkan aksi untuk membalas dendam jauh lebih mudah." Eva memutar bola matanya dengan malas karena sebenarnya dia tak terlalu percaya pada Adi. "Ya sudah, sekarang apa rencana mu?" Adi menghembuskan nafas dan kembali menjawab pertanyaan dari Eva. "Sekarang yang aku butuhkan hanya uang karena untuk makan dan membeli beberapa pakaian untuk aku gunakan, jadi Eva berikan aku pinjaman uang." Eva menatap Adi sejenak lalu mengambil tas selempang miliknya untuk mengambil beberapa lembar uang dan diberikan uang itu kepada Adi. "Uang